Analisis Puisi:
Puisi "Kita Tak Belajar Membaca Tanda-Tanda" karya D. Kemalawati menggambarkan perjalanan manusia melalui goncangan hidup, kepekaan terhadap alam, dan ketidaktahuan terhadap tanda-tanda yang seharusnya menjadi petunjuk.
Goncangan Hidup: "Terhuyung-huyung dalam goncangan panjang" menciptakan gambaran tentang goncangan atau guncangan dalam kehidupan. Ini bisa merujuk pada tantangan dan ujian yang dihadapi manusia.
Keterkaitan dengan Alam: Puisi menyajikan gambaran tentang keterkaitan manusia dengan alam. Saat "bersidekap rapat dengan bumi," terlihat bahwa manusia adalah bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan alamiah.
Air Laut Surut: Gambaran tentang air laut surut menciptakan gambaran dramatis dan perubahan dalam lingkungan alam. Ini bisa diartikan sebagai metafora perubahan dalam kehidupan manusia.
Keajaiban Alam: Puisi menciptakan gambaran keajaiban alam seperti "rumput laut tak sembunyi di balik karang." Keindahan alam tersebut menggambarkan bahwa tanda-tanda kehidupan yang berharga dapat tersembunyi di balik hal-hal sederhana.
Malaikat Izrail: Ketika Malaikat Izrail disebutkan, ini menciptakan suasana keagungan dan ketakutan. Kembalinya Malaikat Izrail dengan laporan dan hitungan menunjukkan bahwa setiap detik kehidupan memiliki arti dan hitungannya.
Ketidakpedulian Terhadap Tanda-Tanda: Puisi mengkritik manusia karena "tak belajar membaca tanda-tanda." Ini mencerminkan ketidakpedulian manusia terhadap petunjuk yang diberikan oleh alam dan takdir.
Kepekaan Batin dan Pandangan Spiritual: "Sebagian kita melihat dengan batinnya" menyoroti kepekaan spiritual dan pandangan yang mendalam terhadap kehidupan. Penggambaran masjid-masjid di bibir pantai sebagai "perahu Nuh" menunjukkan bahwa kebenaran seringkali terlihat oleh mereka yang memiliki pandangan spiritual.
Malaikat Izrail Kembali: Kembalinya Malaikat Izrail dalam waktu singkat menyoroti kecepatan siklus kehidupan dan ketidakpastian akan waktunya.
Penutup: Pertanyaan mengapa berlari dari masjid menciptakan misteri dan meninggalkan pembaca untuk merenung. Hal ini bisa diartikan sebagai pertanyaan filosofis tentang arah hidup dan tindakan manusia dalam menghadapi tanda-tanda yang diberikan.
Secara keseluruhan, puisi ini membawa pembaca melalui perjalanan reflektif terhadap kehidupan, alam, dan spiritualitas, sambil menekankan kebutuhan untuk lebih peka terhadap tanda-tanda yang mungkin menjadi petunjuk dalam hidup.
Karya: D. Kemalawati
Biodata D. Kemalawati:
- Deknong Kemalawati lahir pada tanggal 2 April 1965 di Meulaboh, Aceh.