Puisi: Pelayan Kata (Karya Beno Siang Pamungkas)

Puisi "Pelayan Kata" karya Beno Siang Pamungkas menggambarkan tantangan dan keindahan yang ditemukan dalam proses penciptaan dan penggunaan kata-kata.
Pelayan Kata

Beginilah rute yang kupilih
merenangi sungai kalimat
menggali makna yang tertawan kata dan tanda baca
mencintai semak suku kata, onak huruf, dan beragam angka.

Namun, setelah nafas menipis
teman seperjalanan menghabis
di takik terakhir, seraut wajah yang sekilas kukenal
menunjuk ke arah datang
dan berbisik, suaranya nyaris hilang
hai pelayan kata,
selalu ada yang lolos dari jemarimu
dari jebakan kamus 
thesaurus
bahkan bahasa.

Semarang, 19 Agustus 2009

Analisis Puisi:

Puisi "Pelayan Kata" karya Beno Siang Pamungkas merupakan sebuah refleksi mendalam mengenai perjalanan seorang penulis atau pembuat kata dalam mengeksplorasi dan mengolah bahasa. Melalui puisi ini, Pamungkas menggambarkan tantangan dan keindahan yang ditemukan dalam proses penciptaan dan penggunaan kata-kata.

Rute dan Perjalanan Bahasa

Puisi dimulai dengan "Beginilah rute yang kupilih", yang mencerminkan perjalanan yang dipilih oleh penulis untuk mengeksplorasi bahasa. "Merenangi sungai kalimat" dan "menggali makna yang tertawan kata dan tanda baca" mengilustrasikan upaya penulis dalam menyelami dan memahami bahasa secara mendalam. Frasa ini menunjukkan betapa penulis terlibat dalam dunia bahasa dengan sepenuh hati, seolah-olah bahasa adalah sebuah perairan yang harus dijelajahi.

Cinta terhadap Unsur Bahasa

Pernyataan "mencintai semak suku kata, onak huruf, dan beragam angka" menyoroti kecintaan penulis terhadap detail-detail kecil dalam bahasa. Semak suku kata, onak huruf, dan angka melambangkan aspek-aspek berbeda dari bahasa yang kadang dianggap sepele tetapi sangat penting dalam pembentukan makna. Ini menunjukkan dedikasi penulis dalam menghargai setiap elemen kecil dari bahasa.

Keterbatasan dan Kegagalan

Setelah menggambarkan kecintaan dan dedikasinya, puisi berpindah ke tema keterbatasan. "Namun, setelah nafas menipis" dan "teman seperjalanan menghabis" menunjukkan bahwa perjalanan penulis penuh dengan kelelahan dan perjuangan. Di "takik terakhir," penulis bertemu dengan seseorang yang "seraut wajah yang sekilas kukenal" dan menyadari adanya keterbatasan dalam kemampuannya. Ini menunjukkan bahwa meskipun penulis telah berusaha keras, ada batasan dalam pemahaman dan penggunaan bahasa.

Keterbatasan Bahasa

Pernyataan "selalu ada yang lolos dari jemarimu" menyoroti kenyataan bahwa bahkan dengan usaha terbaik, selalu ada elemen dalam bahasa yang sulit untuk dikuasai sepenuhnya. "Dari jebakan kamus, thesaurus, bahkan bahasa" menunjukkan bahwa alat bantu seperti kamus dan thesaurus tidak selalu cukup untuk menangkap semua makna dan nuansa dalam bahasa. Ini mencerminkan frustrasi penulis terhadap keterbatasan alat bantu dalam menjelaskan atau memahami kata-kata secara menyeluruh.

Puisi "Pelayan Kata" karya Beno Siang Pamungkas adalah sebuah karya yang mendalam dan reflektif tentang perjalanan seorang penulis dalam dunia bahasa. Dengan menggunakan imagery yang kuat dan bahasa yang penuh makna, Pamungkas mengeksplorasi kecintaan terhadap bahasa, kesulitan yang dihadapi dalam mengolah kata, dan keterbatasan yang tidak dapat dihindari. Puisi ini menggambarkan perjuangan dan keindahan dalam dunia penulisan, serta memberikan pemahaman tentang betapa kompleks dan menantangnya pekerjaan sebagai "pelayan kata". Ini adalah puisi yang merayakan dedikasi terhadap bahasa sambil menyadari keterbatasan yang ada, menciptakan karya yang resonan dan introspektif.

"Puisi: Pelayan Kata"
Puisi: Pelayan Kata
Karya: Beno Siang Pamungkas

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Lagu Sepi Batinku Diam-diam aku datangi sepi dalam hujan, dalam lembab embun lalu pelan-pelan kuusap keningnya dingin kaku Dingin dan sepi, mengendap warna biru langit …
  • Taman Di tanaman ini ada kerinduan yang terpendam. Bertahun lamanya tertanam bersama akar bunga dan rerumputan yang senantiasa memberi asa aku kembali. Ada catatan kecil yang …
  • Luka Ini Malam ini Ia mengemas lukanya Nyeri ia bawa berlari Di matanya Sungai sudah mengering Hingga insan menjadi keriting Ibu Luka ini begitu gurih. Jln. Pocut Ba…
  • Biar Kalau saja langit bisa kutampal  akan kutampal langit itu biar orang miskin itu tak kehujanan biar orang miskin itu tak kepanasan. Kalau saja langit bisa kutam…
  • Tanaman Tahun Satu dua orang datang satu dua orang pergi Pohon tumbuh sendiri, sapi berjalan sendiri Kemarin aku berjanji menjengukmu Nonton bersama Satu dua orang datang…
  • Jika Rindu Itu Tak Berbahaya Aku akan datang selepas dini hari barangkali engkau membawa beberapa baju ganti selebihnya kita saling menatap di…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.