Puisi: Tarian Cermin (Karya Mustafa Ismail)

Puisi "Tarian Cermin" menggambarkan kehidupan sebagai tarian yang tak pernah berhenti, meskipun terkadang terlihat sulit dan terkait dengan ...
Tarian Cermin

Mari menatap dalam gigil malam
pertengkaran terus berlangsung
kita terperosok dalam kekalahan
telanjang dan saling menatap
saling mentertawakan

Tubuh kita belepotan
meniupkan wangi embun
berputar hebat menembus kabut
kita sunyi alam lingkaran musim
seperti bocah-bocah malu-malu
menatap wajah di depan cermin

Kita tunda berangkat sementara
masuk kembali, menari tanpa berhenti
kita tunda bunuh diri.

Banda Aceh, 6 Mei 1996

Sumber: Tarian Cermin (2007)

Analisis Puisi:

  1. Perbandingan antara Perseteruan dan Keterbukaan: Puisi "Tarian Cermin" memulai narasi dengan suasana pertengkaran atau konflik yang mungkin terjadi antara dua orang. Namun, seiring dengan perkembangan puisi, terungkap suasana saling terbuka dan terbuka secara emosional. Penyair menggunakan gambaran kekalahan, telanjang, dan keintiman dalam "menatap" dan "mentertawakan" untuk menggambarkan perseteruan yang kemudian berubah menjadi keterbukaan dan kedekatan.
  2. Imaji dan Metafora: Puisi menggunakan imaji wangi embun, perputaran yang kuat, dan kabut untuk menyampaikan keintiman, kerapuhan, dan kehalusan hubungan. Kata-kata "kita sunyi alam lingkaran musim" menggambarkan ketenangan yang ada di tengah kekacauan, serta perubahan siklus kehidupan yang tampaknya terus berlanjut.
  3. Penundaan dan Kekuatan dalam Tindakan: Ada tema penundaan dan kekuatan dalam tindakan dalam puisi ini. Meskipun penggunaan frasa "kita tunda berangkat" dan "tunda bunuh diri" mengisyaratkan penundaan, namun, tarian itu sendiri menggambarkan kekuatan dalam gerakan dan kesinambungan. Penundaan itu dapat diartikan sebagai menikmati momen saat ini, sementara "masuk kembali, menari tanpa berhenti" mengungkapkan keberlanjutan gerak dan kehidupan.
  4. Kesimpulan tentang Kehidupan dan Kematian: Dalam konteks puisi, "tunda bunuh diri" dapat dilihat sebagai penundaan harapan yang sebenarnya dari tujuan akhir hidup (kematian). Hal ini memberikan kesan bahwa, meskipun ada konflik dan kekacauan, kehidupan tetap berlanjut dan menawarkan momen yang patut disyukuri.
Puisi "Tarian Cermin" merupakan ungkapan tentang perjalanan emosional antara konflik dan keintiman. Ini menggambarkan bahwa dalam kekacauan, terdapat momen ketenangan yang dapat dinikmati dan meresapi keberlanjutan kehidupan yang tak terduga.

Puisi ini memunculkan gambaran kehidupan sebagai tarian yang tak pernah berhenti, meskipun terkadang terlihat sulit dan terkait dengan kesulitan hubungan manusia.

Mustafa Ismail
Puisi: Tarian Cermin
Karya: Mustafa Ismail

Biodata Mustafa Ismail:
  • Mustafa Ismail lahir pada tanggal 25 Agustus 1971 di Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.