Puisi: Surat dari Oslo (Karya Toeti Heraty)

Puisi "Surat dari Oslo" memperlihatkan kepedulian orang tua, rindu akan anak, serta suasana kesedihan karena tidak bisa hadir pada sebuah momen ...
Surat dari Oslo

Sudah kuterima surat undangan
Terima kasih, jadi anakmu akan menikah?
Baru ini kali terima berita, ah, ternyata
anak-anak kita telah merasa cukup dewasa.
Katakan saja sebagian tugasmu selesai sudah
dan tentu selamat saya ucapkan, terbayang, kalian
mendampingi penganten “jejer-jejer ngagem sinjang”
tak sempat terharu barangkali, terlalu sibuk
semua harus berlangsung sesuai rancangan.
Pasti kalian juga merasa sangat dekat, – saat itu
terikat lagi oleh peristiwa khidmat, – lebih dari biasa –
Bagaimana, apakah memang jadi
menikah dengan yang dulu itu pacarnya?
Sayang, aku tidak dapat hadir apalagi membantu
meringankan dalam kesibukan yang meriah
sekaligus mengukuhkan suatu keberhasilan.
Bukankah orang tua ikut mencetak nasib anaknya
meski Khalil Gibran agak berbeda pendapatnya.
Aku ingat sekali waktu masih kecil,
ia berbaju biru kotak-kotak, dengan rambut tebal
dikepang dua, sehat, bulat dan manja –
ikut bertamu dengan ibunya, menarik-narik baju
berbisik merengek: “mama pulang!” –
Apa masih tetap manja, apa mereka dengar nasehat,
bahkan masih mau menurutinya
Lalu kini, siraman air kembang dahulu, midodareni
sebelum esok menghadap penghulu –
Tarub, janur, gamelan dan gending kebo giro
penganten bertemu, berlempar sirih, wijidadi,
sindur ibu, pangkon ayah, dulangan, kucar-kucur
sesuai adat upacara Jawa.
Aku mohon pada yang Maha Kuasa supaya
terkabul semua keinginan mereka, dan ...
Aku sendiri, dahulu sesudahnya merasa sangat kehilangan
Waktu anak gadisku menikah, kemudian diboyong pergi
Di rumah lengang, kamarnya kosong tak tega kujenguk
di meja makan setiap kali, setahun lamanya
piring-gelas tetap tersedia
Lalu apa kerja kita selain tenang menjadi tua
sedangkan tenang itu soal kepuasan, tetapi
merasa waswas dituntut terus, entah oleh siapa –

Sementara itu hidup sehari-hari berlangsung terus
di Norwegia cuaca mulai dingin, dan kesibukan biasa
untuk membuat manisan frambos, arbei, tak berhenti
memburu waktu mengejar musim dingin dengan cuaca keruh
beda jauh dengan kesibukan kita di Indonesia
Lalu, aku akan melukis pandangan alam salju
tapi dengan pancaran terang aneka kembang tropika
teriring hampa mendambakan kehangatan khatulistiwa...

Kami telah terima undangan, terima kasih, sedangkan
lukisan hadiah untuk penganten akan dikirim segera
dengan doa selamat bahagia, serta maaf, tak dapat
mengunjungi pernikahannya.

Iowa, 1985

Sumber: Nostalgi = Transendensi (1995)

Analisis Puisi:

Puisi "Surat dari Oslo" karya Toeti Heraty menciptakan narasi yang puitis seputar pertukaran surat dalam konteks sebuah pernikahan anaknya.

Pesan dari Seorang Orang Tua: Puisi ini menggambarkan pengalaman seorang orang tua yang menerima undangan pernikahan anaknya dari kejauhan, serta kekecewaan karena tidak bisa hadir dalam momen penting tersebut.

Nostalgia dan Keinginan: Terdapat nuansa nostalgia di dalam puisi yang membayangkan masa lalu dan perjalanan hidup anak yang akan menikah. Sang penulis meminta maaf atas ketidakmampuannya hadir pada momen spesial ini.

Perbedaan Budaya dan Lingkungan: Terlihat kontras antara budaya Indonesia dan Norwegia dalam kehidupan sehari-hari, dengan cuaca yang berbeda dan kehidupan yang tidak sama seperti di tempat asalnya.

Keinginan dan Doa: Dalam puisi, terlihat doa untuk kebahagiaan anak yang menikah, disertai keinginan untuk menyampaikan lukisan hadiah, serta penyesalan karena tak dapat hadir pada acara tersebut.

Kesedihan dan Kehidupan yang Berlanjut: Ada kesedihan atas ketidakhadiran dalam pernikahan anak, namun kehidupan sehari-hari tetap berlangsung, menampilkan gambaran tentang upaya penulis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berbeda di Norwegia.

Puisi "Surat dari Oslo" memperlihatkan kepedulian orang tua, rindu akan anak, serta suasana kesedihan karena tidak bisa hadir pada sebuah momen yang dianggap penting. Selain itu, ia mencerminkan perbedaan budaya dan kehidupan di tempat yang jauh dari tanah asalnya.

Puisi Toeti Heraty
Puisi: Surat dari Oslo
Karya: Toeti Heraty

Biodata Toeti Heraty:
  • Toeti Heraty lahir pada tanggal 27 November 1933 di Bandung.
  • Toeti Heraty meninggal dunia pada tanggal 13 Juni 2021 (pada usia 87) di Jakarta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.