Puisi: Kita Adalah Pohon (Karya Mustafa Ismail)

Puisi "Kita Adalah Pohon" karya Mustafa Ismail mengajak pembaca untuk merenungkan tentang ketahanan, kehidupan sehari-hari, dan hubungan ...
Kita Adalah Pohon

Kita adalah sebatang pohon
tumbuh di atas tanah pecah
dengan ranting-ranting patah

Setiap pagi kita berselancar
di dalam gelas kopi
sambil menahan laju matahari

“Aku adalah daun-daun randu
yang terjebak dalam mimpimu,”
katamu.

Kau merimbun di jembatan,
aku tersuruk-suruk di trotoar
merambat ke batas dahan

“Aku bukan layang-layang
yang terbang tanpa benang,”
kataku.

Setiap sore kita menarik daun-daun
ranting kuncup seperti payung
lesap dalam kegelapan

Kita adalah sebatang pohon
dengan daun-daun mengering
selalu tegak ketika pagi datang.

Jakarta, 22 Februari 2018

Analisis Puisi:

Puisi "Kita Adalah Pohon" karya Mustafa Ismail menghadirkan gambaran tentang kehidupan manusia dengan menggunakan metafora pohon yang kuat. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang ketahanan, kehidupan sehari-hari, dan hubungan antarindividu dalam konteks yang mendalam dan reflektif.

Metafora Sebagai Sebatang Pohon

Dalam puisi ini, manusia diibaratkan sebagai sebatang pohon yang tumbuh di atas tanah pecah dengan ranting-ranting patah. Metafora ini mencerminkan keadaan kehidupan yang keras dan penuh tantangan, di mana setiap individu harus bertahan dan terus tumbuh meskipun menghadapi berbagai rintangan.

Kehidupan Sehari-hari dan Rutinitas

Puisi ini menggambarkan kehidupan sehari-hari manusia dengan bahasa-bahasa yang sederhana namun mengena. Setiap pagi, kita berselancar di dalam gelas kopi sambil menahan laju matahari, menggambarkan rutinitas harian yang dilalui dengan penuh kesadaran akan waktu dan ruang.

Hubungan Antara Individu

Dialog antara "Aku" dan "Kau" dalam puisi ini menggambarkan hubungan antara dua individu yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Kata-kata seperti "Aku adalah daun-daun randu yang terjebak dalam mimpimu" dan "Kau merimbun di jembatan, aku tersuruk-suruk di trotoar" menciptakan gambaran tentang keberadaan yang saling berdampingan namun terpisah oleh pengalaman dan perspektif masing-masing.

Simbolisme Daun-Daun dan Kegelapan

Penggambaran daun-daun yang mengering pada sore hari yang lesap dalam kegelapan mencerminkan siklus kehidupan dan perubahan yang terus-menerus terjadi. Meskipun mengalami kemunduran atau kesulitan, seperti daun-daun yang mengering, manusia tetap tegak dan kuat ketika pagi datang, menunjukkan ketahanan dan semangat untuk terus maju.

Tema Kesadaran Dirinya dan Lingkungan

Puisi ini mengajak pembaca untuk lebih sadar akan dirinya sendiri dan lingkungannya. Dengan menggunakan gambaran pohon yang tegak meskipun daun-daunnya mengering, Ismail menyoroti kekuatan dalam keteguhan dan kesadaran akan peran individu dalam kehidupan yang lebih besar.

Puisi "Kita Adalah Pohon" adalah sebuah karya yang menggambarkan kehidupan manusia dengan penuh kepekaan dan filosofi. Melalui metafora pohon, Mustafa Ismail berhasil mengeksplorasi tema-tema seperti ketahanan, hubungan antarindividu, rutinitas harian, dan kesadaran akan diri dan lingkungan. Puisi ini tidak hanya membangkitkan rasa empati terhadap perjalanan hidup setiap individu, tetapi juga mengajak untuk merenungkan makna dan tujuan dari setiap tantangan yang dihadapi dalam kehidupan.

Mustafa Ismail
Puisi: Kita Adalah Pohon
Karya: Mustafa Ismail

Biodata Mustafa Ismail:
  • Mustafa Ismail lahir pada tanggal 25 Agustus 1971 di Aceh.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.