Puisi: Kisah Seorang Penjual Kafan (Karya M. Aan Mansyur)

Puisi "Kisah Seorang Penjual Kafan" karya M. Aan Mansyur menggambarkan dilema moral dan emosional yang dihadapi oleh seorang penjual kafan.
Kisah Seorang Penjual Kafan

Tak seperti di kiri dan di kanan
tokonya selalu sepi pelanggan
meski ia juga menjual kain
seperti toko-toko yang lain

Kalau ada orang yang mati
apalagi penguasa yang suka korupsi
ia sungguh bersenang hati
sebab kainnya laku terbeli

Begitulah dari jaman ke jaman
ia hanya berjualan kain kafan
agar hidupnya bisa terus berjalan
dan anak-istrinya bisa makan

Semalam ia lihat dari TV disiarkan
di Aceh sebuah musibah datang
di mana-mana mayat berserakan
mengiris hati, sungguh menyedihkan

Ia menangis dan berucap pelan,
"sungguh, ini bukan doaku, Tuhan!"

Desember, 2004

Analisis Puisi:

Puisi "Kisah Seorang Penjual Kafan" karya M. Aan Mansyur menggambarkan dilema moral dan emosional yang dihadapi oleh seorang penjual kafan. Melalui narasi yang sederhana namun kaya makna, Mansyur mengajak pembaca merenungkan sisi lain dari kehidupan yang jarang diperhatikan, yaitu kehidupan orang yang bergantung pada kematian untuk mencari nafkah.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini terdiri dari lima bait dengan skema rima yang bervariasi, mencerminkan irama kehidupan penjual kafan yang tidak teratur. Bahasa yang digunakan cenderung sederhana dan lugas, tetapi penuh dengan makna simbolis. Mansyur menggunakan diksi yang menggugah emosi dan menciptakan suasana yang kontras antara kehidupan dan kematian.

Tema Utama

  1. Dilema Moral: Tema utama puisi ini adalah dilema moral yang dihadapi oleh penjual kafan. Di satu sisi, kematian merupakan sumber penghidupan bagi dirinya dan keluarganya, tetapi di sisi lain, ada rasa sedih dan penyesalan ketika musibah besar terjadi.
  2. Kehidupan dan Kematian: Puisi ini juga mengeksplorasi hubungan antara kehidupan dan kematian. Penjual kafan menjadi simbol dari manusia yang hidup di tengah-tengah dua dunia ini, di mana kematian orang lain menjadi penopang kehidupan keluarganya.
  3. Kesedihan dan Empati: Meskipun penjual kafan mendapat keuntungan dari kematian, ada rasa empati dan kesedihan yang mendalam ketika melihat korban musibah, seperti yang digambarkan dalam stanza terakhir.

Simbolisme dan Makna

  1. Penjual Kafan: Penjual kafan adalah simbol dari orang-orang yang bergantung pada aspek-aspek gelap kehidupan untuk bertahan hidup. Ia mewakili mereka yang pekerjaannya terkait dengan kematian dan penderitaan, tetapi tetap harus mempertahankan kemanusiaannya.
  2. Kain Kafan: Kain kafan melambangkan kematian dan akhir kehidupan, tetapi juga merupakan barang dagangan yang menjaga kehidupan penjual kafan dan keluarganya. Ini menciptakan kontras antara fungsi kain kafan sebagai penutup jenazah dan sebagai alat untuk kehidupan.
  3. Musibah di Aceh: Referensi terhadap musibah di Aceh memberikan konteks nyata yang menekankan dampak emosional dari kematian massal. Ini menambah lapisan empati dan kesedihan pada puisi, menunjukkan bahwa penjual kafan adalah manusia yang merasakan penderitaan orang lain.

Analisis Mendalam

Puisi ini menggunakan narasi yang kuat untuk menggambarkan realitas yang kompleks. Penjual kafan berada dalam situasi paradoksal di mana ia diuntungkan oleh kematian orang lain, tetapi tetap merasa sedih dan bersalah. Ini menggambarkan konflik internal yang dalam, di mana kebutuhan ekonomi bertentangan dengan moralitas dan empati.

Bait pertama dan kedua menekankan betapa sepinya toko penjual kafan dibandingkan dengan toko-toko lain, kecuali saat ada kematian. Ini menciptakan gambaran tentang ketergantungan ekonomi pada kematian, yang pada akhirnya menimbulkan kebahagiaan yang ironis ketika terjadi kematian, terutama dari "penguasa yang suka korupsi".

Bait ketiga menggambarkan rutinitas dan keberlanjutan hidup penjual kafan, yang harus tetap berjalan meskipun dengan cara yang tidak biasa. Ini menunjukkan keteguhan dan realitas keras kehidupan mereka yang bekerja di bidang yang tidak umum.

Bait terakhir adalah yang paling emosional, di mana penjual kafan mengekspresikan rasa sedih dan penyesalannya saat melihat mayat-mayat berserakan akibat musibah. Ucapannya "sungguh, ini bukan doaku, Tuhan!" menekankan bahwa meskipun pekerjaannya terkait dengan kematian, ia tidak menginginkan penderitaan bagi orang lain.

Puisi "Kisah Seorang Penjual Kafan" karya M. Aan Mansyur adalah refleksi mendalam tentang dilema moral dan emosional yang dihadapi oleh seseorang yang hidup dari kematian orang lain. Melalui bahasa yang sederhana namun kaya simbolisme, Mansyur berhasil menggambarkan kompleksitas dan kepekaan manusia terhadap penderitaan. Puisi ini mengingatkan kita akan kemanusiaan yang ada di balik profesi yang mungkin tampak tidak biasa, serta pentingnya empati dalam menghadapi realitas kehidupan yang keras.

M. Aan Mansyur
Puisi: Kisah Seorang Penjual Kafan
Karya: M. Aan Mansyur

Biodata M. Aan Mansyur:
  • M. Aan Mansyur lahir pada tanggal 14 Januari 1982 di Bone, Sulawesi Selatan.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.