Puisi: Riak Syair Perahu (Karya Sitor Situmorang)

Puisi "Riak Syair Perahu" karya Sitor Situmorang tidak hanya menggambarkan hubungan antara manusia dengan alam dan sesamanya, tetapi juga mengajak ...
Riak Syair Perahu (1)

Merihnyakah yang kukecup?

Saat remangnya fajar
masih berbantal rambutnya
dalam dekapan

Saat wajahnya kutatap
uap tidurnya kuhirup
bersama mantra alisnya

terseret gelora pasang
hempasan samudra rindu
dalam irama syair
Hamzah Fansuri

Riak Syair Perahu (2)

Satu
dalam dua
dua
dalam satu tubuh

rasuk-merasuki
dalam nafas
padu dalam pandang
baur dalam jamah

sentuhan
segenap indera
mayapada

dalam timangan
semesta betinaku.

21 April 2004

Sumber: Sitor Situmorang, kumpulan Sajak 1980-2005 (2006)

Analisis Puisi:

Puisi "Riak Syair Perahu" karya Sitor Situmorang adalah sebuah karya yang puitis dan meditatif, yang mengeksplorasi tema cinta, keindahan alam, dan pengalaman mistis.

Riak Syair Perahu (1)

Puisi ini dibuka dengan pertanyaan introspektif, "Merihnyakah yang kukecup?" yang mengisyaratkan perasaan intim dan puitis tentang kehadiran orang yang dicintai. Puisi menciptakan suasana yang tenang dan indah pada saat fajar yang masih remang. Perumpamaan tentang "masih berbantal rambutnya / dalam dekapan" menunjukkan keintiman dan kedekatan yang kuat antara pembicara dengan orang yang dicintainya.

Deskripsi tentang "uap tidurnya kuhirup / bersama mantra alisnya" menggambarkan momen-momen kecil yang penuh makna dalam kehidupan sehari-hari. Puisi ini juga merujuk pada pengaruh Hamzah Fansuri, seorang sufi terkenal, yang menambah dimensi spiritual dan keindahan dalam pengalaman cinta yang diungkapkan dalam irama syair.

Riak Syair Perahu (2)

Bagian kedua puisi membawa pembaca lebih dalam ke dalam refleksi tentang persatuan dan kebersamaan. Puisi ini menggunakan bahasa yang simbolis untuk menyatakan hubungan yang dalam antara dua individu yang saling melengkapi satu sama lain. Frasa "Satu dalam dua / dua dalam satu tubuh" mencerminkan ide tentang kesatuan yang sempurna, di mana dua individu bersatu dalam harmoni dan kecocokan yang sempurna.

Penggunaan metafora seperti "rasuk-merasuki / dalam nafas / padu dalam pandang / baur dalam jamah" menekankan pengalaman spiritual dan keselarasan yang mendalam antara dua jiwa yang berpadu. Puisi ini menciptakan gambaran tentang kehadiran spiritual dan keindahan yang melampaui batas-batas fisik, mencerminkan keagungan cinta yang tidak terbatas.

Gaya dan Makna

Gaya Sitor Situmorang dalam "Riak Syair Perahu" sangatlah puitis dan mendalam. Penggunaan imaji yang kuat dan bahasa yang simbolis menghidupkan pengalaman emosional dan spiritual, sementara referensi terhadap Hamzah Fansuri memberikan lapisan tambahan yang kaya akan makna filosofis dan spiritual.

Puisi "Riak Syair Perahu" karya Sitor Situmorang adalah sebuah perjalanan yang indah dan meditatif melalui pengalaman cinta dan spiritualitas. Dengan bahasa yang kaya dan imaji yang mendalam, puisi ini tidak hanya menggambarkan hubungan antara manusia dengan alam dan sesamanya, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan tentang keindahan dan keutuhan dalam hubungan manusia.

"Puisi Sitor Situmorang"
Puisi: Riak Syair Perahu
Karya: Sitor Situmorang

Biodata Sitor Situmorang:
  • Sitor Situmorang lahir pada tanggal 2 Oktober 1923 di Harianboho, Tapanuli Utara, Sumatra Utara.
  • Sitor Situmorang meninggal dunia pada tanggal 21 Desember 2014 di Apeldoorn, Belanda.
  • Sitor Situmorang adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45; yang juga menggeluti profesi sebagai wartawan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.