Puisi: Sebuah Perahu dan Seorang Nelayan (Karya D. Kemalawati)

Puisi Sebuah Perahu dan Seorang Nelayan karya D. Kemalawati mengajak pembaca untuk merenung tentang pilihan hidup, konflik, dan kebahagiaan yang ...
Sebuah Perahu dan Seorang Nelayan
Di Tengah Laut Tawar

Hanya itu yang kutemukan saat menyibak tirai kehidupan
terlintas pertanyaan kenapa berperang
jika tak ada yang diperebutkan
lihat betapa maha luasnya danau ini
hanya sebuah perahu dan seorang nelayan
 ditemani desir angin dan kicau burung di kejauhan
berlaksa ikan berenang riang diantara riak yang tenang
sama sekali tak ada keriuhan,
 saling menyerang, berharap pemenang

Betapa bahagianya menjadi nelayan
di tengah danau kehidupan
melempar jala sendirian
menyaksikan kabut menipis pelan-pelan
remang pagi mengantar terang
menjemput harapan

Kenapa ada perang dalam pikiran
memanjang-manjangkan penderitaan
hidup hanya pilihan
berdesak-desakan di kehampaan
atau sendiri di tengah danau kehidupan
dengan kepastian.

Renggali, Laut Tawar, 1 Juli 2013

Analisis Puisi:

Puisi Sebuah Perahu dan Seorang Nelayan karya D. Kemalawati adalah karya yang memancarkan kedamaian dan refleksi mendalam mengenai kehidupan. Melalui gambaran sederhana namun kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang pilihan hidup, konflik, dan kebahagiaan yang dapat ditemukan di dalam kesederhanaan.

Kehidupan yang Sederhana

Puisi dibuka dengan pernyataan, “Hanya itu yang kutemukan saat menyibak tirai kehidupan.” Pernyataan ini menciptakan kesan introspeksi, di mana penulis berusaha mengungkap makna kehidupan yang sering kali tersembunyi di balik kesibukan dan kerumitan. Dengan menyebutkan “sebuah perahu dan seorang nelayan,” penulis memberikan simbolisme yang kuat tentang kehidupan yang sederhana dan seimbang.

Pertanyaan tentang Perang dan Konflik

D. Kemalawati dengan tajam mengajukan pertanyaan, “kenapa berperang jika tak ada yang diperebutkan.” Pertanyaan ini mendorong pembaca untuk merenung tentang sifat konflik dan perang yang sering kali tidak memiliki makna. Dalam konteks ini, perahu dan nelayan menjadi representasi dari kehidupan yang tenang, di mana tidak ada keriuhan dan saling serang. Ikan yang berenang dengan riang di antara riak tenang menjadi simbol kedamaian yang bisa ditemukan di tengah kebisingan dunia.

Bahagia dalam Kesederhanaan

Dengan menggambarkan bahagianya seorang nelayan, puisi ini mengajak pembaca untuk melihat keindahan dalam hidup yang sederhana. Frasa “melihat kabut menipis pelan-pelan” dan “remang pagi mengantar terang” menggambarkan momen-momen kecil yang membawa kebahagiaan. Keberadaan nelayan yang sendirian di tengah danau kehidupan mencerminkan kepuasan batin yang dapat ditemukan ketika kita menerima keadaan dan menikmati perjalanan hidup.

Konflik Internal

Puisi ini juga menggambarkan konflik internal yang dialami oleh manusia. Ketika penulis menyebutkan, “Kenapa ada perang dalam pikiran,” ia menunjukkan bagaimana pikiran dan perasaan manusia sering kali terjebak dalam konflik dan penderitaan yang tidak perlu. Ini menyoroti pentingnya kesadaran akan pilihan hidup; kita dapat memilih untuk terjebak dalam kekacauan atau menemukan kedamaian di tengah kesederhanaan.

Puisi Sebuah Perahu dan Seorang Nelayan mengajak kita untuk merenungkan pilihan hidup kita. Apakah kita akan terjebak dalam perang pikiran dan konflik, ataukah kita akan menemukan kedamaian dalam kesederhanaan seperti nelayan di danau? D. Kemalawati berhasil menangkap esensi hidup dalam puisi ini dengan cara yang menyentuh, menekankan bahwa kebahagiaan dan kepastian dapat ditemukan dalam kedamaian dan kesederhanaan. Melalui perahu dan nelayan, kita diajak untuk menghargai momen-momen kecil dan memilih untuk hidup dalam harmoni dengan diri sendiri dan lingkungan.

D. Kemalawati
Puisi: Sebuah Perahu dan Seorang Nelayan
Karya: D. Kemalawati

Biodata D. Kemalawati:
  • Deknong Kemalawati lahir pada tanggal 2 April 1965 di Meulaboh, Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.