Puisi: Musim dan Cara (Karya Sobron Aidit)

Puisi "Musim dan Cara" karya Sobron Aidit menggambarkan perjuangan melawan kondisi yang keras, baik dari segi fisik maupun sosial.
Musim dan Cara

Musim dingin
cepat gelap lambat terang
angin kejam menusuk tulang
beku di luar
terkadang terkurung dalam kamar
jalan-jalan licin
jatuh berdebam tergelincir
berdarah dan patah tulang-tulang tua
pagi buta harus kerja
gaji kecil hutang besar.

Anak khatulistiwa
berkelahi dengan musim
di tanahnya selalu hijau
hangat dan nyaman
tapi itu dulu
kini tetap saja dikangkangi baju-hijau
puluhan tahun tak pulang-pulang
apa tak rindu kampung halaman?
apa menariknya di negeri asing?
jauh teman jauh keluarga
daripada menyerahkan batang-leher
biarlah sampai tuntas diktator terguling
sama di mana-mana
disiksa pun oleh musim dingin
tetap saja berlawan
dengan berbagai cara
dengan berbagai cara.

Ada dengan unjuk-rasa
ada dengan menyusun rencana
menawarkan ide gemilang
dengan persatuan, dengan kesamaan
dengan sumbangan
bahkan samasekali tak haram
dengan senjata pun
dengan kata-kata
dengan tulisan
dengan berbagai cara
dengan berbagai cara.

8 Desember 1998

Analisis Puisi:

Puisi "Musim dan Cara" karya Sobron Aidit adalah sebuah karya yang menggambarkan perjuangan melawan kondisi yang keras, baik dari segi fisik maupun sosial. Dengan latar belakang musim dingin yang kejam dan tantangan hidup yang penuh kesulitan, puisi ini mencerminkan upaya bertahan dan melawan dalam menghadapi berbagai rintangan.

Tema dan Makna

Puisi ini mengangkat tema tentang perjuangan melawan kondisi lingkungan yang keras dan ketidakadilan sosial. Sobron menggunakan metafora musim dingin untuk menggambarkan kesulitan hidup yang dialami oleh individu yang terpaksa menghadapi keadaan yang tidak bersahabat. Musim dingin, dengan segala kesulitan dan tantangannya, menjadi simbol dari penderitaan dan kesulitan yang harus dihadapi.

Konflik dan Kesulitan

Sobron menggambarkan musim dingin sebagai waktu yang "cepat gelap lambat terang" dan "angin kejam menusuk tulang." Kondisi ini menggambarkan kesulitan yang dihadapi, termasuk jalan-jalan licin yang menyebabkan jatuh dan cedera. Pagi buta harus bekerja dengan gaji kecil dan hutang besar menambah beban penderitaan. Puisi ini mencerminkan betapa kerasnya kehidupan yang harus dijalani dalam kondisi yang tidak bersahabat.

Konflik Identitas dan Kerinduan

Puisi ini juga mencerminkan konflik identitas dan kerinduan seorang "anak khatulistiwa" yang berjuang dengan musim dingin. Tanah kelahirannya selalu hijau, hangat, dan nyaman, tetapi sekarang dia terpaksa menghadapi kenyataan hidup di negeri asing yang keras. Kerinduan terhadap kampung halaman dan keinginan untuk kembali pulang menjadi salah satu aspek penting dalam puisi ini. Sobron menggambarkan rasa rindu yang mendalam dan keputus-asaan untuk tetap bertahan di negeri yang tidak ramah.

Perjuangan dan Cara-Cara Melawan

Sobron menekankan bahwa meskipun kondisi sangat sulit, perjuangan melawan ketidakadilan harus dilakukan dengan berbagai cara. Puisi ini menunjukkan berbagai cara yang bisa dilakukan untuk melawan ketidakadilan dan kesulitan, baik dengan unjuk rasa, menyusun rencana, menawarkan ide, persatuan, sumbangan, bahkan dengan senjata. "Dengan berbagai cara, dengan berbagai cara" menegaskan bahwa ada banyak cara untuk melawan dan bertahan dalam situasi sulit.

Puisi "Musim dan Cara" karya Sobron Aidit adalah sebuah refleksi mendalam tentang perjuangan melawan kondisi yang keras dan ketidakadilan. Dengan menggunakan musim dingin sebagai metafora untuk kesulitan hidup, Sobron menggarisbawahi tantangan yang dihadapi dan berbagai cara untuk melawan. Puisi ini tidak hanya mencerminkan penderitaan fisik dan emosional tetapi juga semangat juang dan keinginan untuk melawan ketidakadilan. Melalui puisi ini, Sobron mengingatkan pembaca tentang kekuatan ketahanan dan pentingnya melawan dengan berbagai cara untuk mencapai perubahan.

"Puisi: Musim dan Cara"
Puisi: Musim dan Cara
Karya: Sobron Aidit

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.