Puisi: Perempuan Kehilangan Cadar (Karya D. Kemalawati)

Puisi "Perempuan Kehilangan Cadar" karya D. Kemalawati menggambarkan perjalanan batin seorang perempuan yang berjuang dengan identitas dan kehilangan.
Perempuan Kehilangan Cadar

Berlarilah ia dalam gelombang laut
sesunyi camar
ia menenggelamkan gemuruh bathin

entah pada siapa
ia titipkan cadar tipis
penutup bibirnya yang ranum
ia menggelora ketika tasbih dilafazkan
tapi hatinya serapuh kelopak kering
luruh ditepis semilir

jadilah tarian tubuhnya pucuk-pucuk perdu
yang tak pernah melampau ilalang
datang semusim saja

ia tak jeli memaknai pagi
kicauan burung bahkan seribu kunang-kunang
terkepung matahari
lalu ketika tepukan gemuruh itu
menghantam dadanya
ia gairah menari

berlarilah ia dalam gelombang laut
sesunyi camar
ia menenggelamkan gemuruh itu.

Banda Aceh, 7 Juni 2008

Analisis Puisi:

Puisi "Perempuan Kehilangan Cadar" karya D. Kemalawati menawarkan gambaran mendalam tentang perjuangan seorang perempuan yang menghadapi kerentanan dan harapan. Melalui bahasa puitis yang kaya akan simbolisme, puisi ini mengeksplorasi tema identitas, kehilangan, dan kebangkitan.

Gambaran Awal

Puisi dibuka dengan gambaran visual yang kuat: "Berlarilah ia dalam gelombang laut." Frasa ini menciptakan suasana yang dinamis, mencerminkan pergerakan dan perubahan. Laut, yang sering kali melambangkan ketidakpastian dan emosi, memberikan konteks bagi perjalanan batin perempuan yang digambarkan. Ia berlari "sesunyi camar," menyoroti kesunyian yang dalam meskipun di tengah kebisingan dan gerakan.

Kehilangan dan Kerentanan

Di bagian berikutnya, "entah pada siapa ia titipkan cadar tipis," mengisyaratkan kehilangan sesuatu yang penting. Cadar, sebagai simbol identitas dan perlindungan, mencerminkan kerentanan dan keterbukaan perempuan dalam menghadapi dunia. Meskipun ia "menggelora ketika tasbih dilafazkan," ada kontras yang mencolok dengan "hatinya serapuh kelopak kering." Ini menunjukkan bahwa meski ada harapan dan semangat, ada juga sisi rapuh yang harus dihadapi.

Transformasi dan Kebangkitan

Puisi ini melanjutkan dengan mengibaratkan perempuan sebagai "tarian tubuhnya pucuk-pucuk perdu." Gambaran ini menunjukkan keindahan sekaligus kelemahan. Ia "tak jeli memaknai pagi," menandakan ketidakmampuan untuk menghargai keindahan di sekelilingnya karena terperangkap dalam kegundahan batin. Namun, ketika "tepukan gemuruh itu menghantam dadanya," ada transformasi yang terjadi—kebangkitan semangat dan gairah yang memicu gerakan.

Simbolisme dan Makna

Pengulangan frasa "berlarilah ia dalam gelombang laut" di akhir puisi memberikan penekanan pada proses berlari sebagai simbol perjuangan dan pencarian jati diri. Meski ia merasa tenggelam dalam kegundahan, ada kekuatan dalam pergerakan tersebut, menunjukkan bahwa perempuan ini berusaha mengatasi tantangan yang dihadapi.

Puisi "Perempuan Kehilangan Cadar" karya D. Kemalawati adalah karya yang mendalam, menggambarkan perjalanan batin seorang perempuan yang berjuang dengan identitas dan kehilangan. Dengan penggunaan simbolisme yang kuat dan bahasa yang puitis, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kerentanan dan kekuatan yang ada dalam diri perempuan. Dalam perjuangan mereka, terdapat harapan dan semangat untuk terus melangkah meskipun menghadapi gelombang kehidupan yang tak terduga.

D. Kemalawati
Puisi: Perempuan Kehilangan Cadar
Karya: D. Kemalawati

Biodata D. Kemalawati:
  • Deknong Kemalawati lahir pada tanggal 2 April 1965 di Meulaboh, Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.