Sumber: Rindu Bahagia (1963)
Analisis Puisi:
Puisi "Aku Serdadumu" karya Ali Hasjmy adalah sebuah karya yang penuh semangat perjuangan dan kebangkitan. Puisi ini mengekspresikan semangat juang yang tinggi dalam melawan penjajahan dan membela tanah air.
Semangat Perjuangan dan Kebangkitan: Puisi ini menciptakan gambaran semangat perjuangan dan kebangkitan yang menggema. Penggunaan kata-kata yang bertenaga seperti "gegap gempita," "mengguruh riuh mengguntur," "membayu menderu-deru," dan "menyala membakar penjajah" menciptakan suasana yang penuh semangat dan determinasi dalam melawan penjajahan.
Solidaritas dan Persatuan: Puisi ini menggambarkan persatuan dan solidaritas di antara berbagai lapisan masyarakat untuk melawan penjajahan. Dari nenek-nenek hingga mudabelia, dari kakek tua hingga dara remaja, semuanya bersatu dalam semangat perjuangan. Hal ini menciptakan gambaran bahwa perjuangan melibatkan semua generasi dan kelompok.
Panggilan untuk Pemimpin: Puisi ini juga menyampaikan panggilan kepada pemimpin perjuangan, dalam hal ini Bung Karno, untuk memberi komando dan mengarahkan perjuangan. Penggunaan "Bung Karno, Pacu kuda jihadmu" adalah panggilan kepada pemimpin untuk terus memimpin perjuangan rakyat.
Warisan Sejarah dan Identitas: Puisi ini mengacu pada warisan sejarah dan identitas bangsa, dengan menyebutkan tokoh-tokoh seperti Iskandar Muda, Ratu Safiah, dan Mujahid Tiro. Ini menciptakan rasa kontinuitas dalam perjuangan dari masa lalu hingga kini, dan membangkitkan semangat nasionalisme dan kebanggaan atas identitas budaya.
Puisi "Aku Serdadumu" adalah karya yang menggambarkan semangat perjuangan dan kebangkitan dalam melawan penjajahan. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan imaji yang menggugah, penyair mengajak pembaca untuk menghargai semangat perjuangan dan persatuan dalam mempertahankan tanah air.
Karya: Ali Hasjmy
Biodata Ali Hasjmy:
- Prof. Ali Hasjmy lahir di Lampaseh, Aceh Besar dengan nama lengkap Muhammad Ali Hasyim pada tanggal 28 Maret 1914.
- Ali Hasjmy meninggal dunia di Banda Aceh, pada tanggal 18 Januari 1998.
- Dalam dunia sastra, Ali Hasjmy pernah menggunakan beberapa nama pena, antara lain Al Hariry, Aria Hadiningsun dan Asmara Hakiki.