Analisis Puisi:
Puisi "Sajak Ibu Pertiwi" karya Dimas Arika Mihardja adalah sebuah penggambaran puitis tentang Indonesia, disajikan melalui metafora perasaan berduka Ibu Pertiwi.
Metafora Gempa dan Tsunami: Puisi ini menggunakan metafora gempa dan tsunami untuk menggambarkan kondisi Indonesia yang sedang mengalami goncangan dan bencana. Gempa mengguncang dada, sedangkan tsunami melanda hati, memberi citra bahwa negara ini sedang dalam keadaan krisis dan penderitaan.
Penyimpangan Bahasa: Penyair menggunakan penyimpangan bahasa dengan memainkan kata "bau" dan "baru" untuk mengekspresikan perasaan berseru terhadap Indonesia yang bergejolak dan baru, namun juga sedih dan sendu. Hal ini mencerminkan konflik dan ketidakpastian yang terjadi di dalam negeri.
Personifikasi Ibu Pertiwi: Ibu Pertiwi digambarkan sebagai entitas yang hidup dan memiliki perasaan. Hal ini memberikan dimensi emosional yang kuat pada puisi, memperlihatkan rasa empati dan kedalaman perasaan terhadap kondisi Indonesia.
Kritik Sosial dan Politik: Puisi ini juga mencerminkan kritik sosial dan politik terhadap kondisi negara. Melalui gambaran berduka Ibu Pertiwi, penyair menyoroti ketegangan dan konflik yang terjadi di masyarakat serta perasaan sedih dan kegelisahan atas kondisi yang terus memburuk.
Keterbukaan Interpretasi: Puisi ini memberikan ruang bagi pembaca untuk menafsirkan maknanya sendiri. Meskipun ada tema yang jelas tentang kegelisahan dan kesedihan atas kondisi Indonesia, makna dan pesan yang tersirat dapat bervariasi tergantung pada perspektif pembaca.
Puisi "Sajak Ibu Pertiwi" adalah sebuah karya sastra yang memadukan gambaran puitis dengan kritik sosial dan politik terhadap kondisi Indonesia. Dengan metafora gempa dan tsunami, penyair mengekspresikan keadaan krisis dan penderitaan yang sedang dialami negara ini, sambil mengajak pembaca untuk merenungkan dan mengkritisi situasi yang ada.
Karya: Dimas Arika Mihardja