Puisi: Rendezvous, Pada Sebuah Pantai (Karya Dimas Arika Mihardja)

Puisi "Rendezvous, Pada Sebuah Pantai" menggambarkan cinta yang penuh kegelisahan, harapan, dan ketidakpastian. Dengan menggunakan simbolisme alam ...
Rendezvous:
Pada Sebuah Pantai

Dik, lihatkah riak dan ombak itu?
Itulah gemuruh dadaku memandangmu

Bang, lihatkah lidah ombak itu?
Itulah harap dan cemasku pada kesetianmu

Sejoli itu lalu saling pandang,
membaca cuaca
mengabadikan nama di pasir yang lalu disapu ombak.

22 Mei 2010

Analisis Puisi:

Puisi "Rendezvous, Pada Sebuah Pantai" karya Dimas Arika Mihardja mengangkat tema cinta yang penuh kegelisahan dan harapan. Melalui penggunaan simbolisme alam seperti ombak, riak, dan pasir, puisi ini menyiratkan kerinduan, kecemasan, serta upaya untuk mengabadikan momen yang penuh perasaan. Dimas Arika Mihardja berhasil menggambarkan dinamika hubungan yang rapuh namun penuh makna, dengan latar belakang yang sangat puitis di sebuah pantai.

Riak dan Ombak sebagai Simbol Perasaan

Pada baris pertama, puisi ini mengajak pembaca untuk melihat "riak dan ombak" yang ada di pantai, yang menjadi simbol dari perasaan yang mendalam dan penuh gejolak. Kata-kata "Itulah gemuruh dadaku memandangmu" memberikan kesan bahwa perasaan penulis—atau tokoh dalam puisi—terlalu kuat untuk ditahan. Ombak di sini bukan hanya menggambarkan suara alam, melainkan juga emosi yang bergelora dan tak terkendali, seperti gemuruh hati yang terus bergolak ketika menghadapi seseorang yang istimewa.

Simbolisme ombak sebagai gemuruh hati memberikan nuansa dramatis, seakan perasaan cinta begitu besar dan penuh kekuatan. Gejolak perasaan ini melambangkan kecemasan dan hasrat yang datang dengan intensitas yang tinggi, meskipun disertai rasa ketidakpastian.

Lidah Ombak dan Harapan dalam Cinta

Selanjutnya, puisi ini menyebutkan "lidah ombak" yang melambangkan harapan dan kecemasan dalam sebuah hubungan. "Itulah harap dan cemasku pada kesetianmu" menggambarkan rasa khawatir terhadap komitmen dalam hubungan cinta. Seperti lidah ombak yang terus datang dan pergi, harapan dan kecemasan juga datang silih berganti dalam hati seseorang yang sedang jatuh cinta. Perasaan ini tidak pernah stabil—seperti ombak yang tak pernah berhenti bergerak, harapan dan kecemasan terus mengiringi setiap momen dalam hubungan tersebut.

Penyair menggunakan "cemas" sebagai kata yang menunjukkan adanya ketidakpastian dalam cinta, mungkin karena ketakutan akan pengkhianatan atau rasa tidak aman terhadap komitmen pasangan. Namun, di sisi lain, kata "harap" menunjukkan adanya harapan yang tinggi terhadap kesetiaan dan keberlanjutan hubungan tersebut. Ini mencerminkan ambivalensi dalam perasaan yang dialami dalam sebuah hubungan romantis.

Sejoli yang Mencoba Mengabadikan Momen di Pasir

Pada bagian akhir, puisi ini menggambarkan sepasang sejoli yang "lalu saling pandang, / membaca cuaca / mengabadikan nama di pasir yang lalu disapu ombak". Gambaran ini sangat kuat sebagai simbol dari ketidakpastian dan kerapuhan dalam hubungan. Pasir yang digunakan untuk mengabadikan nama melambangkan momen yang hanya sementara—seperti hubungan itu sendiri yang bisa saja terhapus oleh waktu dan perubahan. Ombak yang datang menyapu nama di pasir menggambarkan bagaimana kenangan dan momen indah dalam hidup bisa saja lenyap begitu saja, tak terhindarkan oleh kekuatan alam atau nasib.

Namun, di sisi lain, momen saling memandang dan membaca cuaca juga mengandung makna bahwa mereka berdua berusaha untuk memahami satu sama lain, untuk mencari tahu arah yang benar dalam hubungan mereka. Mereka berusaha mengabadikan nama mereka di pasir, meskipun itu hanya sementara. Hal ini mungkin mencerminkan harapan mereka untuk mengukir kenangan dalam hidup mereka, meskipun kenyataan bahwa waktu terus berjalan dan segala sesuatu bisa berubah.

Puisi "Rendezvous, Pada Sebuah Pantai" menggambarkan cinta yang penuh kegelisahan, harapan, dan ketidakpastian. Dengan menggunakan simbolisme alam seperti ombak, riak, dan pasir, puisi ini berhasil mengungkapkan kerinduan yang mendalam dan kecemasan yang sering kali menyertai perasaan cinta. Ombak yang terus bergelora menjadi metafora untuk perasaan yang kuat, sementara pasir yang terhapus oleh ombak menggambarkan fragilitas momen-momen kebahagiaan dalam hidup.

Namun, meskipun ada kecemasan dan ketidakpastian, puisi ini juga menunjukkan usaha untuk mengabadikan kenangan dan menciptakan ikatan dalam hubungan. Ini adalah cerita tentang cinta yang terjalin di tengah kegelisahan, namun tetap berusaha untuk meninggalkan jejak yang berarti, meskipun sementara.

"Puisi Dimas Arika Mihardja"
Puisi: Rendezvous, Pada Sebuah Pantai
Karya: Dimas Arika Mihardja
© Sepenuhnya. All rights reserved.