Analisis Puisi:
Puisi "Pada Jendela Basah" karya Dimas Arika Mihardja menggambarkan suasana haru dan kerinduan melalui gambaran jendela yang basah oleh hujan. Puisi ini mengekspresikan perasaan dan pikiran seseorang dalam momen yang intim, mengundang pembaca untuk merenungkan keadaan hati yang kompleks di balik gambaran sederhana.
Gambaran Jendela Basah: Jendela basah oleh hujan menjadi gambaran sentral dalam puisi ini. Jendela yang basah menggambarkan suasana hati yang bergejolak dan penuh emosi. Hal ini menciptakan suasana yang lembut dan melankolis.
Resah dan Keresahan: Puisi ini menyiratkan perasaan resah dan keresahan melalui kata-kata "kulukis resah wajah waktu" dan "jemari maut mengintai usai hujan rinai." Ini menggambarkan kegelisahan yang tumbuh seiring dengan waktu, dan ketidakpastian yang menghantui.
Komunikasi yang Tersembunyi: Penggunaan gambaran jendela basah dan kaca mengembun menciptakan rasa samar-samar dalam komunikasi. Pesan singkat yang jelas maknanya, tetapi penuh dengan emosi yang tak terungkapkan, memberikan nuansa kerinduan yang mendalam dan terpendam.
Citra Bendera Putih: Metafora "Serupa bendera putih" menghadirkan gambaran ketidakberdayaan dan perasaan penyerahan. Ini dapat diartikan sebagai upaya untuk mencapai pemahaman dan damai dalam situasi yang rumit.
Gelisah dan Kamar: Puisi ini mencapai klimaksnya dengan kata-kata "mengabarkan gelisah kamar!" yang memberikan kesan penuh ketegangan dan kebingungan. Kamar dapat melambangkan hati atau perasaan batin yang tengah dihadapi oleh penyair.
Puisi "Pada Jendela Basah" adalah puisi yang menggambarkan perasaan dan emosi seseorang dalam suasana haru dan kerinduan. Penggunaan gambaran jendela basah oleh hujan dan elemen-elemen lainnya menciptakan suasana yang kaya dengan nuansa. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dan merasakan suasana hati yang rumit, seolah mengintip ke dalam jiwa penyair yang tengah berjuang dengan perasaannya.
Karya: Dimas Arika Mihardja