Puisi: Warkop Pojok Barat Terminal Lama Sigli (Karya Doel CP Allisah)

Puisi "Warkop Pojok Barat Terminal Lama Sigli" menggambarkan sebuah suasana yang hangat dan akrab di sebuah warkop tua di pinggiran terminal.
Warkop Pojok Barat Terminal Lama Sigli
(buat sastrawan Alm. AR. Nasution)

Seharian aku menantimu, dan segelas kopi terpesan mengepulkan asap harum aroma khas
Membawa ingatan tentang cerita cerita anak didik yang melesat dari busurnya
Tumpukan aneka koran yang menanti, lembar-lembar yang akan kau bolak-balik sepanjang sore
Dan sesekali kau apresiasi karya rekan nurgani, fikar dan nama-nama lain sebayaku
atau kau dengan serius dan berkelakar membahas gaya kampungan cerita bang hasyem ks
dan aku selalu serius ketika kau beri beberapa catatan koreksi tentang sajakku
yang ada di halaman budaya hari itu.

Segelas kopi yang telah dingin,
seperti juga kau selalu memesan dalam gelas besar bercampur susu
dan beberapa potong es yang terus mencair

[Tapi hari ini aku tidak senyaman sore-sore dulu]

Segelas kopi yang kureguk habis seketika, serta warkop pojok barat terminal tua itu
Akan kusimpan dalam hati [sebagai ritual ngopi kita]
Menjadi taman taman yang terbuka.

Oktober, 2012

Analisis Puisi:

Puisi "Warkop Pojok Barat Terminal Lama Sigli" menggambarkan sebuah suasana yang hangat dan intim di warkop tua di pinggiran terminal.
  • Suasana Hangat Warkop: Penyair menciptakan suasana yang hangat dan akrab di warkop tua tersebut. Dengan menyebutkan kopi yang harum dan khas, serta tumpukan koran dan obrolan ringan, puisi ini membangkitkan gambaran tentang sebuah tempat di mana orang-orang berkumpul untuk menikmati minuman dan berbagi cerita. Ini menciptakan citraan tentang tempat yang menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari.
  • Penghargaan atas Karya: Penyair menunjukkan penghargaannya terhadap karya-karya rekan-rekannya, yang menunjukkan sikap saling mendukung dan menghargai dalam komunitas sastra. Ini mencerminkan pentingnya kolaborasi dan pertukaran ide dalam dunia seni, serta kebanggaan dalam melihat karya-karya teman-teman dihargai dan diapresiasi.
  • Ritual Ngopi: Melalui penggambaran ritual ngopi di warkop tersebut, penyair menyoroti pentingnya momen-momen kecil dan sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Ngopi bukan hanya tentang minuman kopi itu sendiri, tetapi juga tentang momen bersama dan kebersamaan yang diciptakan di sekitar meja kopi. Ritual ini menjadi simbol persahabatan, dukungan, dan kenangan yang tak terlupakan.
  • Perubahan dan Kenangan: Meskipun suasana warkop tampak sama, penyair menunjukkan bahwa ada perubahan yang terjadi. Dengan menyebutkan bahwa hari ini tidak sama seperti sore-sore sebelumnya, puisi ini menyiratkan bahwa ada sesuatu yang berbeda atau berubah. Namun, kenangan akan warkop dan ritual ngopi tetap menjadi bagian yang penting dalam hati penyair, menjadi taman yang terbuka untuk kenangan-kenangan yang indah.
Puisi "Warkop Pojok Barat Terminal Lama Sigli" menggambarkan sebuah suasana yang hangat dan akrab di sebuah warkop tua di pinggiran terminal. Dengan fokus pada ritual ngopi, penghargaan terhadap karya-karya rekan, dan perubahan yang terjadi, puisi ini menciptakan gambaran tentang kehidupan sehari-hari yang sederhana namun penuh makna di tempat-tempat yang akrab.

Puisi
Puisi: Warkop Pojok Barat Terminal Lama Sigli
Karya: Doel CP Allisah
© Sepenuhnya. All rights reserved.