Puisi: Peta Baru Pelayaran (Karya Raudal Tanjung Banua)

Puisi "Peta Baru Pelayaran" karya Raudal Tanjung Banua menggambarkan bagaimana sejarah yang terlihat diam bisa dihidupkan kembali dan bagaimana ...
Peta Baru Pelayaran

Laut dan teluk
yang kelewat tenang
seperti beku di mataku
Pulau-pulau jadi sehening batu
Kapal-kapal berlayar kaku
Menara dan mercu
jadi semati tugu

Maka aku nyalakan mata penaku
buat menggerakkan laut
dan pulau tanah airku
Kutulis samudera, maka gelombang
menggetarkan karang
Kutulis rempah, kopra dan kapal dagang
pulau-pulau terapung bagai kiambang
kapal-kapal berlari seligat kuda pacuan

Kawan, bila mata penamu
dan seribu mata pena lain
dinyalakan, maka laut
dan teluk akan terbakar
Abad-abad lewat
merentang jalan: berkobar
segala menara dan mercu
Atau sekadar jadi lilin
Tapi kuyakin,
tiap tetesnya jadi peta baru
di panas telapak tanganmu!

Analisis Puisi:

Puisi "Peta Baru Pelayaran" karya Raudal Tanjung Banua menghadirkan eksplorasi imajinasi dan dinamika yang dihidupkan melalui kekuatan kata-kata dan kreativitas penulis. Dalam karya ini, Raudal Tanjung Banua menghadirkan visualisasi laut, pulau-pulau, kapal, menara, dan mercusuar yang menggambarkan ketenangan dan keheningan, kemudian dihidupkan kembali melalui kekuatan imajinasi penulis.

Penggambaran Keheningan dan Kekuatan Imajinasi

Di bagian awal puisi, Raudal menggambarkan laut dan teluk yang "kelewat tenang", "seperti beku di mataku", menciptakan kesan yang sangat tenang dan stagnan. Penggambaran pulau-pulau yang "sehening batu", kapal-kapal yang "berlayar kaku", serta menara dan mercu yang "semati tugu" semakin menegaskan kondisi statis ini. Kondisi ini seolah menggambarkan suatu peradaban atau sejarah yang diam, membeku, dan tidak bergerak.

Namun, seiring dengan itu, muncul peran "mata pena" sang penyair. Dalam baris "Maka aku nyalakan mata penaku", Raudal menghadirkan simbol kekuatan pena yang dapat "menggerakkan laut dan pulau tanah airku". Di sini, penulis menekankan peran penting kreativitas dan imajinasi dalam membangkitkan sesuatu yang tampak beku dan statis menjadi hidup kembali. Metafora "mata pena" yang dinyalakan ini menunjukkan bahwa kata-kata dan penulisan bisa menjadi alat untuk membangkitkan, mengubah, atau memperbarui keadaan.

Simbol Perdagangan dan Mobilitas

Pada bagian selanjutnya, imajinasi bergerak melalui "samudera", "gelombang", "rempah", "kopra", dan "kapal dagang". Pemilihan kata-kata ini menggambarkan kejayaan masa lalu ketika perdagangan laut dan kapal-kapal dagang berlayar melintasi samudera dengan membawa berbagai komoditas. Dalam konteks sejarah Nusantara, ini bisa merujuk pada masa kejayaan pelayaran dan perdagangan rempah yang menghubungkan kepulauan dengan dunia luar.

Gambaran "kapal-kapal berlari seligat kuda pacuan" dan "pulau-pulau terapung bagai kiambang" memperlihatkan pergerakan dan dinamika baru yang dihidupkan kembali melalui mata pena. Di sini, Raudal seolah ingin menunjukkan bahwa sejarah dan perjalanan bangsa bisa dihidupkan dan ditulis ulang dengan kekuatan kreativitas dan imajinasi.

Kekuatan Kolektif dan Transformasi

Menariknya, puisi ini kemudian mengajak pada sebuah ajakan kolektif: "Kawan, bila mata penamu dan seribu mata pena lain dinyalakan...". Ajakan ini bukan hanya tentang menulis, tetapi tentang menciptakan perubahan melalui kata-kata dan ide. Jika ada seribu mata pena yang "dinyalakan", maka laut dan teluk akan "terbakar". Frasa ini menunjukkan bahwa kekuatan kolektif imajinasi dan kreativitas dapat membawa perubahan besar.

Dengan kata lain, ketika banyak orang turut serta dalam menulis dan berkreasi, sejarah dan dunia bisa berubah. Imajinasi dan ide-ide baru dapat mengubah sesuatu yang stagnan menjadi sesuatu yang penuh kehidupan. Penutup puisi ini menggambarkan optimisme tentang perubahan: "tiap tetesnya jadi peta baru di panas telapak tanganmu!" Menyiratkan bahwa setiap upaya dan langkah kecil dalam menulis atau menciptakan sesuatu bisa menjadi bagian dari perubahan besar.

Puisi "Peta Baru Pelayaran" karya Raudal Tanjung Banua merupakan manifestasi dari kekuatan imajinasi, kreativitas, dan peran kata-kata dalam menciptakan transformasi. Melalui simbol-simbol laut, pulau, dan perdagangan, Raudal menggambarkan bagaimana sejarah yang terlihat diam bisa dihidupkan kembali dan bagaimana perubahan bisa dimulai dari upaya kolektif untuk berkarya. Puisi ini mengajak pembaca untuk tidak hanya menjadi penonton sejarah, tetapi menjadi bagian dari penciptaan sejarah itu sendiri dengan "mata pena" mereka masing-masing.

Puisi: Peta Baru Pelayaran
Puisi: Peta Baru Pelayaran
Karya: Raudal Tanjung Banua
© Sepenuhnya. All rights reserved.