Analisis Puisi:
Puisi "Pujangga dan Cita-Cita" karya Usmar Ismail adalah sebuah refleksi mendalam tentang peran pujangga atau penyair dalam masyarakat. Lewat puisi ini, Usmar Ismail menyampaikan kritik terhadap mereka yang menjadikan cita-cita besar sebagai permainan kata-kata, tanpa benar-benar memahami atau merasakan apa yang mereka tulis. Puisi ini menggambarkan ketegangan antara idealisme dan kenyataan, serta menantang para penyair untuk benar-benar menghayati dan memperjuangkan nilai-nilai yang mereka suarakan.
Pertanyaan kepada Pujangga: Menguji Integritas dan Ketulusan
Puisi ini dimulai dengan sebuah pertanyaan kritis kepada pujangga. Usmar Ismail bertanya, apakah pujangga benar-benar seorang pemuja cita-cita suci dan murni, ataukah sekadar bermain dengan kata-kata tanpa memahami maknanya. Pertanyaan ini mengajak pembaca untuk mempertanyakan integritas dan ketulusan seorang penyair dalam menciptakan karyanya.
Frasa "Pernahkah Tuan menguji diri, Membongkar batin 'nyiasat jiwa" mengisyaratkan pentingnya introspeksi dan pengujian diri sebelum seseorang menyampaikan ide atau cita-cita dalam karyanya. Pujangga diharapkan untuk benar-benar memahami dan merasakan apa yang mereka suarakan, bukan hanya mengandalkan kecakapan berbahasa tanpa kedalaman makna.
Kritik terhadap Penggunaan Kata sebagai Hiburan
Bagian berikutnya dari puisi ini mengecam penggunaan kata-kata yang hanya sekadar untuk mengisi waktu atau sebagai hiburan. Usmar Ismail memperingatkan agar cita-cita tidak menjadi "mainan kata", yang hanya digunakan untuk mengisi halaman tanpa makna yang mendalam. Kritik ini mengarah kepada para pujangga yang mungkin lebih mementingkan keindahan bahasa daripada pesan yang ingin disampaikan.
"Cita-cita jadi mainan kata, Sekedar untuk pengisi 'laman, Sebagai hiburan sendau-gurauan!" adalah kritik tajam yang menantang pujangga untuk melihat kembali motivasi mereka dalam menulis. Usmar Ismail menekankan bahwa puisi bukan sekadar kata-kata indah, melainkan harus memiliki makna dan tujuan yang kuat, terutama dalam konteks perjuangan bangsa dan cita-cita yang luhur.
Panggilan untuk Mencari Perjuangan Jiwa
Usmar Ismail mengajak para pujangga untuk mencari "perjuangan jiwa" sebelum mereka berbicara tentang cita-cita besar seperti Asia Raya. "Carilah dulu perjuangan jiwa, Carilah Asia di dalam dada!" adalah seruan untuk mencari makna yang lebih dalam dari sekadar kata-kata. Penyair harus memahami dan merasakan sendiri perjuangan yang mereka nyanyikan dalam puisi mereka.
Pujangga Sejati sebagai Pembangkit Bangsa
Jika seorang pujangga telah benar-benar memadukan jiwa dan cita-cita, maka ia layak disebut sebagai "Pembangkit bangsa". Usmar Ismail menegaskan bahwa seorang pujangga sejati adalah mereka yang tidak hanya berbicara, tetapi juga hidup dan memperjuangkan nilai-nilai yang mereka suarakan. Pujangga sejati adalah mereka yang mampu menginspirasi dan membangkitkan semangat bangsa, bukan hanya sekadar menulis untuk hiburan atau pengakuan.
Peringatan Terhadap Pujangga yang Berpura-pura
Pada bagian akhir puisi, Usmar Ismail memberikan peringatan kepada para pujangga yang hanya bijak berkata-kata tanpa benar-benar memahami atau merasakan apa yang mereka tulis. "Sekiranya Tuan hanyalah bijak berkata-kata, Bah'gialah dengan Kurnia Yang Maha Esa" adalah pengakuan bahwa kecakapan berbahasa adalah anugerah, tetapi tidak cukup jika hanya digunakan untuk permainan kata.
"Tapi janganlah, jangan disentuh 'Taruhan Jiwa', Berdosalah Tuan kepada Asia... Kepada Bangsa." adalah peringatan bahwa mereka yang berpura-pura dalam karyanya, yang tidak tulus dalam memperjuangkan cita-cita, akan berdosa kepada bangsa dan cita-cita luhur yang mereka suarakan. Puisi ini menegaskan pentingnya kejujuran dan ketulusan dalam setiap karya sastra, terutama yang berkaitan dengan perjuangan dan cita-cita besar.
Puisi "Pujangga dan Cita-Cita" karya Usmar Ismail adalah sebuah kritik dan seruan bagi para pujangga untuk menciptakan karya yang otentik, yang lahir dari perjuangan jiwa dan ketulusan hati. Usmar Ismail mengingatkan bahwa puisi bukan sekadar permainan kata, tetapi sebuah medium untuk memperjuangkan nilai-nilai luhur dan menginspirasi bangsa. Karya ini menantang para penyair untuk merenungkan kembali tujuan dan makna di balik setiap kata yang mereka tulis, dan untuk memastikan bahwa karya mereka benar-benar mewakili jiwa dan cita-cita yang mereka suarakan.
Karya: Usmar Ismail
Biodata Usmar Ismail:
- Usmar Ismail lahir pada tanggal 20 Maret 1921 di Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Ia adalah seorang sutradara, produser film, dan penulis naskah Indonesia yang dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah perfilman Indonesia.
- Usmar Ismail aktif dalam Gerakan Pujangga Baru, sebuah kelompok sastra yang berperan dalam perkembangan sastra Indonesia pada masa itu.
- Usmar Ismail meninggal dunia pada tanggal 2 Januari 1971 (pada usia 49) di Jakarta, Indonesia.
