Puisi: Upacara Gerimis (Karya Dimas Arika Mihardja)

Puisi "Upacara Gerimis" karya Dimas Arika Mihardja menghadirkan gambaran sebuah upacara yang terjadi dalam hujan, merangkum simbolisme, perasaan, ....
Upacara Gerimis

Pasukan hujan berbaris
pandang matanya mengiris nurani
mikrofon tegak di atas kehampaan
menyimpan aneka suara aneka irama
basah disiram resah
komandan upacara - Ibu Pertiwi
sedang bersedih hati
upacara kenduri tak usai
tak sampai tak terpahami
o, air mataku berlinang
nyanyikan bendera setengah tiang!

1993

Analisis Puisi:

Puisi "Upacara Gerimis" karya Dimas Arika Mihardja menghadirkan gambaran sebuah upacara yang terjadi dalam hujan, merangkum simbolisme, perasaan, dan realitas yang mendalam.

Simbolisme Hujan: Hujan dalam puisi ini bukan sekadar fenomena alam, melainkan juga simbol dari perasaan dan kondisi emosional. Hujan di sini mewakili kesedihan, kegelisahan, dan perasaan bersedih hati yang melanda komandan upacara, yang digambarkan sebagai Ibu Pertiwi.

Upacara sebagai Metafora: Upacara yang diselenggarakan dalam hujan merupakan metafora dari kehidupan, perjuangan, dan perasaan nasionalisme. Komandan upacara yang sedang bersedih hati mencerminkan keadaan batin bangsa atau masyarakat yang sedang mengalami kesulitan atau duka.

Pandangan Mata yang Mengiris Nurani: Baris ini menyoroti ketajaman pandangan dan kepekaan terhadap peristiwa di sekitar. Hal ini mencerminkan rasa empati terhadap kondisi alam dan perasaan manusia yang tercermin dari gerimis dan suasana upacara.

Mikrofon Tegak di Atas Kehampaan: Penggambaran mikrofon tegak di atas kehampaan menggambarkan sebuah upacara yang diadakan dalam situasi yang mungkin kosong atau penuh kebuntuan. Hal ini bisa jadi mencerminkan upacara-upacara formal yang diadakan tanpa makna yang dalam, atau mencerminkan suasana yang sunyi dan hampa.

Kesedihan dan Harapan: Meskipun suasana upacara dipenuhi dengan kesedihan dan kegelisahan, namun tetap ada harapan yang tersirat. Panggilan untuk menyanyikan bendera setengah tiang menunjukkan keinginan untuk menghormati dan mengenang masa lalu, meskipun di tengah-tengah kesulitan.

Bahasa dan Gaya Penulisan: Puisi ini menggunakan bahasa yang kuat dan gamblang, tanpa banyak hiasan, untuk menyampaikan pesan yang dalam. Penggunaan kata-kata yang sederhana namun bermakna menggambarkan kejelasan perasaan dan pemikiran.

Puisi "Upacara Gerimis" adalah sebuah puisi yang menghadirkan gambaran upacara yang dilaksanakan dalam hujan, melibatkan simbolisme, emosi, dan realitas kehidupan. Dengan kata-kata yang sederhana namun kuat, puisi ini mengekspresikan perasaan, harapan, dan refleksi atas kondisi alam dan kemanusiaan.

"Puisi Dimas Arika Mihardja"
Puisi: Upacara Gerimis
Karya: Dimas Arika Mihardja

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Aku BatuAku jadi batuDi dasar kaliSempurna merasakan sepiDalam alir manusiawiAku menyentuh bahagia, tak ada kabutDatang berkemelutDunia dari duniaku sendiriTelah sampai di puncak s…
  • Ayamaku akan belajar pada ayammengais-ngais halaman nasibsebiji remah dipatukkupatuk remah alam yang kejamkupatuk pada ombak yang menggelegakayamku berkokok mengumumkan siangsambil…
  • Kepada Pattimurakala tali gantungan erat menjeratgagang lehermu, senyum cantik kemerdekaanmenyingsing dari bibirmuo, hembusan napasmu, tak ada artiletusan ngeri gunung berapiangkat…
  • Bebandi bawah pikulan yang kaku ituadalah pundakkusejarah berjalan ke saujanadengan lagu berdurisebelum orang sempat bertanyaapa tak sebaiknyakuminum dulu air ketenteramanyang memb…
  • Doa (1) Apakah yang layak kupersembahkan kepada-Mu mimpi burukku masih berkecamuk seakan dengan darah kulukisi langit yang sudah penuh dengan warna kuasa-Mu. Solo, 1981Anal…
  • Soliloquiakhirnya akupun tahubahwa daging dan asapakan terlempar dalam gelaptapi apakah makna senyap?banyak di antara kita telah mengatakannya:senyap adalah bencana bagi cintaadala…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.