Puisi: Di Kamar Itu (Karya Beno Siang Pamungkas)

Puisi "Di Kamar Itu" karya Beno Siang Pamungkas menggambarkan keintiman, nostalgia, dan refleksi atas hubungan manusia dalam konteks waktu dan ruang.
Di Kamar Itu

Di kamar itu hanya ada sebotol white wine, beberapa gelas yang membeku
dan dua hati yang terbata-bata, mencoba mengejar tahun-tahun yang hilang.

Biarkan jendela terbuka, katamu
biar uap garam dari pulau Madura, kunang-kunang, dan kerlip bintang
hinggap di rambutmu yang mulai beruban.

Di dalam waktu yang sepertinya melambat
kita mengayuh dan berenang
dan sebelum fajar pertama mengetuk pintu
engkau meracau, menyebut sejumlah mantra
atau nama kakek moyangmu.

Kotaku, kotamu memang hanya semata jarak
kita pancangkan sebagai penanda dan jejak
atas rencana-rencana kita yang bodoh, absurd dan kekanak-kanakan.

2010

Analisis Puisi:

Puisi "Di Kamar Itu" karya Beno Siang Pamungkas adalah sebuah karya yang menggambarkan keintiman, nostalgia, dan refleksi atas hubungan manusia dalam konteks waktu dan ruang. Dengan bahasa yang sederhana namun mendalam, puisi ini mengeksplorasi tema-tema kompleks seperti kehilangan, pertumbuhan, dan harapan.

Keintiman dan Nostalgia: Puisi ini membawa pembaca ke dalam suatu kamar yang dipenuhi oleh dua hati yang terbata-bata, mencoba mengejar tahun-tahun yang hilang. Gambaran sebotol white wine dan beberapa gelas yang membeku menambahkan nuansa keintiman yang hangat, sementara gambaran dua hati yang terbata-bata menciptakan kesan nostalgia dan keinginan untuk kembali pada masa lalu yang indah.

Hubungan Manusia dan Alam: Melalui instruksi untuk membiarkan jendela terbuka, puisi ini menghadirkan unsur alam ke dalam kamar tersebut. Uap garam dari pulau Madura, kunang-kunang, dan kerlip bintang membawa aroma dan keindahan alam ke dalam ruang yang terbatas, menciptakan kontras antara dunia luar dan dunia dalam.

Refleksi atas Waktu dan Ruang: Puisi ini menyampaikan gambaran tentang waktu yang sepertinya melambat di dalam kamar tersebut. Di saat waktu berjalan lambat, kedua subjek puisi mengayuh dan berenang dalam kisah hidup mereka. Melalui meracau dan menyebut mantra atau nama kakek moyang, mereka merenungkan masa lalu dan hubungan dengan akar budaya mereka.

Jarak dan Pertumbuhan: Puisi ini mencerminkan tentang jarak fisik dan emosional antara dua individu, yang diakui sebagai "kotaku, kotamu". Namun, jarak tersebut juga dianggap sebagai penanda dan jejak atas rencana-rencana yang bodoh, absurd, dan kekanak-kanakan. Ini menggambarkan pertumbuhan dan pengertian bahwa hubungan manusia tidak selalu berjalan sesuai rencana dan seringkali penuh dengan kesalahan dan ketidaksempurnaan.

Puisi "Di Kamar Itu" adalah sebuah puisi yang puitis dan mendalam, menggambarkan keintiman, nostalgia, dan refleksi atas hubungan manusia dalam konteks waktu dan ruang. Dengan gambaran yang kuat dan bahasa yang sederhana namun efektif, Beno Siang Pamungkas berhasil menghadirkan gambaran tentang hubungan manusia dan alam, serta pertumbuhan dan pengertian dalam hubungan tersebut.

"Puisi: Di Kamar itu"
Puisi: Di Kamar Itu
Karya: Beno Siang Pamungkas
© Sepenuhnya. All rights reserved.