Sumber: Seperti Belanda (2020)
Analisis Puisi:
Puisi "Aceh Mendesah dalam Nafasku" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya sastra yang memadukan tema sejarah, religius, dan perasaan pribadi penulis terhadap Aceh. Puisi ini menciptakan gambaran yang kuat tentang kedalaman emosi dan pengalaman penulis terhadap Aceh, serta menggambarkan kedamaian dan keprihatinan yang ada dalam batinnya.
Hubungan Emosional dengan Aceh: Puisi ini dimulai dengan pengakuan bahwa penulis belum pernah mengunjungi Aceh secara fisik, tetapi hubungannya dengan Aceh sangat kuat. Penulis mencium "aroma pena Syekh Hamzah Fansuri" dan merasakan keindahan senyum "Teungku Ali Hasjmy." Ini menunjukkan bahwa penulis merasakan hubungan spiritual dan emosional yang mendalam dengan tokoh-tokoh dan kisah-kisah dari Aceh.
Dampak Pengalaman Media: Penulis menggambarkan bagaimana berita dan informasi dari Aceh terus masuk ke dalam hidupnya melalui media seperti koran dan televisi. Bahkan tanpa kunjungan fisik, Aceh hadir dalam perasaan dan pikiran penulis setiap hari. Kata-kata "Aceh menangis, Aceh pun mengalir dalam sedu-sedanku" menggambarkan rasa keprihatinan dan dukacita yang mendalam dalam hati penulis terhadap peristiwa-peristiwa di Aceh.
Asosiasi Religius dan Doa:
Puisi ini sangat kental dengan unsur religius. Penulis berbicara tentang berdoa kepada Allah dengan sebutan-sebutan-Nya yang berarti Penyayang dan Pengasih. Penulis juga mengutip azan dan doa-doa dalam bait-bait tertentu, menambahkan dimensi spiritual dalam puisi ini. Pemanggilan nama-nama Allah menggambarkan harapan penulis akan damai dan keberkahan bagi Aceh.
Gambaran Sejarah dan Kemanusiaan: Puisi ini juga menciptakan gambaran sejarah Aceh dengan merujuk pada tokoh-tokoh seperti Syekh Hamzah Fansuri, Teungku Ali Hasjmy, serta fakta sejarah seperti Perlak dan Pasai. Penulis menghubungkan perjalanan sejarah ini dengan perjuangan memelihara damai dan keberkahan. Puisi ini menunjukkan bagaimana sejarah dan spiritualitas menyatu dalam pandangan penulis tentang Aceh.
Tema Damai dan Ketenangan: Tema damai dan ketenangan tampil dalam puisi ini dengan kuat. Kata-kata seperti "zakir" (zikir) dan "bersujud damai dalam salat" menciptakan atmosfer spiritual dan meditatif. Penulis menginginkan bahwa damai dan kesucian dapat meresap ke dalam hati semua orang.
Puisi "Aceh Mendesah dalam Nafasku" karya D. Zawawi Imron adalah sebuah karya yang menggambarkan hubungan emosional penulis terhadap Aceh, menciptakan gambaran tentang perasaan, kesejarahan, dan spiritualitas. Dalam puisi ini, Aceh menjadi lebih dari sekadar tempat geografis, melainkan sebuah entitas spiritual yang memberi dampak mendalam pada perasaan dan pikiran penulis.

Puisi: Aceh Mendesah dalam Nafasku
Karya: D. Zawawi Imron
Biodata D. Zawawi Imron:
- D. Zawawi Imron lahir pada tanggal 1 Januari 1945 di desa Batang-batang, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.