Puisi: Semarak Itu (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Semarak Itu" karya Sutan Takdir Alisjahbana mengeksplorasi tema cinta yang intens dan euforia, diikuti oleh perasaan kehilangan dan ...
Semarak Itu

Laksana unggun tinggi menyala
Engkau melintang di jalan kamas
Menyerbu menyerah jiwa remaja,
Tiada bertangguh tiada bersangsi.

Dalam panasmu aku bertangas,
Dalam sinarmu aku bercahaya.
Hari lalu tiada berasa,
Habis ria berganti bahagia.

Selama itu sudah dipuja,
Sekian waktu sudah dimanja
Tinggallah beta sebatang badan.

Alangkah hamba rasa sedunia:
Pujaan cinta semarak itu
Tiadakan lagi mungkin tersua.

3 Mei 1935

Sumber: Tebaran Mega (1935)

Analisis Puisi:

Puisi "Semarak Itu" karya Sutan Takdir Alisjahbana mengeksplorasi tema cinta yang intens dan euforia, diikuti oleh perasaan kehilangan dan kesendirian. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan metafora yang hidup, penyair menggambarkan pengalaman emosional yang mendalam, dari kehangatan cinta yang menyala-nyala hingga kesepian yang mendalam.

Tema

Tema utama dalam puisi ini adalah cinta yang penuh gairah dan semarak, diikuti oleh kesepian dan kerinduan yang mendalam setelah cinta itu berlalu. Puisi ini menggambarkan bagaimana cinta bisa membawa kebahagiaan yang besar, tetapi ketika hilang, meninggalkan kehampaan yang mendalam.

Struktur

Puisi ini terdiri dari empat bait dengan pola baris 4-4-3-3, mencerminkan perubahan emosi dari semaraknya cinta hingga perasaan kesepian. Struktur ini disebut soneta, yang memberikan alur dinamis pada puisi, mengalir dari intensitas yang tinggi menuju ketenangan yang melankolis.

Gaya Bahasa

Sutan Takdir Alisjahbana menggunakan berbagai perangkat gaya bahasa untuk menyampaikan pesan emosionalnya:
  1. Metafora: Penggunaan metafora seperti "laksana unggun tinggi menyala" untuk menggambarkan cinta yang menyala-nyala dan "dalam panasmu aku bertangas" untuk menggambarkan kehangatan yang dirasakan dalam cinta, memberikan visualisasi yang kuat tentang intensitas perasaan.
  2. Simbolisme: Simbol unggun api dan cahaya menggambarkan gairah dan kebahagiaan yang dibawa oleh cinta, sementara kesendirian di akhir puisi menggambarkan kehilangan dan kehampaan.
  3. Personifikasi: Cinta dipersonifikasikan sebagai entitas yang bisa "menyerbu" dan "menyerah jiwa remaja", memberikan kesan bahwa cinta memiliki kekuatan yang hampir tak terkendali.
  4. Kontras: Kontras antara panas dan cahaya dengan kesepian dan kehampaan menekankan perubahan drastis dalam perasaan penyair dari saat jatuh cinta hingga setelah kehilangan cinta tersebut.

Makna dan Simbolisme

  1. Unggun Api: Melambangkan cinta yang menyala-nyala dan penuh gairah. Api yang tinggi dan menyala menggambarkan betapa intens dan menghangatkan perasaan cinta itu.
  2. Panas dan Cahaya: Simbol dari kehangatan dan kebahagiaan yang dirasakan saat berada dalam cinta. Panas menunjukkan intensitas emosional, sedangkan cahaya menunjukkan kebahagiaan dan kecerahan hidup.
  3. Kesepian: Di bagian akhir, penyair merasakan kesendirian dan kehampaan setelah kehilangan cinta, digambarkan dengan "tinggallah beta sebatang badan" yang menunjukkan betapa kosong dan sunyi rasanya tanpa cinta.
Puisi "Semarak Itu" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah refleksi mendalam tentang pengalaman cinta yang intens dan penuh gairah, serta kesepian yang mendalam setelah cinta itu berlalu. Melalui penggunaan metafora yang kuat dan simbolisme yang hidup, penyair berhasil menggambarkan perubahan emosional yang drastis dari kebahagiaan yang membara hingga kehampaan yang menyakitkan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang sifat cinta yang sering kali datang dengan kehangatan dan kebahagiaan, tetapi juga bisa meninggalkan kesepian dan kerinduan yang mendalam ketika hilang. Sutan Takdir Alisjahbana dengan cemerlang menangkap esensi dari cinta dan kehilangan, menciptakan karya yang penuh emosi dan makna.

Sutan Takdir Alisjahbana
Puisi: Semarak Itu
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana
  • Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  • Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  • Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.