Puisi: Kepada Kaum Mistik (Karya Sutan Takdir Alisjahbana)

Puisi "Kepada Kaum Mistik" merangkum perjalanan spiritual seseorang dalam mencari dan menemukan kehadiran Tuhan, serta menggambarkan bahwa ...
Kepada Kaum Mistik (1)

Engkau mencari Tuhanmu di malam kelam
Bila sepi mati seluruh bumi
Bila kabur menyatu segala warna
Bila umat manusia nyenyak terhenyak
Dalam tilam, lelah lelap.
Tahulah aku, Tuhanmu Tuhan diam kesunyian!

Tetapi aku bertemu Tuhanku di siang-terang
Bila dunia ramai bergerak
Bila suara memenuhi udara
Bila nyata segala warna
Bila manusia sibuk bekerja
Hati jaga, mata terbuka
Sebab Tuhanku Tuhan segala gerak dan kerja

Aku berbisik dengan Tuhanku
dalam kembang bergirang rona
Aku mendengar suara Tuhanku
dalam deru mesin terbang diatas kepalaku
Aku melihat Tuhanku
dalam keringat ngalir orang sungguh bekerja

Kepada Kaum Mistik (2)

Berderis decis jelas tangkas
Tangan ringan tukang pangkas
Menggunting ujung rambutku
Jatuh gugur bercampur debu

Aku melihat Tuhanku Akbar
Ujung rambut di tanah terbabar
Teman, aku gila katamu?
Wahai, kasihan aku melihatmu

Mempunyai mata, tiada bermata
Dapat melihat, tak pandai melihat
Sebab beta melihat Tuhan dimana-mana
Di ujung kuku yang gugur digunting
Pada selapa kering yang gugur ke tanah
Pada matahari yang panas membakar.

19 Oktober 1937

Sumber: Lagu Pemacu Ombak (1978)

Analisis Puisi:

Puisi "Kepada Kaum Mistik" karya Sutan Takdir Alisjahbana adalah sebuah karya yang menghadirkan perbandingan antara pencarian Tuhan dalam konteks kegelapan dan keheningan dengan pengalaman pribadi penyair dalam kesibukan dan keramaian kehidupan sehari-hari.

Bagian Pertama, Pencarian dalam Keheningan: Di bagian pertama, penyair menggambarkan kaum mistik yang mencari Tuhan dalam keheningan malam. Mereka mencari-Nya ketika dunia terlelap, warna-warni lenyap, dan manusia terlelap dalam mimpi. Namun, penyair menegaskan bahwa Tuhan mereka adalah Tuhan yang berdiam dalam kesunyian, yang diamati saat keheningan dan ketenangan malam.

Bagian Kedua, Temuan dalam Keramaian: Di bagian kedua, penyair menggambarkan pengalaman pribadinya dalam menemukan Tuhan di tengah kesibukan dan keramaian dunia. Dia menemui Tuhan dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari: dalam kegembiraan bunga yang mekar, dalam kebisingan mesin terbang di atas kepalanya, dan dalam keringat orang-orang yang bekerja keras. Bagi penyair, Tuhan hadir di mana-mana, bahkan dalam hal-hal yang terlihat sepele atau tidak signifikan.

Perbandingan dan Kontras: Puisi ini menampilkan kontras antara cara kaum mistik dan pengalaman pribadi penyair dalam mencari dan menemukan Tuhan. Kaum mistik mencari-Nya dalam ketenangan dan kegelapan, sementara penyair menemukan-Nya dalam kegiatan dan keramaian kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, keduanya memiliki keyakinan yang mendalam akan keberadaan Tuhan.

Pesan tentang Kebijaksanaan Spiritual: Puisi ini menggambarkan pandangan yang mendalam tentang kebijaksanaan spiritual. Penyair menunjukkan bahwa Tuhan dapat ditemukan di mana pun, tidak hanya dalam meditasi dan kesunyian, tetapi juga dalam aktivitas sehari-hari dan interaksi manusiawi.

Dengan demikian, puisi "Kepada Kaum Mistik" adalah sebuah puisi yang merangkum perjalanan spiritual seseorang dalam mencari dan menemukan kehadiran Tuhan, serta menggambarkan bahwa pengalaman spiritual dapat berbeda-beda bagi setiap individu.

Puisi: Kepada Kaum Mistik
Puisi: Kepada Kaum Mistik
Karya: Sutan Takdir Alisjahbana

Biodata Sutan Takdir Alisjahbana:
  • Sutan Takdir Alisjahbana lahir pada tanggal 11 Februari 1908 di Natal, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
  • Sutan Takdir Alisjahbana meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1994.
  • Sutan Takdir Alisjahbana adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.