Puisi: Luka yang Dititipkan (Karya Mustafa Ismail)

Puisi "Luka yang Dititipkan" karya Mustafa Ismail menggambarkan penderitaan yang mendalam akibat pertengkaran massal yang menghancurkan kedamaian ...
Luka yang Dititipkan

- Cerita seorang ibu yang menemukan rumahnya
sehabis tawuran massal

Suatu hari, entah kapan, kau tatap lagi rumah itu
bagai menyusuri sebuah masa silam yang jauh -
anak-anak bergurau di beranda, dan kau adalah
isteri paling setia.

Pertengkaran itu telah merenggut cinta satu-satunya
juga ruang tempat memikirkan sekolah anak-anak
sambil melewati hari-hari yang galau - hidup menjadi
malam paling sunyi.

Wahai langit, hijaulah, katamu, agar aku bisa
menjahit kembali kulitmu yang sobek, terkena batu-batu
yang dilemparkan dari dendam paling dalam
matahari tak lagi berarti buat mengeringkan sebuah luka

Ya. Sebuah luka - yang dititipkan entah oleh siapa
dan kita telah membuatnya kembali berdarah.

Jakarta, 8 Juni 2000

Analisis Puisi:

Puisi "Luka yang Dititipkan" karya Mustafa Ismail menggambarkan penderitaan yang mendalam akibat pertengkaran massal yang menghancurkan kedamaian sebuah rumah tangga. Dengan penggunaan imaji alam dan emosi yang kuat, puisi ini mengeksplorasi tema tentang kehilangan, pertentangan, dan kerinduan akan kehidupan yang bahagia.

Tema Kehancuran dan Kehilangan

Puisi ini dibuka dengan gambaran tentang seorang ibu yang kembali melihat rumahnya setelah pertengkaran massal. Ini mencerminkan kehancuran yang melanda sebuah rumah tangga akibat konflik yang merusak kebahagiaan dan kedamaian keluarga. Tema kehilangan tidak hanya merujuk pada kerusakan fisik rumah, tetapi juga pada hilangnya cinta, kepercayaan, dan keharmonisan di antara anggota keluarga.

Kenangan Indah yang Dikenang

Puisi ini menyentuh tentang kenangan indah masa lalu ketika anak-anak bergurau di beranda, dan ibu sebagai "isteri paling setia". Ini menyoroti kerinduan akan masa lalu yang penuh kebahagiaan dan kebersamaan sebelum konflik menghantam. Imaji ini membangkitkan gambaran tentang kehangatan keluarga yang sekarang hanya tinggal dalam kenangan.

Keputusasaan dan Kerinduan akan Perbaikan

Bagian selanjutnya dari puisi mengeksplorasi perasaan keputusasaan dan kerinduan untuk memperbaiki yang telah hancur. Permohonan kepada langit untuk "menjahit kembali kulit yang sobek" mencerminkan keinginan untuk memulihkan yang telah rusak dan menyembuhkan luka batin yang dalam. Namun, realitasnya adalah bahwa luka tersebut telah berdarah kembali, menunjukkan bahwa proses penyembuhan tidak selalu mudah atau langsung.

Simbolisme Matahari dan Luka Emosional

Simbolisme matahari yang tidak lagi memiliki makna untuk mengeringkan luka mencerminkan kehilangan harapan atau makna dalam kehidupan yang berubah drastis. Puisi ini menggambarkan betapa sakitnya melihat sesuatu yang dulu berarti begitu banyak kini tidak lagi memiliki pengaruh atau peran yang sama.

Pesan Moral

Puisi "Luka yang Dititipkan" karya Mustafa Ismail memberikan pesan yang dalam tentang pentingnya kedamaian, cinta, dan pengertian dalam sebuah rumah tangga. Melalui imaji-imaji yang kuat dan penggunaan bahasa yang puitis, Ismail berhasil menggambarkan kerusakan emosional akibat konflik dan kehilangan dalam kehidupan manusia. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan betapa rapuhnya kehidupan dan pentingnya menjaga harmoni dalam interaksi manusiawi.

Dengan demikian, puisi "Luka yang Dititipkan" bukan sekadar sebuah kisah pribadi, tetapi juga refleksi mendalam tentang kompleksitas emosi dan kehancuran yang terjadi dalam sebuah hubungan yang seharusnya penuh dengan cinta dan kasih sayang.

Mustafa Ismail
Puisi: Luka yang Dititipkan
Karya: Mustafa Ismail

Biodata Mustafa Ismail:
  • Mustafa Ismail lahir pada tanggal 25 Agustus 1971 di Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.