Puisi: Sajak Kehilangan (Karya Mustafa Ismail)

Puisi "Sajak Kehilangan" karya Mustafa Ismail menghadirkan sebuah meditasi mendalam tentang kehilangan, kepedihan, dan kerinduan yang mengiringi ...
Sajak Kehilangan

Apa yang lebih pantas kuminta darimu kini: air mata,
atau sebuah jerit paling keras
sepanjang abad borok di kakimu tak tersembuhkan
dari jauh aku hanya bisa melihat sorot mata ketakutan

"Jangan pulang sekarang anakku," demikian bunyi surat itu
tak ada lagi bau bunga padi di sana: semuanya menjelma kegetiran
tak ada tempat buatku, meski hanya melongok pagar halaman
di setiap jengkal tanah telah ditabur duri dan belati
"Tahanlah rindumu, anakku, rawatlah cintamu"

Aku tak melihat matahari akan segera terbit kembali di sana
sebab cinta telah terbunuh, kasih sudah tercabik
kita hanya bisa menunggu waktu untuk sebuah kematian abadi
meski sebenarnya hidup masih sangat panjang

"Jangan pulang sekarang anakku, jangan."
mungkin memang aku harus melupakan semuanya:
masa kecil, tepi pantai, kekasih, serta kangen yang mengental
Matahari tak mungkin terbit lagi di sana
malam telah sempurna.

"Ayah, tolong bawa ibu dan seluruh saudaraku ke sini."

Jakarta, 23 April 2000

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Kehilangan" karya Mustafa Ismail menghadirkan sebuah meditasi mendalam tentang kehilangan, kepedihan, dan kerinduan yang mengiringi perpisahan. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan imaji yang menyentuh, penyair berhasil menggambarkan kompleksitas emosi dalam menghadapi kehilangan yang tak terhindarkan.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini terdiri dari beberapa bait yang secara bertahap menguraikan perasaan sang penyair terhadap kehilangan yang dideritanya. Dari bait pertama hingga akhir, puisi ini membangun narasi yang menyentuh tentang kehilangan yang mendalam dan perasaan putus asa yang menyertainya.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah tentang kehilangan yang tak terelakkan dalam kehidupan, baik kehilangan orang yang dicintai maupun kehilangan masa lalu yang tidak bisa kembali. Penyair mengeksplorasi berbagai aspek kehilangan, mulai dari kehilangan fisik hingga kehilangan emosional yang mendalam. Tema ini mengundang pembaca untuk merenungkan arti dan proses penyembuhan dari kehilangan yang mereka alami dalam hidup.

Bahasa dan Imaji

Ismail menggunakan bahasa yang sangat deskriptif dan metaforis untuk mengekspresikan kompleksitas perasaannya. Contohnya, penggunaan metafora "sepanjang abad borok di kakimu tak tersembuhkan" menggambarkan luka batin yang mendalam dan tak terobati. Imaji tentang "jauh aku hanya bisa melihat sorot mata ketakutan" memberikan gambaran tentang perasaan kehilangan yang menghantui dan kesedihan yang tak terucapkan.

Puisi "Sajak Kehilangan" bukan hanya sekadar pencitraan kepedihan dan kehilangan, tetapi juga sebuah refleksi tentang bagaimana manusia menghadapi dan merespons rasa kehilangan. Dengan bahasa yang puitis dan imaji yang mendalam, Mustafa Ismail berhasil menciptakan sebuah karya yang menggugah dan mengundang pembaca untuk merenungkan arti sejati dari cinta, kehilangan, dan harapan dalam kehidupan.

Puisi ini menawarkan sebuah pandangan yang intim dan puitis tentang pengalaman manusia dalam menghadapi kehilangan, serta mengajak pembaca untuk mengenali dan merangkul emosi-emosi yang terkait dengan perasaan itu.

Mustafa Ismail
Puisi: Sajak Kehilangan
Karya: Mustafa Ismail

Biodata Mustafa Ismail:
  • Mustafa Ismail lahir pada tanggal 25 Agustus 1971 di Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.