Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Begitukah Pandangmu, Sayup, Bagai Bintang (Karya Linus Suryadi AG)

Puisi "Begitukah Pandangmu, Sayup, Bagai Bintang" menyoroti tema pandangan, keindahan, dan refleksi terhadap alam dan keadaan emosional manusia.
Begitukah Pandangmu, Sayup, Bagai Bintang

Begitukah pandangmu, sayup, bagai bintang
kemolekan bercahaya, menyusur tanjung-tanjung benua
bersandar pada kasih, bumi yang setia
sebelum awan menggusur bayang-bayang, dalam duka

Begitukah pandangmu, sayup, bagai bintang
menatap lanskap alam, di luar tatkala diam
kegaduhan dalam kelam, mendekap angan muram
sebelum makna ganda dari kata menyilang.

1973

Sumber: Horison (Agustus, 1974)

Catatan:
Puisi ini juga bisa dijumpai di buku Langit Kelabu (1980).

Analisis Puisi:

Puisi "Begitukah Pandangmu, Sayup, Bagai Bintang" karya Linus Suryadi AG menyoroti tema pandangan, keindahan, dan refleksi terhadap alam dan keadaan emosional manusia. Dengan gaya bahasa yang deskriptif dan simbolis, puisi ini mengeksplorasi bagaimana pandangan kita terhadap dunia dan diri sendiri dapat dipengaruhi oleh keindahan serta kegelapan yang ada di sekitar kita.

Makna dan Interpretasi

  • Pandangan sebagai Bintang: "Begitukah pandangmu, sayup, bagai bintang" mengajak pembaca untuk mempertimbangkan bagaimana pandangan atau cara melihat sesuatu dapat memiliki kesan yang jauh dan megah, seperti bintang di langit. Penggunaan kata "sayup" menunjukkan bahwa pandangan ini mungkin terasa jauh atau tidak jelas, namun tetap memiliki keindahan dan kemolekan yang bercahaya.
  • Kemolekan dan Lanskap Alam: "kemolekan bercahaya, menyusur tanjung-tanjung benua" menggambarkan keindahan yang bersinar dan menyebar di berbagai tempat. Ini mengisyaratkan bahwa keindahan dapat ditemukan di berbagai sudut dan wilayah, serta memberikan rasa kedekatan dan kehangatan. "Bersandar pada kasih, bumi yang setia" menunjukkan bahwa keindahan ini didasarkan pada kasih dan dukungan yang diberikan oleh bumi sebagai entitas yang setia.
  • Perubahan dan Kegelapan: "sebelum awan menggusur bayang-bayang, dalam duka" menggambarkan pergeseran dari keindahan ke kegelapan. Awan yang menggusur bayang-bayang menunjukkan perubahan dari keindahan dan kemolekan menuju suasana yang lebih suram dan duka. Ini menunjukkan bahwa keindahan adalah sesuatu yang sementara dan dapat terganggu oleh keadaan yang lebih gelap.
  • Lanskap Alam dan Makna Ganda: "menatap lanskap alam, di luar tatkala diam / kegaduhan dalam kelam, mendekap angan muram" mengungkapkan bahwa meskipun pandangan terhadap alam bisa tenang, ada kegaduhan dan muram yang menyelimuti perasaan dan angan seseorang. Ini menggambarkan kontradiksi antara ketenangan tampak dan kegaduhan batin yang ada di luar kesadaran kita.
  • Makna Ganda dari Kata: "sebelum makna ganda dari kata menyilang" menunjukkan bahwa ada makna yang lebih dalam dan kompleks dari kata-kata dan pengalaman yang mungkin tidak segera tampak. Makna ganda ini bisa merujuk pada bagaimana kata-kata dan pandangan kita dapat memiliki berbagai interpretasi dan pengaruh tergantung pada konteksnya.

Gaya Bahasa dan Struktur

Linus Suryadi AG menggunakan gaya bahasa yang deskriptif dan simbolis dalam puisi ini. Struktur puisi yang berulang dengan frasa "Begitukah pandangmu, sayup, bagai bintang" menciptakan ritme yang konsisten dan fokus pada tema pandangan dan keindahan. Penggunaan kata-kata seperti "kemolekan," "tanjuang-tanjung benua," dan "makna ganda" memberikan kedalaman dan dimensi pada puisi, membuatnya kaya akan simbolisme dan makna.

Puisi "Begitukah Pandangmu, Sayup, Bagai Bintang" karya Linus Suryadi AG adalah karya yang menggugah dan introspektif, menawarkan refleksi tentang bagaimana pandangan kita terhadap dunia dan diri sendiri dapat dipengaruhi oleh keindahan dan kegelapan. Dengan gaya bahasa yang simbolis dan deskriptif, puisi ini menciptakan gambaran yang mendalam tentang keindahan yang bersinar, pergeseran menuju kegelapan, dan makna yang kompleks dari pengalaman manusia. Melalui puisi ini, Linus Suryadi AG mengundang pembaca untuk merenungkan bagaimana pandangan kita membentuk dan dipengaruhi oleh realitas emosional dan lingkungan di sekitar kita.

Linus Suryadi AG
Puisi: Begitukah Pandangmu, Sayup, Bagai Bintang
Karya: Linus Suryadi AG

Biodata Linus Suryadi AG:
  • Linus Suryadi AG lahir pada tanggal 3 Maret 1951 di dusun Kadisobo, Sleman, Yogyakarta.
  • Linus Suryadi AG meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1999 (pada usia 48 tahun) di Yogyakarta.
  • AG (Agustinus) adalah nama baptis Linus Suryadi sebagai pemeluk agama Katolik.
© Sepenuhnya. All rights reserved.