Analisis Puisi:
Puisi "Kesaksian" karya Maskirbi adalah karya yang menghadirkan gambaran keadaan masyarakat yang dilanda konflik, kebingungan moral, dan keputusasaan. Puisi ini mengekspresikan ketidakmampuan manusia dalam menghentikan kekejaman yang terjadi, sementara kesaksian mereka hanya dapat disimpan dalam diam.
Konflik dan Keputusasaan dalam Kondisi Saksi
1. Menyaksikan Kekerasan dan Ketidakadilan: Penyair mengekspresikan bagaimana manusia menjadi saksi atas kekerasan, ketidakadilan, dan kejahatan yang terjadi di sekitar mereka. Mereka terpaksa menyimpan kesaksian mereka dalam diam karena ketidakmampuan untuk mengubah keadaan.
2. Ketakberdayaan dan Kebingungan Moral: Puisi ini juga mencerminkan ketidakmampuan manusia dalam memilih antara benar dan salah, ketika segalanya tampak telah diatur untuk meredam kebenaran. Hal ini menyebabkan kebingungan moral dan ketidakmampuan dalam menegakkan keadilan.
Keheningan dalam Kesaksian dan Dendam
1. Kesaksian dan Dendam yang Tersimpan: Penyair menyoroti bagaimana kesaksian yang tersimpan dalam diam kemudian diubah menjadi dendam yang juga tersimpan dalam kedukaan dan keheningan. Ini mencerminkan kekecewaan dan keputusasaan karena mereka tidak dapat bertindak atau mengubah keadaan.
2. Kesimpulan yang Menyayat Hati: Puisi ini berakhir dengan frasa "Masya Allah! ...." yang menunjukkan keheranan dan keputusasaan atas kondisi yang dihadapi. Penyair menekankan keheningan dan kekerasan yang membuat manusia terasa terbatu, baik dalam diam maupun dalam dendam yang tertahan.
Puisi "Kesaksian" karya Maskirbi adalah ungkapan dari ketidakmampuan manusia dalam menghentikan kejahatan dan kekerasan, serta dalam menegakkan kebenaran. Melalui gambaran konflik, keputusasaan, dan kebingungan moral, penyair menyampaikan bagaimana kesaksian dan dendam tersimpan dalam hening yang menyayat hati, menyoroti kekecewaan dan ketidakmampuan dalam mengubah keadaan yang melanda masyarakat.
Karya: Maskirbi
Biodata Maskirbi:
- Maskirbi lahir pada tanggal 9 Oktober 1952 di Tarutung, Tapanuli Utara.
- Maskirbi dilaporkan dan dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 26 Desember 2004 bersamaan peristiwa tsunami di Aceh.