Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Saat Bersamamu (Karya Dimas Arika Mihardja)

Puisi "Saat Bersamamu" karya Dimas Arika Mihardja bercerita tentang pengalaman batin seseorang ketika berada dalam kebersamaan dengan sosok yang ...
Saat Bersamamu

Kubasuh kedua telapak, bukan cuci tangan
Kubasah jiwa mencinta, bukan kuasah tajam dendam merajam
Kuasuh rasa merindu, bukan punguk merindukan bulan
Kuasah gairah menyembah, bukan memuja berhala benda-benda.

Saat bersamamu segalanya sungguh tiada makna
Hanya terasa magma di dalam dada kian menyala-nyala
Kurasakan air menderas sepanjang sungai dalam diri
Beriak dan berkecipak dalam jejak sajak.

Saat bersamamu segalanya melagu
Menyanyikan qasidah cinta semata
Mendendangkan rindu yang kian rindang
Hatiku berkompangan penuh barzanji dan puja-puji
Hanya padamu segala cahaya cinta tak pernah padam
Hanya padamu aku berguru untuk tak meragu
Hanya dalam dekapmu kehangatan tak tergantikan.

Sanggar Kreasi, 3 Mei 2011

Analisis Puisi:

Puisi "Saat Bersamamu" karya Dimas Arika Mihardja adalah sebuah karya yang memadukan keindahan ekspresi cinta dengan kekuatan religius dan spiritualitas. Melalui larik-lariknya, penyair menghadirkan nuansa emosional yang penuh dengan perasaan mendalam, simbol, dan perenungan.

Tema

Tema utama puisi Saat Bersamamu adalah cinta yang sakral dan spiritual. Bukan hanya cinta antar-manusia dalam arti romantis, tetapi cinta yang dihubungkan dengan dimensi ilahiah, penuh rasa syukur, pengabdian, dan keikhlasan. Penyair mengungkapkan perasaan bahwa cinta sejati bukan sekadar hasrat, melainkan jalan menuju pemurnian jiwa.

Puisi ini bercerita tentang pengalaman batin seseorang ketika berada dalam kebersamaan dengan sosok yang dicintainya. Kebersamaan itu tidak hanya dimaknai secara jasmani, tetapi juga rohani. Penyair menggambarkan bahwa cinta memberikan kekuatan, ketenangan, dan cahaya yang menerangi hati. Perasaan itu kemudian diungkapkan melalui simbol-simbol religius, seperti qasidah, barzanji, dan puja-puji, yang menekankan bahwa cinta bukan hanya persoalan duniawi, tetapi juga jalan mendekatkan diri pada Tuhan.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah pesan tentang cinta yang melampaui nafsu duniawi dan menuju cinta yang bersifat abadi. Penyair ingin menyampaikan bahwa cinta sejati bukan hanya dimiliki atau dinikmati, melainkan dijalani dengan ketulusan, pengabdian, serta keterhubungan dengan nilai spiritual. Ada pula makna bahwa kebersamaan dengan sosok yang dicintai dapat menginspirasi seseorang untuk lebih dekat dengan Sang Pencipta.

Suasana dalam puisi

Suasana yang tergambar dalam puisi ini adalah penuh cinta, religius, dan penuh kehangatan batin. Ada rasa syahdu, damai, sekaligus membara seperti magma di dalam dada yang terus menyala. Suasana ini menghadirkan harmoni antara perasaan cinta manusiawi dengan nilai spiritual yang dalam.

Amanat / Pesan yang disampaikan

Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah pentingnya memaknai cinta dengan penuh kesucian, pengabdian, dan nilai religius. Cinta sejati seharusnya menjadi jalan untuk membersihkan jiwa, mendekatkan diri kepada Tuhan, dan memberikan makna lebih dalam kehidupan. Penyair juga seakan berpesan bahwa cinta bukanlah sesuatu yang perlu diragukan, melainkan dijalani dengan keyakinan.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji perasaan dan imaji religius. Misalnya:
  • "magma di dalam dada kian menyala-nyala" menghadirkan imaji panas dan bergelora.
  • "air menderas sepanjang sungai dalam diri" memberikan imaji visual dan auditif tentang aliran perasaan yang deras.
  • "Hatiku berkompangan penuh barzanji dan puja-puji" menampilkan imaji religius yang kuat, membangun suasana spiritual sekaligus emosional.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora – "magma di dalam dada" sebagai kiasan untuk perasaan cinta yang membara.
  • Personifikasi – "air menderas sepanjang sungai dalam diri" memberikan sifat manusiawi pada sungai sebagai simbol aliran perasaan.
  • Repetisi – pengulangan frasa "Hanya padamu..." untuk menegaskan ketulusan dan kesetiaan.
  • Hiperbola – "segala cahaya cinta tak pernah padam" menggambarkan cinta yang abadi secara berlebihan untuk menegaskan kedalaman rasa.
Puisi "Saat Bersamamu" karya Dimas Arika Mihardja adalah ungkapan cinta yang tidak hanya berhenti pada romantisme duniawi, melainkan ditinggikan menjadi pengalaman spiritual. Dengan tema cinta yang sakral, penuh makna tersirat, serta penggunaan imaji dan majas yang kaya, puisi ini menghadirkan nuansa religius sekaligus emosional.

"Puisi Dimas Arika Mihardja"
Puisi: Saat Bersamamu
Karya: Dimas Arika Mihardja
© Sepenuhnya. All rights reserved.