Analisis Puisi:
Puisi “Laut” karya Mustiar AR merupakan karya singkat namun sarat makna. Dengan hanya beberapa baris, penyair berhasil menyampaikan rasa kehilangan, perubahan, dan kegersangan—baik secara fisik maupun emosional. Kesederhanaan diksi justru memperkuat kekuatan pesan yang ingin disampaikan.
Tema
Tema utama puisi ini adalah perubahan dan hilangnya keindahan alam. Ada nuansa kerinduan terhadap masa lalu ketika laut berombak, langit biru, dan bumi basah. Puisi ini juga menyentuh tema kekecewaan terhadap kerusakan alam.
Puisi ini bercerita tentang seorang aku lirik yang mengamati perubahan drastis di lingkungan sekitarnya. Laut yang biasanya berombak kini tenang atau mati, langit kehilangan warna birunya, dan bumi yang dulu basah kini menjadi gersang. Semua ini mengarah pada gambaran dunia yang telah kehilangan vitalitasnya.
Makna tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah kerinduan dan kepedihan atas hilangnya kehidupan alami akibat waktu atau ulah manusia. Bisa dibaca sebagai kritik lingkungan terhadap kerusakan ekosistem, atau sebagai metafora tentang perasaan yang meredup dalam diri—dari semangat yang bergejolak menjadi keheningan dan kekosongan.
Suasana dalam puisi
Suasana yang dibangun adalah muram, hampa, dan getir. Kata-kata sederhana seperti “tak lagi” diulang untuk menegaskan hilangnya sesuatu yang dahulu ada, menciptakan nada elegi yang menyedihkan.
Amanat / pesan yang disampaikan
Amanat puisi ini adalah pentingnya menjaga kelestarian alam dan tidak mengabaikan tanda-tanda kerusakan lingkungan. Laut, langit, dan bumi adalah simbol kehidupan; ketika mereka berubah menjadi gersang, manusia pun akan merasakan dampaknya.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji visual:
- “laut tak lagi berombak” menampilkan gambaran laut yang mati dan diam.
- “langit tak lagi biru” menghadirkan citra alam yang kehilangan kesegarannya.
- “bumi tak lagi basah” melukiskan kekeringan yang ekstrem.
Majas
Beberapa majas yang muncul antara lain:
- Repetisi – pengulangan frasa “tak lagi” menegaskan hilangnya kondisi yang dulu ada.
- Metafora – kondisi alam dijadikan simbol perubahan emosional atau spiritual.
- Personifikasi – laut, langit, dan bumi digambarkan memiliki sifat yang dapat berubah seolah mereka makhluk hidup yang kehilangan energi.
Karya: Mustiar AR