Puisi: Ke Langit Tak Berbatas (Karya Fikar W. Eda)

Puisi "Ke Langit Tak Berbatas" karya Fikar W. Eda menawarkan gambaran kuat tentang perjuangan dan perasaan terasing dalam menghadapi tantangan hidup.
Ke Langit Tak Berbatas

Ke langit tak berbatas
ke bumi tak berpentas
seperti burung lepas
aku terbang sendirian

Terhempas di arus deras
mental ke bawah ke atas
persis lembar kertas
tercampak dari jilitan

Tubuh kumal nasib kumal
penuh sulam penuh tambal
benang kasar cerai berai
terburai dari pintalan

Awan hitam payungku
sampai kapan berlalu
menjadi hujan netes ke dagu
agaknya inilah suratan

Rimba raya rumahku
langkah jerat akar kayu
memungut ratap daun layu
pohon-pohon bertumbangan

Di tengah kota aku sesat
terhimpit mimpi angan kasat
tubuhku lumat
sampai tak kelihatan

Mereka asyik atur siasat
di meja seminar nasib tercatat
diiring tawa sedikit debat
seperti ayam aku dientaskan

(ke langit tak berbatas
ke bumi tak berpentas)

Banda Aceh, Agustus 1994

Sumber: Rencong (2005)

Analisis Puisi:

Puisi "Ke Langit Tak Berbatas" karya Fikar W. Eda merupakan sebuah karya yang mengeksplorasi tema kesepian, kekacauan nasib, dan keresahan dalam kehidupan. Dengan gaya bahasa yang metaforis dan penuh simbolisme, puisi ini menawarkan gambaran mendalam tentang perjuangan dan ketidakberdayaan dalam menghadapi tantangan hidup.

Tema

  • Kesepian dan Keresahan: Tema utama puisi ini adalah kesepian dan keresahan yang dirasakan oleh individu yang merasa terasing dari dunia sekitarnya. Dengan mengibaratkan diri sebagai burung yang terbang sendirian dan lembar kertas yang tercampak, puisi ini mengekspresikan rasa terasing dan kesulitan dalam menemukan tempat atau arah di dunia.
  • Kekacauan dan Nasib: Puisi ini juga menggambarkan kekacauan dan ketidakberdayaan dalam menghadapi nasib. Penggunaan metafora seperti "tubuh kumal nasib kumal" dan "benang kasar cerai berai" menunjukkan bagaimana kehidupan sering kali penuh dengan ketidakstabilan dan kerusakan, yang membuat individu merasa terjebak dan tidak berdaya.

Gaya dan Struktur

  • Gaya Bahasa: Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang metaforis dan simbolis untuk menyampaikan perasaan dan pengalaman penulis. Pilihan kata seperti "burung lepas", "lembar kertas", dan "benang kasar cerai berai" memberikan gambaran visual yang kuat tentang perasaan terasing dan kekacauan.
  • Struktur dan Alur: Puisi ini disusun dalam beberapa bait dengan struktur empat baris per bait, kecuali bait terakhir dengan hanya dua baris, memungkinkan penulis untuk mengeksplorasi berbagai aspek dari tema kesepian dan kekacauan. Struktur ini memberikan kebebasan dalam menyampaikan pesan yang kompleks dan berlapis.

Makna dan Pesan

Puisi "Ke Langit Tak Berbatas" menyampaikan pesan tentang kesepian, kekacauan, dan ketidakberdayaan yang dialami oleh individu dalam menghadapi tantangan hidup. Dengan menggambarkan perasaan terasing dan tidak berdaya, puisi ini menekankan betapa sulitnya untuk menemukan tempat dan arah dalam dunia yang penuh dengan kesulitan dan ketidakadilan. Pesan utama puisi ini adalah bahwa meskipun seseorang mungkin merasa terasing dan tidak berarti, pengalaman tersebut adalah bagian dari perjalanan hidup yang lebih besar.

Puisi "Ke Langit Tak Berbatas" karya Fikar W. Eda adalah puisi yang mendalam dan reflektif, mengeksplorasi tema kesepian, kekacauan, dan ketidakberdayaan. Dengan gaya bahasa metaforis dan simbolis, puisi ini menawarkan gambaran kuat tentang perjuangan dan perasaan terasing dalam menghadapi tantangan hidup. Pesan tentang ketidakberdayaan dan kekacauan menambah dimensi puitis yang memikat, membuat puisi ini menjadi karya yang menggugah dan inspiratif.

Fikar W. Eda
Puisi: Ke Langit Tak Berbatas
Karya: Fikar W. Eda

Biodata Fikar W. Eda:
  • Fikar W. Eda lahir pada tanggal 8 Mei 1966 di Takengon, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.