Puisi: Batu-Batu Sungai, Batu-Batu Langit (Karya Toto ST Radik)

Puisi "Batu-Batu Sungai, Batu-Batu Langit" karya Toto ST Radik menawarkan pandangan yang mendalam tentang perbedaan antara dunia alami dan buatan ...
Batu-Batu Sungai
Batu-Batu Langit
(: Cecep Syamsul Hari)

Batu-batu sungai menyanyi
Batu-batu 
langit meludah
Batu-batu 
sungai menari
Batu-batu 
langit menyumpah

Selamat datang di negeri sunyi
Mengajilah seorang diri
Samadi di dasar pusaran kata-kata
Membaca sejarah dengan mata pecinta

Batu-batu 
sungai menyanyi
Batu-batu 
langit menyerapah
Batu-batu 
sungai menari
Batu-batu 
langit mendebah

Selamat datang di negeri pesta
Menangislah seorang diri
atau belajarlah melahap pizza
dan hilir-mudik dalam mesin fotokopi

Batu-batu 
sungai hening dan matang
Batu-batu 
langit risau dan rapuh.

Serang, 5 November 1996

Sumber: Indonesia Setengah Tiang (1999)

Analisis Puisi:

Puisi "Batu-Batu Sungai, Batu-Batu Langit" karya Toto ST Radik adalah sebuah karya yang memanfaatkan simbolisme batu untuk menggambarkan perbedaan antara dua dunia atau keadaan yang saling bertentangan. Puisi ini mengeksplorasi tema tentang kesunyian, pencarian makna, dan kontras antara dunia alami dan buatan manusia. Dengan penggunaan metafora dan ironi, puisi ini menantang pembaca untuk merenungkan kondisi manusia dan dunia di sekitar mereka.

Puisi ini memulai dengan perbedaan antara batu-batu sungai dan batu-batu langit, yang digunakan sebagai simbol untuk menggambarkan dua aspek kehidupan yang berbeda. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan deskriptif, Toto ST Radik mengeksplorasi bagaimana kedua jenis batu ini berfungsi sebagai cerminan dari keadaan emosional dan lingkungan manusia.

Eksplorasi Tema dan Simbolisme

  • Batu-Batu Sungai dan Batu-Batu Langit: "Batu-batu sungai menyanyi / Batu-batu langit meludah" dan seterusnya menggambarkan dua dunia yang berbeda dengan menggunakan batu sebagai simbol. Batu-batu sungai menyimbolkan sesuatu yang lebih alami dan organik, yang melibatkan aktivitas seperti bernyanyi dan menari. Di sisi lain, batu-batu langit mencerminkan aspek yang lebih keras dan kering, dengan tindakan seperti meludah dan menyumpah. Kontras ini mencerminkan ketegangan antara kedamaian alami dan kekacauan buatan manusia.
  • Selamat Datang di Negeri Sunyi: "Selamat datang di negeri sunyi / Mengajilah seorang diri" memperkenalkan tema kesunyian dan pencarian makna pribadi. Negeri sunyi di sini bisa diartikan sebagai tempat di mana seseorang dihadapkan pada introspeksi mendalam dan pencarian jati diri. Mengajilah dan samadi di dasar pusaran kata-kata menunjukkan pencarian makna melalui refleksi dan pemahaman yang mendalam, serta membaca sejarah dengan mata pecinta menunjukkan pendekatan emosional terhadap pemahaman masa lalu.
  • Kontras antara Negeri Sunyi dan Negeri Pesta: "Selamat datang di negeri pesta / Menangislah seorang diri" menciptakan kontras yang tajam dengan negeri sunyi. Negeri pesta melambangkan dunia yang bising dan penuh kegiatan, di mana individu mungkin merasa terasing meskipun berada di tengah keramaian. Tindakan menangis atau melahap pizza dan hilir-mudik dalam mesin fotokopi mencerminkan ketidakberdayaan dan absurditas kehidupan sehari-hari di dunia modern yang sibuk.
  • Perubahan Batu-Batu: "Batu-batu sungai hening dan matang / Batu-batu langit risau dan rapuh" menutup puisi dengan refleksi tentang perubahan karakter batu-batu ini. Batu-batu sungai menjadi simbol kedamaian dan kematangan, sedangkan batu-batu langit menggambarkan kekhawatiran dan kerentanan. Ini menggambarkan bagaimana kedua dunia ini mengalami perubahan seiring dengan perjalanan waktu dan kondisi yang berbeda.

Makna dan Interpretasi

Puisi ini menghadirkan perbandingan yang mendalam antara dunia alami dan buatan manusia melalui simbolisme batu. Batu-batu sungai dan batu-batu langit melambangkan dua aspek kehidupan yang saling bertentangan: kedamaian alami versus kekacauan buatan manusia. Kesunyian dan pesta, refleksi dan absurditas, kematangan dan kerentanan menjadi tema sentral yang menantang pembaca untuk merenungkan keadaan manusia dan hubungan mereka dengan dunia di sekitar mereka.

Puisi "Batu-Batu Sungai, Batu-Batu Langit" karya Toto ST Radik menawarkan pandangan yang mendalam tentang perbedaan antara dunia alami dan buatan manusia melalui penggunaan simbol batu. Dengan kontras yang tajam antara tindakan batu-batu sungai dan batu-batu langit, puisi ini menggambarkan ketegangan antara kedamaian dan kekacauan, introspeksi dan kehidupan modern. Melalui refleksi ini, pembaca diundang untuk merenungkan bagaimana mereka menavigasi antara dua dunia yang berbeda dan bagaimana kondisi emosional mereka dipengaruhi oleh lingkungan mereka.


"Puisi Toto ST Radik"
Puisi: Batu-Batu Sungai, Batu-batu Langit
Karya: Toto ST Radik

Biodata Toto ST Radik:
  • Toto Suhud Tuchaeni Radik lahir pada tanggal 30 Juni 1965 di desa Singarajan, Serang.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.