Puisi: Lahilote (Karya Iyut Fitra)

Puisi: Lahilote Karya: Iyut Fitra
Lahilote


Ada yang berumah di hulu
sebelum hutan
bersebelah mata air
tempat mengadu tatkala rotan-rotan tak didapatkan

“aku lahilote
laki-laki gorontalo!”

desir air. angin berbagi siur dengan daun
dalam sendiri
sepi tak berhasil menjerat
ia simpan hari-hari bersama putaran matahari
gadis-gadis datang
orangtua yang melamar
ia adalah pencari rotan belum kasmaran
untuk berahi
haruskah diintip bidadari mandi

pada hari yang lain itu
ada yang memanggil dari sungai
air bersimbur-simbur
tujuh perempuan terlihat badan
lahilote tiba-tiba telah dewasa
menyaksikan tubuh-tubuh putih
yang terbuka

“kucuri selendang bidadari
karena hidup perlu istri
aku lahilote pencari rotan
siapakah antara kalian sudi bermalam?”
ia alunkan lagu itu
dengan irama paling merdu. lalu bergegas
ke dalam hutan
“kucuri selendang bidadari
karena dengan perempuan hidup akan kuselami
aku lahilote pencari rotan
jadilah mempelai kudambakan!”
maka kembalilah mereka ke asalnya
maka tertinggal satu dalam luka

siang mendepa bayang
gubuk itu kemudian didatangi
naiklah!
jadikan lengang sebagai ranjang
bercerita mereka jalan-jalan kehidupan
sampai malam
sampai selendang itu tak juga ditemukan

“mari berlayar
di antara hutan-hutan rotan
hulu dan mata air
lihatlah cinta mengalir!”

“mari berlayar
lautan tak butuh selendang
yang kutanam di dada selama ini
kuberikan bila malam telah sepi!”

aduhai, dalam perjalanan itu
berkayuhlah mereka
meninggalkan tebing dan tepi
menyusur sampai ke muara
rebah di lenguh malam tak bersuluh
di gubuk tua
hasrat yang menjelma tumpak gelora
berlantun dalam irama rintih bersahutan
menjadi pengantin berpanggilan

tapi di sebuah tabung bambu
bungkusnya daun jati
selendang itu terlipat kuyu
selendang yang hilang dulu
di mana lahilote?
bidadari berlari-lari
mencari-cari tubuhnya
membuka semua selubung dusta
kemudian meninggalkan itu segala
bersama sayap yang dijumpa

“mata air
hulu sungai
o, rotan-rotan
bawa aku ke kahyangan!”

lahilote memburu segala yang hilang
menebus pura-pura
bahwa bidadari yang pergi
membunuh dirinya tiba-tiba
ia unjukkan tangan
ia ulurkan maaf
bersumpah atas nama rasa cinta
diam-diam. matanya terasa panas diam-diam

maka kemudian
di gorontalo orang-orang membuka legenda
tentang pasangan yang akhirnya saling percaya.

Iyut Fitra
Puisi: Lahilote
Karya: Iyut Fitra

Biodata Iyut Fitra:
  • Iyut Fitra (nama asli Zulfitra) lahir pada tanggal 16 Februari 1968 di Nagari Koto Nan Ompek, Kota Payakumbuh, Sumatra Barat.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Ibu Sebuah senja. Dedaun mersik digumul angin Selendang tua dan bola mata yang jauh. Ia lihat musim merapuh Sampai juga, anakku. Sampai juga …
  • 6 FebruariSelamat Pagi Usiakembang-kembang itu terus bermekaran, datang dan mereka kirimsetiap gendang riuh, padaku jauh terpukau ruang gelap: sunyidengan dada yang sama, warna mer…
  • Malam Kesatuseperti bulan yang lalu melintas tak terdekapkutulis lagi cerita yang sama: kita dua angsa putihgamang berlayar menabuhkan kelahiran menuju kehidupanatau mungkin perjal…
  • Jenjang Aku tak menutup pintu ketika kaumelangkah tak menoleh lagi. Kaubawa semua buaian. Tertinggal aku dalam kenangan. Lalu ribu sepi hambur menusuk ranjang dan bimbang. Hanya…
  • Menunggu Pengantar Surat Lama tak kaukirim seulas tawa ke berandaku. Selain cawan penuh airmata tentang rumahmu di pinggir jalan dan cuaca yang sesak. Selalu kauisakkan rindu ka…
  • Anak-Anak Pukat Apa daya si tukang pukat biduk tersorong air laut kering Lagu orang pantai. Gemanya pecah di bibir buih sepanjang pesisir …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.