Puisi: Andai Kau Kembalikan Biji Kopi pada Tangkainya (Karya D. Kemalawati)

Puisi "Andai Kau Kembalikan Biji Kopi pada Tangkainya" karya D. Kemalawati menyentuh tema kehilangan dan kerinduan yang dalam, menggunakan kopi ...
Andai Kau Kembalikan
Biji Kopi pada Tangkainya

Andai kau kembalikan bubuk kopi pada bijinya
menggantungkan pada tangkai dahannya
di antara lebat daun yang bungkam
apa mungkin kau kembalikan
aroma yang terlanjur mengepul
di atas cangkir tak bertutup
melayang di awan petang
yang lengang

Kukatakan padamu
kembalilah pada kehendak air mendidih
yang mengenali waktu kapan
uapnya menghantar basah
ke wajah kita yang lengah tengadah

Seandainya pun kau kembalikan biji kopi pada tangkainya
tak jua kutemukan aromanya kembali
karena kau pun serupa awan di antara langit kelam
sehitam kopi menghitamkan hatiku.

Banda Aceh, 8 Februari 2011

Analisis Puisi:

Puisi "Andai Kau Kembalikan Biji Kopi pada Tangkainya" karya D. Kemalawati menyentuh tema kehilangan dan kerinduan yang dalam, menggunakan kopi sebagai simbol untuk menggambarkan emosi yang kompleks. Melalui imaji yang kuat dan bahasa puitis, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang waktu, kenangan, dan harapan yang tak terwujud.

Simbolisme Biji Kopi

Pembukaan puisi dengan kalimat "Andai kau kembalikan bubuk kopi pada bijinya" menciptakan gambaran yang sangat kuat tentang sesuatu yang telah hilang. Biji kopi, yang merepresentasikan potensi dan harapan, telah menjadi bubuk, menunjukkan bahwa sesuatu yang berharga telah hilang bentuknya. Ini bisa diinterpretasikan sebagai kerinduan akan hubungan yang telah berakhir atau kenangan yang tidak dapat diulang.

Kontras antara Aroma dan Kehilangan

Kemalawati melanjutkan dengan menjelaskan tentang "aroma yang terlanjur mengepul", yang menciptakan kontras antara keindahan dan kehilangan. Aroma kopi yang mengepul adalah simbol dari momen-momen indah yang telah berlalu, tetapi kini hanya tinggal kenangan. Penggunaan kata "tak bertutup" memberikan kesan bahwa ada sesuatu yang tidak terlindungi, membuat kehilangan itu terasa lebih nyata.

Kembali pada Kehendak Air Mendidih

Pernyataan "kembalilah pada kehendak air mendidih" menggambarkan harapan untuk kembali pada keadaan awal, saat segalanya masih segar dan penuh potensi. Air mendidih di sini mewakili kehidupan dan dinamika yang mampu menghidupkan kembali kenangan yang manis. Namun, penggambaran "wajah kita yang lengah tengadah" menunjukkan bagaimana kita seringkali tidak siap untuk menghadapi kenyataan, yang menciptakan ketidakpastian dan kerentanan.

Kesedihan dan Kehilangan yang Mendalam

Baris terakhir, "karena kau pun serupa awan di antara langit kelam / sehitam kopi menghitamkan hatiku", menyoroti kedalaman kesedihan yang dialami. Awan di langit kelam menggambarkan nuansa pesimisme dan kehilangan, sementara kopi yang hitam melambangkan perasaan pahit dan gelap dalam hati penulis. Ini adalah penggambaran yang sangat kuat tentang bagaimana kehilangan dapat membentuk perasaan kita terhadap dunia di sekitar kita.

Puisi "Andai Kau Kembalikan Biji Kopi pada Tangkainya" karya D. Kemalawati adalah karya yang menggugah, dengan penggunaan simbol kopi yang efektif untuk menggambarkan kerinduan, kehilangan, dan harapan yang tidak terwujud. Melalui imaji yang puitis dan bahasa yang mendalam, Kemalawati mengajak pembaca untuk merenungkan tentang bagaimana kenangan dan waktu dapat mempengaruhi perasaan kita. Puisi ini menjadi pengingat bahwa meskipun ada kerinduan untuk kembali ke masa lalu, beberapa hal mungkin tidak dapat dikembalikan lagi, meninggalkan jejak yang mendalam dalam hati kita.

D. Kemalawati
Puisi: Andai Kau Kembalikan Biji Kopi pada Tangkainya
Karya: D. Kemalawati

Biodata D. Kemalawati:
  • Deknong Kemalawati lahir pada tanggal 2 April 1965 di Meulaboh, Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.