Puisi: Elegi Serang (Karya Toto ST Radik)

Puisi "Elegi Serang" karya Toto ST Radik mencerminkan kritik terhadap perubahan lingkungan dan kemajuan ekonomi yang merusak keindahan alam dan ....
Elegi Serang

Selamat pagi, cintaku
tanah sebelah mana lagikah
bakal kautanam pabrik-pabrik
dan mimpi buruk?

Kuntum mawar tanggal dari tangkai
tersesat di warung warung kelam
mencari harum dalam botol botol parfum
yang kau jaja dengan gairah berlebihan

Ah, mabuk iklan kemajuan
betapa mudah dan murah cinta kau gadaikan
dari detik ke detik: deru mesin, rintih pohon!

Selamat siang, cintaku
kampung yang mana lagikah
bakal kau kirim ke belantara keasingan
dan kekosongan?

Matahari kini serupa jarum-jarum menusuki
ubun-ubun, rumputan kehilangan embun
dan lalat-lalat kotor berkerumun
memperkosa mawar yang menjeritkan nyeri
sedang angin hanya lintas. Ah, hanya lintas
lihatlah, langitmu hangus terbakar
dan di dasar ciujung batu-batu telah mati!

Selamat malam, cintaku
lampu-lampu menyala sepanjang jalan raya
tetapi mengapa kau tikam bulan
mengekalkan semak belukar dan bunga-bunga
dalam gulita peradaban?

Astaga, rumahku pun kini kau kubur
dan sawah sepetak bagi anak-anakku kelak
kau sihir menjadi diskotik mainan duniawi
Ah, tiba-tiba engkau begitu asing bagiku!
Dari sisa pecahan bulan dan mawar di trotoar
kutulis sajak-sajak kematianmu.

Serang, Oktober 1994

Analisis Puisi:

Puisi "Elegi Serang" karya Toto ST Radik merupakan sebuah karya sastra yang mengungkapkan kritik terhadap kemajuan ekonomi dan perubahan lingkungan di Serang, serta dampaknya terhadap kehidupan dan alam.

Penyampaian Pesan: Puisi ini memulai penyampaian pesan dengan salam pagi, siang, dan malam kepada "cintaku," yang dalam konteks puisi ini, dapat dianggap sebagai Serang, kota atau daerah yang dicintai oleh penyair. Namun, dalam penyairan yang kuat, cinta dan kekecewaan terhadap perubahan dan kemajuan yang merusak keindahan alam dan lingkungan kota terungkap.

Perubahan Lingkungan: Puisi ini mencerminkan perubahan besar dalam lingkungan dan kualitas hidup di Serang. Penyair menyampaikan betapa alam dan kehidupan masyarakat telah berubah secara drastis. Pabrik-pabrik dan perkembangan industri yang cepat telah merusak keindahan alam, terutama terlihat dalam penjelasan tentang bunga-bunga yang tersesat di warung-warung kelam dan botol-botol parfum.

Kritik terhadap Kemajuan: Penyair dengan nada kritik menyindir kemajuan ekonomi yang sering dikejar dengan gairah berlebihan. Ia menggambarkan kemajuan ini sebagai "mabuk iklan," yang membuat cinta terlupakan dan masyarakat mengalami perubahan negatif dalam gaya hidupnya.

Keindahan yang Hilang: Penyair merindukan keindahan alam dan kehidupan yang telah hilang akibat perubahan lingkungan dan perkembangan kota yang tidak terkendali. Penyair mengekspresikan rasa kehilangan ini melalui gambaran matahari yang menusuk, rumput yang kehilangan embun, dan alam yang terbakar.

Puisi Elegi: Puisi ini memiliki elemen-elemen elegi, yaitu ungkapan perasaan kesedihan dan kehilangan. Penyair meratap atas perubahan dramatis yang terjadi di Serang dan melalui puisi ini mencoba merayakan kenangan akan masa lalu yang lebih indah.

Pesan Keseluruhan: Puisi "Elegi Serang" menggambarkan perubahan lingkungan dan dampak negatif kemajuan ekonomi terhadap alam dan kehidupan masyarakat di Serang. Penyair menyampaikan pesan bahwa perubahan ini seringkali disertai dengan kerugian yang besar, termasuk kerusakan alam dan kehilangan nilai-nilai budaya.

Puisi "Elegi Serang" karya Toto ST Radik adalah sebuah karya sastra yang mencerminkan kritik terhadap perubahan lingkungan dan kemajuan ekonomi yang merusak keindahan alam dan kehidupan masyarakat. Puisi ini juga menggambarkan perasaan kehilangan dan rindu akan masa lalu yang lebih indah.

Toto ST Radik
Puisi: Elegi Serang
Karya: Toto ST Radik

Biodata Toto ST Radik:
  • Toto Suhud Tuchaeni Radik lahir pada tanggal 30 Juni 1965 di desa Singarajan, Serang.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Bertemu Aku berdiri di tepi makam Suria pagi menyinari tanah, Merah muda terpandang di mega Jiwaku mesra tunduk ke bawah Dalam hasrat bertem…
  • Elegi Sepi Ketika kau peluk sepi ingatlah anak malam rindu kasih karena tiris hujan tidak sampai tidak sampai sementara hitam masih kelam Ketika kau gumuli resah ada y…
  • Elegi Apa yang bisa kami rasakan, tapi tak usah kami ucapkan Apa yang bisa kami pikirkan, tapi tak usah kami katakan Janganlah kau bersedih – dan mari kami lanjutkan Kami ba…
  • Catatan-Catatan KecilYang Kubuat Saat Purnama MenguningDi Wajah Perempuan (: Primadita Herdiani) Malam limabelasan, angin datang dari selatan, …
  • Elegikerangka kesedihan itu telah jadi tugumenjulang di langit kenangandi puncaknya kukibarkan bendera geramyang melambai kapal-kapal jelagadi gigir cakrawala jinggasekali-sekali k…
  • Nisan Untuk NenekandaBukan kematian benar menusuk kalbu Keridhaanmu menerima segala tiba Tak kutahu setinggi itu di atas debu Dan duka maha tuan tak bertaht…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.