Puisi: Ode Jalanan (Karya Mustafa Ismail)

Ode Jalanan
Besok kami akan menyegel rumah ibu, katamu dari balik malam, menolak harga-harga naik dan rambut yang tercerabut dari kepala: kita telah menjadi asing dan ketakutan
Di sejumlah sudut, mungkin di sebuah desa di Batang atau sejumlah dusun di Aceh, orang-orang menadah matahari menghitung butir-butir air dari tubuh masing-masing dan kedinginan di malam
Kami telah siap, sambungmu, menjemput ibu yang tak pernah lagi pulang, bahkan untuk sekedar bersalaman, apalagi melepas kangen. Ia telah menjadi orang-orang lain bersama jalanan, gedung-gedung tinggi, dan beragam pesta
Kami hanya bisa mengenang sejumlah senyum dan suara selembut embun, menjadi sejarah yang begitu laknat menguntit setiap tidur, setiap kami terlelap entah di rumah atau dalam bus kota yang padat
Kami siap bergerak untuk membuktikan masa lalu bukan sekedar kenangan. Cuma ingin mengajukan satu-dua pertanyaan: apakah ibu masih ingat kami berjumpalitan di jalanan, mencintainya tanpa ragu, tanpa meminta apa-apa
Kalau tidak, izinkan kami membenci dan mengirimkan sepotong malam, agar ibu tahu betapa menyiksanya kegelapan.
Jakarta, 12 Januari 2003

Analisis Puisi:

Puisi "Ode Jalanan" karya Mustafa Ismail merupakan sebuah refleksi mendalam tentang kehilangan, perubahan, dan rasa sakit dalam hubungan manusiawi, khususnya hubungan antara ibu dan anak. Dengan penggunaan imaji yang kuat dan bahasa yang menggugah, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehidupan yang penuh dengan tantangan dan kesedihan di jalanan kota.

Gambaran Tentang Kehidupan di Jalanan

Puisi ini dibuka dengan gambaran tentang kehidupan di jalanan, di mana harga-harga naik dan ketakutan menyelimuti orang-orang. Ini menciptakan atmosfer kekhawatiran dan ketidakpastian, menunjukkan bahwa jalanan adalah tempat di mana realitas keras kehidupan sering kali terasa paling nyata.

Kehilangan dan Keheningan

Puisi ini juga mengeksplorasi tema kehilangan, terutama kehilangan sosok ibu yang tidak lagi hadir dalam kehidupan sehari-hari. Ungkapan tentang menyegel rumah ibu dan ketidakmampuan untuk melepaskan rasa kangen menyoroti kerinduan yang dalam dan kesedihan yang mendalam. Hal ini menunjukkan bagaimana kehilangan bisa merubah dinamika sebuah keluarga, dan bagaimana hal ini mempengaruhi perasaan anak-anak yang ditinggalkan.

Kontras Antara Desa dan Kota

Kontras antara gambaran kehidupan di desa-desa Batang atau dusun-dusun di Aceh dengan kehidupan di kota besar menyoroti perbedaan sosial dan ekonomi yang ada di Indonesia. Ini juga menggambarkan bahwa masalah-masalah sosial dan ekonomi tidak hanya terjadi di perkotaan, tetapi juga di daerah-daerah pedalaman.

Pemisahan dan Kerinduan akan Kenangan

Puisi ini menunjukkan betapa sulitnya untuk menerima kenyataan bahwa seseorang yang dicintai telah berubah atau pergi. Perasaan yang diungkapkan tentang mengenang senyum dan suara ibu sebagai sejarah yang menyiksa menunjukkan betapa mendalamnya pengaruh kehilangan dalam kehidupan seseorang. Puisi ini juga mengeksplorasi kompleksitas perasaan anak-anak yang ditinggalkan, yang mencoba untuk memahami dan meredakan rasa sakit mereka melalui ingatan dan permintaan maaf yang tidak terucap.

Pesan Tentang Cinta dan Kehadiran

Dengan gaya yang puitis dan penggunaan imaji yang kuat, Mustafa Ismail berhasil menciptakan sebuah karya yang menginspirasi untuk memperdalam makna cinta, komunikasi yang penuh pengertian, dan kehadiran spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Melalui puisi "Ode Jalanan", pembaca diingatkan akan nilai-nilai universal tentang kebaikan hati, perdamaian dalam hubungan, dan pentingnya menghadirkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan.

Dengan demikian, puisi "Ode Jalanan" bukan hanya sekadar sebuah kisah pribadi tentang kehilangan dan perubahan, tetapi juga sebuah refleksi mendalam tentang kompleksitas kehidupan dan betapa rapuhnya hubungan manusiawi dalam menghadapi tantangan hidup.

Puisi: Ode Jalanan

Karya: Mustafa Ismail

Biodata Mustafa Ismail:

• Mustafa Ismail lahir pada tanggal 25 Agustus 1971 di Aceh.