Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Mantra Hujan (Karya Mustafa Ismail)

Secara keseluruhan, "Mantra Hujan" adalah sebuah puisi yang kaya akan simbolisme, keindahan alam, dan keajaiban magis. Mustafa Ismail berhasil ...
Mantra Hujan

Seseorang muncul dari tengah hujan:
bergaun hitam motif Krawang Gayo,
bergerak di tengah kerumunan orang,
di antara pohon-pohon kopi yang berputik

Akulah Puteri Bensu, katamu,
datang dari tengah hutan,
membawa payung-payung besi
Menanti Malim Dewa

Menyemai benih-benih kopi
menyiramnya dengan air Danau
dan di tepi Renggali
Ikan-ikan depik tak henti bernyanyi

Mulutnya komat-kamit
menyemburkan aroma Arabika
kental dan wangi
Matanya secerah pagi

Tapi hujan tak juga berhenti
“Mengapa mantraku jadi beku?”
Di Seladang, daun-daun kopi kuyup
didongmu meletup-letup

Kau lalu melompat ke pucuk pohon
memetik beberapa buah kopi
lalu menyemburkannya dengan puisi
Hujan mendadak berhenti.

Bener Meriah, 26 November 2016

Analisis Puisi:

Puisi "Mantra Hujan" karya Mustafa Ismail membawa pembaca ke dalam dunia penuh magis, kecantikan, dan pertanyaan filosofis.

Imaji dan Simbolisme: Puisi ini dimulai dengan gambaran seseorang yang muncul dari tengah hujan dengan gaun hitam motif Krawang Gayo. Gambaran ini menciptakan citra visual yang indah dan misterius. Gaun hitam dan motif Krawang Gayo mungkin mengandung simbolisme terkait kekuatan mistis dan budaya lokal.

Tokoh Puteri Bensu dan Malim Dewa: Puteri Bensu dan Malim Dewa adalah tokoh-tokoh yang muncul dalam puisi ini. Mereka membawa nuansa keagungan dan keilahian. Puteri Bensu dengan gaun hitamnya dan Malim Dewa yang dinantikan menciptakan aura mitologi atau cerita rakyat, memberikan dimensi yang lebih dalam pada narasi.

Alam dan Pertanian: Puisi ini merentangkan latar belakang alam dengan pohon-pohon kopi, air Danau Renggali, dan ikan-ikan depik yang bernyanyi. Alam dan pertanian menjadi elemen penting dalam puisi ini, menciptakan gambaran tentang siklus hidup dan keindahan di tengah-tengah keadaan alam.

Magis dan Mantra: Konsep mantra muncul dalam puisi ini, terutama ketika Puteri Bensu bertanya, "Mengapa mantraku jadi beku?" Mantra di sini dapat diartikan sebagai kekuatan mistis atau doa yang dapat memengaruhi alam. Kehadiran mantra menciptakan suasana magis dan keajaiban dalam puisi.

Puisi sebagai Keajaiban Pembatas Hujan: Pertanyaan yang diajukan oleh Puteri Bensu, "Mengapa mantraku jadi beku?" menciptakan kebingungan dan konflik. Kemudian, melalui aksi poetisnya, penyair menyelamatkan keadaan dengan memetik beberapa buah kopi dan menyemburkannya dengan puisi. Hujan mendadak berhenti, memberikan nuansa bahwa puisi memiliki kekuatan ajaib untuk menghentikan hujan.

Perasaan dan Suasana: Puisi ini menggambarkan perasaan dengan sangat kuat. Ada aroma kopi yang kental dan wangi, matanya secerah pagi, dan mulutnya yang komat-kamit. Ini memberikan nuansa keindahan dan kelembutan pada suasana puisi.

Pertanyaan Filosofis: Dalam puisi ini, terdapat pertanyaan filosofis tentang kekuatan magis, keberlanjutan alam, dan hubungan manusia dengan alam. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang hubungan kompleks antara manusia dan alam, kekuatan magis, dan keberlanjutan kehidupan.

Secara keseluruhan, "Mantra Hujan" adalah sebuah puisi yang kaya akan simbolisme, keindahan alam, dan keajaiban magis. Mustafa Ismail berhasil menciptakan suasana yang memesona dan memikat pembaca ke dalam dunia puisinya yang unik.

Mustafa Ismail
Puisi: Mantra Hujan
Karya: Mustafa Ismail

Biodata Mustafa Ismail:
  • Mustafa Ismail lahir pada tanggal 25 Agustus 1971 di Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.