Puisi: Perginya Seorang Pelaut Muda (Karya Raudal Tanjung Banua)

Puisi "Perginya Seorang Pelaut Muda" karya Raudal Tanjung Banua mengeksplorasi tema kebebasan, kehilangan, dan hubungan keluarga dengan cara yang ...
Perginya Seorang Pelaut Muda

(1)

Kucintai laut
karena merdeka

(2)

Kemudian ia nyalakan lentera
kemudian ia pejamkan mata
(sampan bocor tak mungkin ditimba)

(3)

Di ambin, perempuan membuka sanggul
selimut bayi di susuan

(4)

Kucemburui laut
karena buta

(5)

Di teluk, sampan-sampan terantuk
induk semang pulang mengantuk

(6)

Saya cintai kau
karena berduka

(7)

Semua yang di pantai pandai berbisik
sebab angin tak dapat dilihat

(8)

Bayi itu sehat
dan tumbuh sekuat dayung

(9)

Kucintai engkau karena seperti ayahmu
rakus menyusu

(10)

Seorang anak menjelma
pulau hijau di laut biru

(11)

Berita tiba-tiba (tapi sudah diduga):
induk semang mati tamasya
tercekik akar liar dekat laguna

(12)

Kulunaskan sudah
karena kucintai laut dan kubenci

(13)

Selamat tinggal: sampan bocor ayah,
jendela yang diketuk, batuk-batuk ibu
(muslihat-muslihat itu)

2018

Analisis Puisi:

Raudal Tanjung Banua, seorang penyair dan penulis dari Indonesia, dikenal dengan gaya puitis yang mendalam dan penuh makna. Salah satu karya terkenalnya, puisi "Perginya Seorang Pelaut Muda", menggambarkan hubungan antara manusia, laut, dan kehidupan sehari-hari dengan cara yang unik dan emosional.

Puisi "Perginya Seorang Pelaut Muda" adalah karya yang mengungkapkan cinta, cemburu, dan kesedihan melalui gambaran pelaut dan laut. Dengan gaya yang sederhana namun kuat, Raudal Tanjung Banua mengeksplorasi tema-tema tentang kebebasan, kehilangan, dan hubungan keluarga, sambil menggunakan simbol-simbol yang kuat dan penuh makna.
  • Bagian Pertama (1): Pada bagian pertama, penyair menyatakan kecintaannya terhadap laut karena simbol merdeka. Laut, dalam konteks ini, bukan hanya representasi fisik tetapi juga sebuah lambang kebebasan dan luasnya kemungkinan. Kecintaan ini mencerminkan kerinduan akan kebebasan dan penjelajahan yang tak terbatas.
  • Bagian Kedua (2): Di bagian kedua, gambar pelaut yang menyalakan lentera dan kemudian menutup mata menunjukkan tindakan yang penuh keputusasaan. Sampan bocor yang tak mungkin ditimba mencerminkan situasi yang sudah tidak bisa diubah atau diperbaiki, menandakan ketidakberdayaan di hadapan takdir.
  • Bagian Ketiga (3): Perempuan yang membuka sanggul dan menyusui bayi menggambarkan kehidupan sehari-hari dan peran tradisional dalam keluarga. Gambar ini memberikan kontras dengan situasi pelaut yang berjuang, menekankan dimensi kehidupan yang berbeda dan seringkali terabaikan.
  • Bagian Keempat (4): Kecemburuan penyair terhadap laut yang buta mencerminkan perasaan tidak adil dan ketidakpuasan. Laut yang tidak dapat melihat mewakili sesuatu yang misterius dan tidak dapat dipahami sepenuhnya, yang mungkin menimbulkan rasa iri dan kekesalan.
  • Bagian Kelima (5): Di teluk, sampan-sampan yang terantuk dan induk semang yang pulang mengantuk menggambarkan kehidupan sehari-hari yang monoton dan penuh rutinitas. Gambar ini menambahkan elemen realitas sosial dan domestik yang kontras dengan kebebasan yang diwakili oleh laut.
  • Bagian Keenam (6): Pernyataan "Saya cintai kau karena berduka" menunjukkan bahwa cinta bisa datang dari pengalaman kesedihan dan kesulitan. Ada kedalaman emosional dalam cinta yang lahir dari penderitaan dan kehilangan.
  • Bagian Ketujuh (7): Semua yang ada di pantai berbisik karena angin tidak dapat dilihat menunjukkan betapa banyak yang tidak tampak jelas dan hanya bisa dirasakan melalui intuisi dan perasaan. Ini menggambarkan bagaimana komunikasi dan pemahaman sering kali bersifat abstrak dan subjektif.
  • Bagian Kedelapan (8): Bayi yang sehat dan tumbuh sekuat dayung menggambarkan pertumbuhan dan kekuatan baru yang muncul dari situasi sulit. Ini bisa dilihat sebagai simbol harapan dan kelanjutan hidup meskipun ada tantangan.
  • Bagian Kesembilan (9): Kecintaan terhadap seseorang karena kemiripan dengan ayahnya yang rakus menyusu menunjukkan kedekatan emosional dan hubungan yang mendalam. Ada nuansa ketergantungan dan keterikatan dalam perasaan ini.
  • Bagian Kesepuluh (10): Seorang anak yang menjelma menjadi pulau hijau di laut biru menggambarkan pertumbuhan dan perubahan yang alami. Ini juga bisa diartikan sebagai simbol identitas dan tempat yang ditemukan dalam dunia yang luas.
  • Bagian Kesebelas (11): Berita tentang kematian induk semang yang tercekik akar liar dekat laguna membawa pesan tentang kematian yang tak terduga dan nasib tragis. Ini menambah elemen kesedihan dan kehilangan dalam narasi puisi.
  • Bagian Keduabelas (12): Pernyataan "Kulunaskan sudah karena kucintai laut dan kubenci" menunjukkan resolusi yang kompleks dan ambivalen terhadap laut dan segala yang diwakilinya. Ada rasa cinta yang terjalin dengan kebencian dan kemarahan, mencerminkan konflik emosional yang mendalam.
  • Bagian Ketigabelas (13): Penutup puisi dengan pernyataan selamat tinggal, menggambarkan perasaan kehilangan dan ketidakmampuan untuk mengubah keadaan. Gambar sampan bocor, jendela yang diketuk, dan batuk ibu mencerminkan ketidakmampuan untuk menyelesaikan atau memperbaiki keadaan, menandakan akhir yang tak terhindarkan.
Puisi "Perginya Seorang Pelaut Muda" karya Raudal Tanjung Banua adalah sebuah karya yang penuh dengan simbolisme dan emosi. Melalui gambaran laut, pelaut, dan kehidupan sehari-hari, puisi ini mengeksplorasi tema kebebasan, kehilangan, dan hubungan keluarga dengan cara yang mendalam dan reflektif. Gaya penulisan yang sederhana namun kuat mengajak pembaca untuk merenung tentang makna cinta, kesedihan, dan ketidakberdayaan dalam kehidupan.

"Puisi: Perginya Seorang Pelaut Muda"
Puisi: Perginya Seorang Pelaut Muda
Karya: Raudal Tanjung Banua
© Sepenuhnya. All rights reserved.