Analisis Puisi:
Puisi "Bukan Kartini" karya Mustafa Ismail mengangkat tema tentang perempuan biasa yang menghadapi penderitaan dan tantangan hidupnya tanpa pengakuan atau sorotan yang luas seperti tokoh sejarah Kartini. Dengan bahasa yang kuat dan puitis, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang peran perempuan dalam konteks sejarah dan kehidupan sehari-hari.
Kontras dengan Kartini
Puisi ini dimulai dengan pernyataan tegas, "Itulah malam paling kelam buatmu / Bulan sepotong tanggal dalam jerit / namamu Sumiati: engkau bukan Kartini / yang bisa berteriak sekerasnya". Langsung dari awal, penggunaan kata "bukan Kartini" menegaskan bahwa pelaku puisi bukanlah seorang tokoh yang dikenal luas seperti Kartini, yang dikenal karena perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan.
Perempuan Biasa dengan Penderitaan Sendiri
Puisi ini melukiskan gambaran tentang Sumiati, seorang perempuan yang mengalami penderitaan dan kesendirian. Ia digambarkan "terperosok sunyi / menguburkan luka dalam-dalam", menyoroti bagaimana ia harus menanggung beban penderitaannya sendiri tanpa ada siapa pun yang memahami atau memberinya pengakuan atas perjuangannya.
Pengorbanan dan Kehidupan Sehari-hari
Puisi ini juga menyoroti pengorbanan Sumiati dalam merawat "bayi tak berdosa itu / yang lahir dari perih dan jeritmu". Ini menunjukkan bahwa meskipun Sumiati tidak memiliki pengakuan atau panggung yang besar seperti Kartini, ia tetap memiliki pengorbanan dan perjuangan yang signifikan dalam kehidupannya sendiri.
Penolakan untuk Menceritakan Riwayat Kelahiran
Puisi ini mengakhiri dengan peringatan, "tapi jangan ceritakan riwayat kelahirannya / itu hanya mewariskan luka paling panjang". Hal ini menunjukkan bahwa Sumiati tidak ingin membebaniku anaknya dengan beban penderitaannya yang panjang dan berat. Ini juga mencerminkan ketegasan dan kedalaman pengorbanan seorang ibu yang menghadapi tantangan hidupnya dengan penuh keberanian dan kesabaran.
Kesimpulan dan Makna Puisi
Puisi "Bukan Kartini" karya Mustafa Ismail adalah sebuah puisi yang mengangkat tema tentang perempuan biasa yang menghadapi penderitaan dan kesendirian dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan mengontraskan dengan tokoh sejarah yang terkenal seperti Kartini, puisi ini mengajak pembaca untuk melihat nilai dan keberanian perempuan-perempuan yang tidak terkenal namun tetap memiliki perjuangan dan pengorbanan yang besar dalam kehidupan mereka.
Puisi ini memberikan perspektif baru tentang sejarah perempuan dalam konteks lokal dan universal, menegaskan bahwa tidak semua perjuangan dan pengorbanan perempuan bisa tercatat dalam buku sejarah, namun hal itu tidak mengurangi nilai dan signifikansinya dalam membangun kehidupan dan masyarakat di sekitarnya.
Karya: Mustafa Ismail
Biodata Mustafa Ismail:
- Mustafa Ismail lahir pada tanggal 25 Agustus 1971 di Aceh.