Puisi: Memoria Hujan (Karya Mustafa Ismail)

Puisi "Memoria Hujan" karya Mustafa Ismail menggambarkan sebuah pengalaman yang kaya akan nuansa dan introspeksi terhadap masa lalu, kegelisahan ....
Memoria Hujan

Aku basah kuyup sehabis bersamamu menikmati lukisan
dan tarian aneh jari-jari Mella, di ruang penuh buku
dan bangunan tua dan kau dengan tekun memandang artefak-artefak itu, 
seperti menikmati sebuah masa silam.

Tetapi ada satu hal yang harus kau catat: waktu adalah kegelisahan
seperti menghadapi Toni yang kasmaran, atau kota Barcelona
yang ramai, siap menenggelamkan bekas di wajahmu yang memerah

Namun kita tidak bisa bercermin: masih bergunakah kau menjelajah
artefak-artefak itu, sekedar membuktikan tikungan-tikungan di depanmu
adalah hidup yang nyata dan siap kau susun menjadi rumah-rumah
di hatimu, sejuk dan sendiri.

Jakarta, 11 Juli 2002

Analisis Puisi:

Puisi "Memoria Hujan" karya Mustafa Ismail menggambarkan sebuah pengalaman yang kaya akan nuansa dan introspeksi terhadap masa lalu, kegelisahan waktu, dan kehadiran artefak-artefak dalam kehidupan sehari-hari. Dengan gaya yang khas dan imajinatif, Ismail mengajak pembaca untuk merenungkan makna dari pengalaman-pengalaman yang dihadapi bersama.

Pengalaman Bersama dan Nostalgia

Di bait pertama, pembaca disuguhkan dengan gambaran atmosfer yang kaya akan nuansa visual dan emosional. Kata-kata "aku basah kuyup sehabis bersamamu" langsung mengundang imaji tentang pengalaman fisik yang intens, seperti kebasahan oleh hujan, namun lebih dalam lagi, mencerminkan pengalaman emosional yang mendalam. Lukisan, tarian, dan artefak-artefak di ruang penuh buku dan bangunan tua membawa nuansa nostalgia, menghadirkan gambaran tentang sebuah masa silam yang berkesan dan penuh keindahan.

Kegelisahan Waktu dan Kehidupan

Di bait kedua, kegelisahan terhadap waktu menjadi tema sentral. Kehidupan dipetakan sebagai perjalanan yang terus berubah, diwakili oleh tokoh seperti Toni yang kasmaran dan kota Barcelona yang ramai. Puisi menggambarkan kecemasan terhadap masa depan yang tak pasti, serta pengaruh masa lalu yang tetap membekas dalam ingatan. Bekas di wajah yang memerah mencerminkan jejak-jejak pengalaman yang meninggalkan kesan mendalam, meskipun berada di tengah-tengah keramaian dan kesibukan.

Refleksi dan Pencarian Makna

Puisi ini mengeksplorasi tema refleksi diri dan pencarian makna dalam pengalaman hidup. Pertanyaan apakah masih berguna untuk menjelajahi artefak-artefak masa lalu menjadi sorotan yang menarik. Kata-kata "masih bergunakah kau menjelajah artefak-artefak itu" mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai dan pelajaran yang bisa diambil dari pengalaman-pengalaman masa lalu. Ini mencerminkan usaha untuk memahami dan menyusun kembali pengalaman-pengalaman tersebut agar menjadi bagian yang berarti dalam membangun "rumah-rumah di hatimu, sejuk dan sendiri."

Secara keseluruhan, puisi "Memoria Hujan" menghadirkan gambaran yang mendalam tentang pengalaman manusia dalam menghadapi waktu, masa lalu, dan refleksi diri. Mustafa Ismail dengan cermat menggambarkan kompleksitas emosi dan pemikiran manusia melalui gambaran-gambar yang kuat dan imajinatif. Puisi ini tidak hanya mengundang pembaca untuk menikmati keindahan kata-kata, tetapi juga untuk merenungkan makna yang lebih dalam tentang kehidupan dan pengalaman manusia.

Dengan demikian, puisi "Memoria Hujan" tidak hanya sekadar puisi tentang hujan fisik, tetapi juga hujan kenangan yang meresap dalam jiwa dan menuntun pembaca pada perjalanan introspeksi yang mendalam.

Mustafa Ismail
Puisi: Memoria Hujan
Karya: Mustafa Ismail

Biodata Mustafa Ismail:
  • Mustafa Ismail lahir pada tanggal 25 Agustus 1971 di Aceh.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.