Sumber: Simfoni Dua (1990)
Analisis Puisi:
Puisi "Lamunan Aborijin" karya Subagio Sastrowardoyo adalah karya sastra yang menarik untuk dianalisis karena menggambarkan perjalanan waktu dan eksistensial manusia melalui gambaran yang kuat dan sederhana. Dengan hanya tiga baris, Sastrowardoyo berhasil menyampaikan pesan yang dalam tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan manusia.
Gambaran Masa Lalu: Di baris pertama, Sastrowardoyo menggambarkan masa lalu sebagai "panas terik di padang pasir dan berkelana di zaman mimpi tak bertepi." Metafora padang pasir dan berkelana menciptakan citra tentang perjalanan yang panjang dan melelahkan dalam kehidupan, sementara "zaman mimpi tak bertepi" menggambarkan kerumitan dan ketidakpastian masa lalu. Ini mencerminkan nostalgia dan kompleksitas hubungan manusia dengan masa lalunya.
Realitas Masa Kini: Kemudian, Sastrowardoyo menjelaskan masa kini sebagai "berkeliaran di pinggir kota dan melupakan diri dalam bir dan wiski." Ini merupakan gambaran realitas yang jauh dari idealisme. Penggambaran ini menggambarkan kehampaan dan kehilangan diri dalam kesibukan dan kegiatan hedonis dalam kehidupan urban masa kini. Penggunaan bir dan wiski menyoroti pengalihan perhatian dari realitas yang sulit ke dalam kenikmatan sementara.
Ketidakpastian Masa Depan: Puisi "Lamunan Aborijin" diakhiri dengan gambaran masa depan sebagai "malam yang panjang tanpa setitik cahaya di langit kelam." Ini menciptakan suasana yang suram dan tanpa harapan. Gambaran ini menyoroti ketidakpastian dan kegelapan yang mungkin dihadapi manusia dalam perjalanan hidupnya. Tanpa adanya cahaya di langit kelam, masa depan terlihat seperti periode yang penuh dengan kegelapan dan ketidakjelasan.
Dalam Puisi "Lamunan Aborijin," Subagio Sastrowardoyo menggambarkan perjalanan waktu manusia dari masa lalu yang penuh dengan nostalgia dan kompleksitas, melalui realitas masa kini yang diwarnai oleh kesibukan dan hedonisme, menuju masa depan yang dipenuhi dengan ketidakpastian dan kegelapan. Melalui penggunaan gambaran yang kuat dan sederhana, Sastrowardoyo berhasil mengajak pembaca untuk merenung tentang arti dan makna eksistensial manusia dalam perjalanan hidupnya.
Karya: Subagio Sastrowardoyo
Biodata Subagio Sastrowardoyo:
- Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
- Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.