Puisi: Nikmat Semata (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Nikmat Semata" karya Sutan Takdir Alisjahbana menggambarkan pengalaman seseorang yang mencapai puncak sebuah gunung dan merasakan keajaiban ...
Nikmat Semata

Ketika aku tiba di puncak, bertudung langit
cerah terbentang, dan meninjau ke lembah yang
jauh tertinggal di bawah, segarlah rasanya kembali
darahku mengalir.

Kabut yang tebal menghambat pandangan
menjelma sutera halus tempat suria menekatkan
emasnya.

Air deras yang tadi kurenangi, menjernih dan
kudengarlah bunyinya menderu sebagai lagu yang
merdu.

Cahaya suram — menyeram di bawah pohon
berganti kegembiraan hijau muda bersenda dalam
sinar kuning gemerlapan.

Dan insaflah aku, bahwa tebing yang sempit
membatasi ialah jalan aku naik memuncak

Segala di dalam lembah kilauan dan rayuan ria.

Dari tempat yang tinggi, dalam nafas-Mu yang
segar dan sinar-Mu yang jernih, wahai Tuhanku,
sekaliannya nikmat semata.

26 April 1935

Sumber: Tebaran Mega (1935)

Analisis Puisi:

Puisi "Nikmat Semata" karya Sutan Takdir Alisjahbana menggambarkan pengalaman seseorang yang mencapai puncak sebuah gunung dan merasakan keajaiban alam serta kehadiran Tuhan dalam segala hal. Dengan menggabungkan gambaran alam dengan refleksi spiritual, puisi ini menyampaikan pesan tentang kebesaran alam dan pengakuan terhadap nikmat-nikmat Tuhan yang diberikan kepada manusia.

Tema

Tema utama puisi ini adalah pengalaman keagungan alam dan kehadiran Tuhan. Penyair mengeksplorasi perasaan kagum dan kesadaran akan kebesaran Tuhan yang termanifestasi dalam keindahan alam.

Struktur

Puisi ini terdiri dari tujuh bait dengan panjang baris yang bervariasi. Struktur puisi yang teratur menciptakan ritme yang mengalir seperti aliran alam, membawa pembaca melalui perjalanan pengalaman spiritual.

Gaya Bahasa

  1. Imaji: Alisjahbana menggunakan gambaran alam yang indah untuk menggambarkan pengalaman mendaki gunung dan mencapai puncaknya. Gambaran tentang kabut yang tebal, air deras yang menjernih, dan cahaya suram yang berubah menjadi kegembiraan hijau muda menciptakan gambaran yang kuat dalam pikiran pembaca.
  2. Metafora: Tebing yang sempit yang menjadi jalan menuju puncak gunung digambarkan sebagai representasi tantangan dalam hidup yang harus diatasi untuk mencapai puncak kebahagiaan dan kesadaran spiritual.

Makna dan Simbolisme

  1. Pencarian Spiritual: Pengalaman mendaki gunung dan mencapai puncaknya dapat diinterpretasikan sebagai perjalanan spiritual seseorang dalam mencari kedamaian dan pengertian yang lebih dalam tentang kehidupan dan keberadaannya.
  2. Nikmat Tuhan: Nikmat-nikmat alam yang dihadapi oleh penyair saat mencapai puncak gunung dianggap sebagai hadiah dari Tuhan, dan puisi ini mencerminkan rasa syukur akan nikmat tersebut.
Puisi "Nikmat Semata" karya Sutan Takdir Alisjahbana menggambarkan pengalaman spiritual seseorang yang mencapai puncak gunung dan merasakan kehadiran Tuhan dalam keajaiban alam. Dengan menggunakan gambaran alam yang indah dan refleksi spiritual, puisi ini menyampaikan pesan tentang kebesaran Tuhan dan rasa syukur akan nikmat-nikmat yang diberikan kepada manusia.

Sutan Takdir Alisjahbana
Puisi: Nikmat Semata
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana
  • Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  • Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  • Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.