Puisi: Perambah Papa (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Perambah Papa" karya Sutan Takdir Alisjahbana menyoroti perjuangan dan pengorbanan seorang perambah hutan, yang dengan penuh dedikasi dan ...
Perambah Papa

Menebanglah beta di rimba lebat,
Gembira tangan mengangkat kapak,
Bercucuran peluh bersimbah-simbah.
Sesayup mata hutan mengombak.
Batang berbaris raksasa sekawan,
Berbelit semak mengusut merapat.

Wahai Aljabar, perambah papa
Tiada berharap tiada bercita,
Hutan terambah teratak tertegak.
Tiada usah ia melihat
Padi menguning emas mengombak
Dibelai angin di sinar suria.

Tetapi,
Taman percaya dalam hatinya:
Beliungmu Tuhan berayun di tangan
Menebang batang merambah semak,
Agar suaranya girang benderang
Di tengah rimba sunyi semata,
Sampai malam menyirat gulita.

23 Mei 1935

Sumber: Tebaran Mega (1935)

Analisis Puisi:

Puisi "Perambah Papa" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah sebuah karya yang menyoroti perjuangan dan pengorbanan seorang perambah hutan, yang dengan penuh dedikasi dan tanpa pamrih, menebang pohon-pohon di rimba lebat. Dalam puisi ini, Alisjahbana menggambarkan gambaran tentang kehidupan seorang perambah hutan, yang meskipun tidak memiliki harapan atau cita-cita yang besar, namun tetap menjalankan tugasnya dengan penuh keyakinan dan pengabdian.

Tema

Tema utama dari puisi ini adalah perjuangan, pengorbanan, dan keyakinan. Penyair menyoroti kehidupan seorang perambah hutan yang menjalankan tugasnya dengan penuh dedikasi, meskipun tanpa harapan atau cita-cita yang besar. Melalui deskripsi yang kuat, Alisjahbana menciptakan gambaran tentang kehidupan di rimba yang keras dan penuh tantangan, namun juga penuh dengan keindahan dan kekuatan alam.

Struktur

Puisi ini terdiri dari tiga bait, dengan pola enam baris di bait pertama dan kedua, dan pola tujuh baris di bait terakhir. Struktur ini memberikan kesan gerakan dan dinamika, mencerminkan perjuangan dan aktivitas yang terjadi dalam kehidupan seorang perambah hutan.

Gaya Bahasa

Alisjahbana menggunakan berbagai perangkat gaya bahasa untuk menggambarkan perjuangan dan kehidupan di rimba hutan:
  1. Imaji: Deskripsi visual seperti "rimba lebat," "batang berbaris raksasa," dan "semak mengusut merapat" menciptakan gambaran yang hidup tentang kehidupan di rimba hutan.
  2. Metafora: Metafora seperti "taman percaya dalam hatinya" digunakan untuk menunjukkan keyakinan dan kepercayaan yang dimiliki oleh sang perambah hutan terhadap takdirnya.
  3. Personifikasi: Hutan dipersonifikasikan dengan kata-kata yang memberi kesan hidup, seperti "sesayup mata hutan mengombak," memberikan kesan bahwa hutan memiliki kehadiran dan karakter yang kuat.
  4. Diksi Kuat: Penggunaan kata-kata seperti "gembira," "peluh," "berbelit semak," dan "taman percaya" menambah kedalaman emosi dan makna dalam puisi ini.

Makna dan Simbolisme

  1. Perambah Hutan: Melambangkan perjuangan, pengorbanan, dan dedikasi dalam menjalankan tugas yang keras dan penuh tantangan.
  2. Rimba Hutan: Mewakili kehidupan yang keras dan penuh tantangan, namun juga penuh dengan keindahan dan kekuatan alam.
  3. Taman Percaya: Melambangkan keyakinan dan kepercayaan sang perambah hutan terhadap takdirnya, meskipun tanpa harapan atau cita-cita yang besar.
Puisi "Perambah Papa" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah sebuah penggambaran yang kuat tentang perjuangan, pengorbanan, dan keyakinan seorang perambah hutan dalam menjalankan tugasnya di rimba yang keras dan penuh tantangan. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan imaji yang hidup, Alisjahbana berhasil menangkap esensi dari kehidupan di rimba hutan dan kekuatan serta keteguhan hati yang dibutuhkan untuk menghadapinya. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai seperti dedikasi, keyakinan, dan pengorbanan, serta menghargai perjuangan orang-orang yang bekerja di balik layar untuk menjaga dan melindungi alam.

Puisi: Perambah Papa
Puisi: Perambah Papa
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana:
  • Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  • Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  • Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Ha... Ha... Ha... ha... Lalu bunga mengelopak di taman Lalu seribu pucuk bergetaran Ha... ha... Lalu bintang berkedipan Lalu seribu cahaya berkilauan Ha.…
  • Kunang-Kunang Selaksa kunang-kunang Menerangi kelam Selaksa kunang-kunang Menerangi hatiku Terima kasih Tuhanku Cipayung, 8 Maret 1986 Puisi:&n…
  • Dalam Kabut Samar Biarlah aku tak dikenal Orang ramai Biarlah aku tinggal Dalam kabut samar Kabut rahasia Tapi bagimu Reguklah air jernih itu Dari mata air …
  • OMBAK Ombak samudra Semakin deras menerpa Tebing sukma Ombak berpeluh Datang dari jauh Dalam pagiku Dalam siangku Dalam malamku Ia terus berlagu Nyanyia…
  • SUNYI Sore itu gerimis lagi Rumah dan pepohonan Disaput sunyi Cipayung, 7 Maret 1986 Puisi: SUNYI Karya: L.K. Ara Biodata L.K. Ara: …
  • Simpanlah Berilah ruang bagi fajar di rumahmu Hatimu akan sejuk Oleh sinar lembut Simpanlah sinar fajar Di laci mejamu Akan tertulis Ribuan baris Syair ke…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.