Puisi: Rawa Itu Bernama Kajhu (Karya D. Kemalawati)

Puisi "Rawa Itu Bernama Kajhu" menggambarkan perjalanan hidup yang penuh liku-liku, tantangan, dan keindahan. Metafora yang digunakan menciptakan ...
Rawa Itu Bernama Kajhu
(Untuk Saudara kami Harun Al Rasyid)

Saudaraku haruskah kusesali tentang rawa itu
yang pernah menyimpan kabut mata ibunda
tentang jarak yang menimbun rindu
tentang renta yang tak terelakkan
tentang kau yang mengulur layang
syairkan kemilau langit dalam cahaya laut
di matamu yang penuh kau limpahkan samudra
inong dan agammu menarik sauh disana

Saudaraku, pernahkah kita diskusikan tentang
lidah ombak yang tiba-tiba menjulur panjang
dengan desisnya yang gemuruh menggulung
bukit dan gunung
menjilat bersih rawa-rawa menjadi samudra
padahal engkau hampir sampai di puncak ilmu
istri, anak dan saudaramu kau titipkan di rawa itu

Ketika nama yang kau tabalkan dengan azan dan iqamah
menari-nari dalam hempasan angin
di salah satu tenda pengungsi
tahulah aku tentang hari-harimu yang dipenuhi awan kelabu
hujan deras menerpa jiwaku
rawa itu nyeri dan bisu

Haruskah kusesali tentang rawa itu
padahal cemara-cemara mulai meluruhkan daunnya
padahal qasidah telah mengalahkan ratoh jengkrik
padahal kaki yang berlumpur hanya kadang
saja bila matahari tak bersahabat
salahkah ia kalau ombak mendekat
Kajhu yang cemerlang dalam pasir putih
kini hilang dalam kisaran warna
kitapun terkepung dalam genangan duka.

Banda Aceh, 13 Januari 2005

Analisis Puisi:

Puisi "Rawa Itu Bernama Kajhu" karya D. Kemalawati adalah sebuah karya yang sarat dengan makna, metafora, dan simbolisme yang dalam.

Rawa sebagai Metafora Kesulitan dan Penderitaan: Puisi ini membuka dengan pernyataan "Saudaraku haruskah kusesali tentang rawa itu," di mana "rawa" dapat diartikan sebagai simbol kesulitan, penderitaan, atau ujian dalam kehidupan. Rawa menjadi metafora bagi situasi sulit yang harus dihadapi.

Kabut Mata Ibu dan Jarak yang Menimbun Rindu: Puisi mengaitkan rawa dengan kabut mata ibu dan jarak yang menimbun rindu. Ini mungkin mencerminkan masa lalu yang suram dan kesedihan yang mungkin dirasakan oleh ibu. Jarak yang menimbun rindu menciptakan gambaran kerinduan yang begitu dalam.

Lidah Ombak dan Desisnya yang Gemuruh: Metafora lidah ombak yang menjulur panjang dengan desis gemuruh menggambarkan kekuatan dan dampak perubahan besar. Ombak yang menjilat bersih rawa-rawa menjadi samudra dapat diartikan sebagai perubahan besar yang mungkin terjadi dalam hidup.

Azan dan Iqamah: Nama yang dikumandangkan dengan azan dan iqamah menari-nari dalam hempasan angin menciptakan gambaran tentang spiritualitas dan keagamaan. Namun, pemilihan tempat di "salah satu tenda pengungsi" menyoroti kontrast antara spiritualitas dan realitas kehidupan yang sulit.

Hari-Hari yang Dipenuhi Awan Kelabu: Awan kelabu menciptakan gambaran kegelapan dan kesedihan dalam kehidupan penyair. Ini mencerminkan situasi yang sulit dan suram yang dihadapi, di mana hujan deras melambangkan beban dan kesulitan.

Cemara yang Meluruhkan Daunnya dan Qasidah yang Mengalahkan Ratoh Jengkrik: Puisi menciptakan gambaran keindahan dan kesejukan melalui cemara yang meluruhkan daunnya. Sebaliknya, qasidah yang mengalahkan ratoh jengkrik dapat diartikan sebagai bentuk kemenangan spiritual dan budaya di tengah tantangan hidup.

Ombak yang Mendekat pada Kaki yang Berlumpur: Meskipun terdapat lumpur pada kaki, terkadang matahari tidak bersahabat. Ini dapat diartikan sebagai tantangan dan ketidakpastian yang terus menghampiri, namun dengan harapan bahwa matahari akan bersinar kembali.

Kajhu yang Cemerlang dalam Pasir Putih: Kajhu yang cemerlang dalam pasir putih menjadi simbol kehidupan yang gemilang dan bersinar dalam keindahan alam. Namun, warna dan cemerlangnya hilang dalam genangan duka, menciptakan kontras yang kuat.

Kesimpulan Puisi: Puisi ini menggambarkan perjalanan hidup yang penuh liku-liku, tantangan, dan keindahan. Metafora yang digunakan menciptakan lapisan makna yang mendalam, memungkinkan pembaca untuk merenung tentang kehidupan, perubahan, dan ketahanan dalam menghadapi ujian.

Puisi "Rawa Itu Bernama Kajhu" menjadi karya yang indah dan mendalam, menciptakan gambaran yang kaya akan emosi dan makna yang memerlukan pemahaman yang mendalam dari pembaca.

D. Kemalawati
Puisi: Rawa Itu Bernama Kajhu
Karya: D. Kemalawati

Biodata D. Kemalawati:
  • Deknong Kemalawati lahir pada tanggal 2 April 1965 di Meulaboh, Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.