Puisi: Menulis di Pohon (Karya Mustafa Ismail)

Puisi: Menulis di Pohon Karya: Mustafa Ismail
Menulis di Pohon

Aku menulis di pohon tentang mangga tua
baunya ke mana-mana.

Ubanmu tak lagi menyanyikan lagu-lagu dari aksara biru
ia kini jadi batu. beku. pilu.
jadi etalase yang membuat kepalamu ditumbuhi lumut
dan pohon-pohon palma

Kau berjalan seperti siput
menyusuri huruf-huruf bunting di gang becek itu
bak pelacur rindu ciuman

Aku menulis di daun-daun
tapi jangan sebut aku penyair ranting
yang segera luruh diterpa angin

Aku adalah mata rencong
yang siap mencukur ubanmu yang cemong,

melesap sampai di matamu
yang selalu menghijau di depan selembar daun
dan membiru di lautan

di pohon, aku mengamini
cericit burung dan cahaya senja
yang memerah setiap kau alpa

Kau terus mengasah pisau berkarat
untuk memangkas akar-akar yang makin kekar
menjalari perut bukit dan kampung-kampung

Kau membayangkan tentang pulau-pulau
dengan para penyair yang risau
puisi-puisi menjadi kayu api untuk memanaskan kopi

O, pohon tua yang tak lagi tumbuh
dengan ranting yang mulai patah
segeralah berjalan ke barat bersama sore yang lindap

dan di sini, meskipun bukan ruang berpendingin
dengan gelas-gelas kopi yang berdenting,
puisi tetap tumbuh dan abadi

seperti daun, seperti pohon.

Depok, 23 April 2017

Mustafa Ismail
Puisi: Menulis di Pohon
Karya: Mustafa Ismail

Biodata Mustafa Ismail:
  • Mustafa Ismail lahir pada tanggal 25 Agustus 1971 di Aceh.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • KeluhanBeginilah bagian pinang sebatangTiada bercabang kanan dan kiriDilupakan orang, selalu dihindariJadi mainan, angin nan datang.Badanku bagai bulan dan bintangDi langit nirmala…
  • Debar-Debar KarantinaApakah kita gembira hari ini?Positif kena virus lebih 1,7 jutaTekanan Covid-19 tembus 209 negara?Atau berdebar mengingat seratus tahun silamFlu Spanyol merengg…
  • Permintaan Mendengarkan ombak pada hampirku Debar-mendebar kiri dan kanan Melagukan nyanyi penuh santunan Terbitlah rindu ke tempat lahirku. Sebelah timur pada pinggirku …
  • Gembala Perasaan siapa tidak kan nyala Melihatkan anak berlagu dendang Seorang sahaja di tengah padang Tiada berbaju buka kepala. Beginilah nasib anak gembala…
  • Husnul KhotimahPerempuan yang merobek pernyataan cintaMemperkosa perasaan yang timbul pada pejam mataPada pemunculan yang tolol di depan umumLelaki mana bakal menguras genangan air…
  • Harga Duit Turun Lagi Mengapa bulan di jendela makin lama makin redup sinarnya? Karena kehabisan minyak dan energi. Mimpi semakin mahal, hari esok semakin tak terbeli. D…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.