Analisis Puisi:
Puisi Berhentilah Mengepung Langit karya D. Kemalawati menggambarkan sebuah perjalanan emosional yang menyentuh tema harapan, kehilangan, dan kenyataan. Melalui simbolisme yang kaya, puisi ini menciptakan gambaran yang mendalam tentang usaha manusia untuk mencapai hal-hal yang tampaknya jauh dan tidak terjangkau, serta konsekuensi dari ambisi tersebut.
Simbolisme Langit dan Bumi
Di awal puisi, penulis menggunakan simbol langit sebagai representasi harapan, cita-cita, atau sesuatu yang tinggi dan tak terjangkau. Saat penulis menyatakan “meski pun kau coba mengepung langit”, kita dapat merasakan usaha yang sia-sia untuk meraih sesuatu yang lebih tinggi dari kehidupan sehari-hari. Langit di sini menggambarkan impian dan aspirasi, sedangkan bumi mewakili kenyataan yang mengikat.
Konflik antara Aspirasi dan Realitas
Puisi ini menunjukkan ketegangan antara usaha untuk meraih impian dan batasan yang ada di dunia nyata. Pernyataan “membakar pucuk gersang hingga asapnya tumpah ke jalan raya” menciptakan visualisasi tentang tindakan destruktif yang dapat dilakukan demi mencapai tujuan. Namun, pada saat yang sama, hasilnya justru menimbulkan kerugian dan penderitaan, menggambarkan bahwa ambisi yang tidak terarah dapat membawa konsekuensi negatif.
Kehilangan dan Penyesalan
Di bait selanjutnya, penulis mencatat, “pernah kau jaga kilau embun di helai kenanga hingga pagimu hilang lenyap”. Ini menciptakan suasana nostalgia dan kehilangan. Penjagaan terhadap sesuatu yang indah dan berharga—embun di helai kenanga—mewakili harapan dan keindahan yang dapat sirna jika tidak dijaga dengan baik. Kehilangan ini semakin diperkuat dengan pernyataan bahwa “tetapi hujan menumpahkannya”, yang menunjukkan bahwa kekuatan alam atau faktor eksternal sering kali dapat menghancurkan harapan yang sudah ada.
Kesadaran akan Keterbatasan
Pengulangan frasa “berhenti saja mengepung langit” di akhir puisi memberikan nuansa kesadaran akan keterbatasan manusia. Saat penulis menekankan bahwa “kakimu terpaku di bumi,” ada pengakuan bahwa terlepas dari semua usaha dan keinginan untuk mencapai yang tinggi, pada akhirnya, kita tetap terikat pada realitas. Ini bisa diartikan sebagai pengingat untuk menerima kenyataan dan menghargai apa yang ada di sekitar kita, alih-alih terus menerus mengejar sesuatu yang mungkin tidak bisa dicapai.
Puisi Berhentilah Mengepung Langit adalah sebuah refleksi yang mendalam tentang ambisi, kehilangan, dan penerimaan terhadap realitas. D. Kemalawati menggunakan simbolisme yang kuat untuk menyampaikan pesan bahwa meskipun mengejar impian itu penting, kita juga harus menyadari keterbatasan dan kenyataan yang ada. Dengan merangkul bumi, kita mungkin menemukan keindahan dan kedamaian dalam hidup yang sederhana, serta menghargai momen-momen kecil yang sering kali terabaikan dalam pencarian kita untuk mencapai langit.
Karya: D. Kemalawati
Biodata D. Kemalawati:
- Deknong Kemalawati lahir pada tanggal 2 April 1965 di Meulaboh, Aceh.