Puisi: Mimpinya (Karya Sitor Situmorang)

Puisi "Mimpinya" karya Sitor Situmorang menggambarkan keadaan menanti dan dinanti, serta mencerminkan keinginan dan harapan yang tersirat dalam ...
Mimpinya (1)

Pada segala surat menanti nama
Pada segala surat dinanti nama.

Mimpinya (2)

Pada segala air terpasang layar
Pada segala air terkulai layar.

Mimpinya (3)

Pada segala mata menanti cahaya
Pada segala mata dinanti cahaya.

Sumber: Dalam Sajak (1955)

Analisis Puisi:

Puisi "Mimpinya" karya Sitor Situmorang adalah sebuah karya yang menggambarkan keadaan menanti dan dinanti, serta mencerminkan keinginan dan harapan yang tersirat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan gaya bahasa yang sederhana namun dalam, Situmorang berhasil mengekspresikan keadaan emosional dan spiritual manusia dalam berbagai konteks.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini terdiri dari tiga bagian yang masing-masing memiliki dua baris. Setiap bagian dimulai dengan pengulangan frase "Pada segala...", yang memberikan ritme dan pola yang konsisten dalam keseluruhan puisi. Struktur yang sederhana ini seolah menggambarkan keberulangan atau kepastian dalam menantikan sesuatu, sambil mengeksplorasi berbagai aspek kehidupan seperti surat, air, dan mata.

Gaya bahasa yang digunakan oleh Situmorang cenderung simbolis dan mengandalkan kontras antara menanti dan dinanti. Misalnya, dalam "Mimpinya (1)", frasa "Pada segala surat menanti nama / Pada segala surat dinanti nama" menggambarkan sebuah ekspektasi yang terus menerus, baik sebagai pengirim maupun penerima surat.

Tema dan Makna

Puisi ini secara keseluruhan menyoroti tema tentang harapan, keinginan, dan antiklimaks dalam kehidupan. Setiap bagian puisi menghadirkan gambaran tentang situasi menanti dan dinanti, yang mencerminkan kerinduan manusia akan sesuatu yang diharapkan atau diimpikan.

Penggunaan kata-kata seperti "cahaya" dan "layar" dalam konteks mata dan air menambah dimensi spiritual dan metaforis dalam puisi ini. Mereka tidak hanya menggambarkan harapan fisik atau materi, namun juga keinginan akan pemahaman atau pencerahan dalam konteks yang lebih luas.

Puisi "Mimpinya" mengundang pembaca untuk merenungkan tentang arti dari menanti dan dinanti dalam kehidupan sehari-hari. Sitor Situmorang dengan kepiawaiannya dalam mengolah kata-kata mampu menciptakan sebuah narasi yang sederhana namun dalam, yang menggambarkan kompleksitas emosional dan spiritual manusia.

Dengan demikian, puisi "Mimpinya" bukan hanya sekadar sebuah karya sastra, namun juga sebuah refleksi tentang harapan dan kerinduan yang ada dalam diri setiap individu, serta bagaimana keinginan tersebut membentuk persepsi dan pengalaman hidup mereka.

"Puisi Sitor Situmorang"
Puisi: Mimpinya
Karya: Sitor Situmorang

Biodata Sitor Situmorang:
  • Sitor Situmorang lahir pada tanggal 2 Oktober 1923 di Harianboho, Tapanuli Utara, Sumatra Utara.
  • Sitor Situmorang meninggal dunia pada tanggal 21 Desember 2014 di Apeldoorn, Belanda.
  • Sitor Situmorang adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45; yang juga menggeluti profesi sebagai wartawan.

Anda mungkin menyukai postingan ini

© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.