Puisi: Tergambarkah di Sini, Sunyimu (Karya Linus Suryadi AG)

Puisi "Tergambarkah di Sini, Sunyimu" karya Linus Suryadi AG mengajak pembaca untuk merenung tentang bagaimana kesunyian dapat mengungkapkan ...
Tergambarkah di Sini,
Sunyimu, Segala Dusta

Tergambarkah di sini, sunyimu, segala dusta
geriap angin, merayap, tengah malam purnama
hasrat berbagi beban batin bersamamu, bersetia.

Tergambarkan di sini, sunyimu, segala dusta
mengurai hikmah, dalam kasih, dalam pesona
adalah Wasiat Abadi sebagai saksi kehadiran kita.

1973

Sumber: Langit Kelabu (1980)

Analisis Puisi:

Puisi "Tergambarkah di Sini, Sunyimu" karya Linus Suryadi AG adalah sebuah karya yang mengeksplorasi tema kesunyian, kebenaran, dan hubungan batin dalam konteks waktu dan ruang. Dengan penggunaan bahasa yang puitis dan simbolis, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang bagaimana kesunyian dan kebenaran saling berkaitan dalam pengalaman manusia.

Kesunyian dan Kebenaran

Puisi ini dimulai dengan "Tergambarkah di sini, sunyimu, segala dusta," yang segera menyoroti hubungan antara kesunyian dan kebenaran. "Sunyi" di sini merujuk pada keadaan kosong atau tenang, dan "dusta" menggambarkan ketidakbenaran atau kebohongan. Frasa ini mengajukan pertanyaan retoris tentang apakah kesunyian ini mampu menggambarkan atau mengungkapkan semua kebohongan atau ketidakbenaran yang ada.

Kesunyian sering kali dianggap sebagai ruang di mana kebenaran dan realitas dapat muncul lebih jelas, karena dalam keheningan, kita lebih mampu merenung dan memproses apa yang terjadi di sekitar kita. Namun, di sini, kesunyian juga dikaitkan dengan dusta, menunjukkan bahwa mungkin ada aspek dari kebenaran yang tersembunyi atau tidak terlihat jelas dalam keadaan tenang ini.

Geriap Angin dan Malam Purnama

"Gerai angin, merayap, tengah malam purnama" menciptakan gambaran visual dan sensorik yang kuat. Angin yang "merayap" dan "tengah malam purnama" menggambarkan suasana malam yang tenang namun penuh dengan kehadiran halus yang tidak terlihat. Malam purnama, dengan cahayanya yang lembut, menambahkan elemen misteri dan refleksi pada puisi ini.

Kehadiran malam purnama dalam puisi ini menunjukkan waktu yang khusus untuk merenung dan memahami perasaan batin. Malam purnama sering dianggap sebagai waktu untuk introspeksi, di mana kita dapat menghadapi dan memahami kebenaran dalam diri kita sendiri.

Hasrat dan Kesetiaan

"Hasrat berbagi beban batin bersamamu, bersetia" menggambarkan keinginan untuk berbagi dan merasakan hubungan batin dengan seseorang dalam keadaan kesunyian. Hasrat ini adalah dorongan untuk memahami dan berkomunikasi dengan orang lain secara mendalam, berbagi beban emosional dan psikologis. Kesetiaan di sini menunjukkan komitmen untuk tetap bersama dan mendukung, meskipun dalam keadaan yang penuh tantangan atau kesunyian.

Kesetiaan ini juga mencerminkan nilai dari hubungan yang mendalam dan tulus, di mana kedua belah pihak saling mendukung dalam perjalanan emosional mereka, terutama dalam momen-momen kesunyian dan refleksi.

Mengurai Hikmah dalam Kasih dan Pesona

"Tergambarkan di sini, sunyimu, segala dusta, mengurai hikmah, dalam kasih, dalam pesona" menunjukkan bagaimana kesunyian dapat mengungkapkan hikmah atau kebijaksanaan. Kesunyian ini bukan hanya tentang ketiadaan suara, tetapi juga tentang memahami dan mengurai pelajaran hidup yang tersembunyi di balik pengalaman tersebut.

Hikmah yang "diurai dalam kasih dan pesona" menunjukkan bahwa kebenaran dan kebijaksanaan sering kali datang melalui pengalaman yang penuh dengan cinta dan keindahan. Ini mencerminkan bagaimana hubungan batin yang mendalam dan penuh dengan kasih dapat membawa pemahaman dan wawasan yang lebih besar tentang diri kita dan dunia di sekitar kita.

Wasiat Abadi dan Kehadiran

"Adalah Wasiat Abadi sebagai saksi kehadiran kita" menggarisbawahi ide bahwa ada sesuatu yang kekal dan abadi yang menyaksikan dan mendukung kehadiran kita. Wasiat Abadi bisa diartikan sebagai nilai-nilai, prinsip, atau kebenaran universal yang tetap ada meskipun kita mengalami perubahan dan tantangan dalam hidup.

Ini mencerminkan keyakinan bahwa ada sesuatu yang lebih besar dan abadi yang menyaksikan dan membimbing kita melalui pengalaman hidup kita. Kehadiran ini memberikan makna dan arah dalam perjalanan kita, serta mendukung kita dalam pencarian kebenaran dan pemahaman.

Kebenaran dalam Kesunyian

Puisi "Tergambarkah di Sini, Sunyimu" karya Linus Suryadi AG adalah sebuah karya yang mendalam dan reflektif, mengeksplorasi hubungan antara kesunyian, kebenaran, dan pengalaman batin. Dengan menggunakan simbol-simbol dari malam, angin, dan hasrat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang bagaimana kesunyian dapat mengungkapkan kebenaran dan kebijaksanaan, serta bagaimana hubungan batin dan kesetiaan dapat memberikan makna dan arah dalam hidup kita.

Linus Suryadi AG dengan indah menyampaikan bahwa dalam kesunyian dan momen refleksi, kita dapat menemukan kebenaran dan hikmah yang tersembunyi. Puisi ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya hubungan yang tulus dan kesetiaan dalam mendukung perjalanan emosional kita, serta keyakinan akan sesuatu yang lebih abadi yang menyaksikan dan membimbing kita.

Linus Suryadi AG
Puisi: Tergambarkah di Sini, Sunyimu
Karya: Linus Suryadi AG

Biodata Linus Suryadi AG:
  • Linus Suryadi AG lahir pada tanggal 3 Maret 1951 di dusun Kadisobo, Sleman, Yogyakarta.
  • Linus Suryadi AG meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1999 (pada usia 48 tahun) di Yogyakarta.
  • AG (Agustinus) adalah nama baptis Linus Suryadi sebagai pemeluk agama Katolik.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.