Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Anakku Menangis (Karya Mustafa Ismail)

Puisi "Anakku Menangis" karya Mustafa Ismail menggambarkan suatu momen reflektif tentang kehidupan, harapan, dan kekecewaan dalam konteks hubungan ...
Anakku Menangis

Anakku menangis menagih jam mainnya
bagai gelombang menendang langit
padahal malam telah larut, saatnya kita mengisi hidup
dengan kegembiraan mimpi-mimpi

Banyak orang menangis di luar
langit telah sobek - di Aceh, Ambon, Bengkulu, dan Jakarta -
kita hanya bisa menunggu, cuma menunggu
ada embun yang jatuh, entah dari mana

Sebab hidup telah banyak melahirkan pertengkaran
untuk kesekian kali, kita pun menanggung kekalahan.

Jakarta, 25 Juni 2000

Analisis Puisi:

Puisi "Anakku Menangis" karya Mustafa Ismail menggambarkan suatu momen reflektif tentang kehidupan, harapan, dan kekecewaan dalam konteks hubungan orang tua dan anak, serta peristiwa sosial yang mengharukan.

Gambaran Tentang Anak dan Kegembiraan

Puisi ini dimulai dengan gambaran yang kuat, "Anakku menangis menagih jam mainnya / bagai gelombang menendang langit". Ini menunjukkan betapa kuatnya emosi anak yang merindukan kesenangan dan kegembiraan dalam hidupnya. Gelombang yang menendang langit juga bisa menggambarkan kekuatan emosional yang besar dari anak tersebut.

Kontras dengan Kondisi Sosial

Puisi ini tidak hanya berfokus pada hubungan personal antara orang tua dan anak, tetapi juga menyelipkan pandangan terhadap kondisi sosial yang sulit. "Banyak orang menangis di luar / langit telah sobek - di Aceh, Ambon, Bengkulu, dan Jakarta -" mencerminkan penderitaan dan kesedihan yang tersebar luas di masyarakat, yang berada di bawah tekanan atau menghadapi tragedi.

Penungguan dan Kekecewaan dalam Hidup

Puisi ini mengekspresikan perasaan menunggu yang panjang, "kita hanya bisa menunggu, cuma menunggu / ada embun yang jatuh, entah dari mana", yang menunjukkan perasaan harapan terhadap sesuatu yang baik akan datang, meskipun tidak pasti dari mana dan kapan hal itu akan terjadi.

Kesimpulan yang Pahit tentang Kehidupan

Puisi ini mengakhiri dengan kesan yang pahit tentang kehidupan, bahwa "hidup telah banyak melahirkan pertengkaran / untuk kesekian kali, kita pun menanggung kekalahan." Ini menunjukkan bahwa kehidupan sering kali penuh dengan konflik dan kegagalan, yang tidak hanya mempengaruhi orang dewasa tetapi juga anak-anak yang rentan terhadap pengaruh lingkungan dan keadaan di sekitar mereka.

Puisi "Anakku Menangis" karya Mustafa Ismail adalah sebuah puisi yang menyentuh hati, dengan menggambarkan kompleksitas emosi manusia dari harapan dan kegembiraan hingga kekecewaan dan penderitaan. Melalui penggunaan gambaran yang kuat dan kata-kata yang sederhana namun bermakna, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti kehidupan, ketidakpastian, dan perjuangan dalam menghadapi tantangan hidup.

Mustafa Ismail
Puisi: Anakku Menangis
Karya: Mustafa Ismail

Biodata Mustafa Ismail:
  • Mustafa Ismail lahir pada tanggal 25 Agustus 1971 di Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.