Analisis Puisi:
Puisi "Kangen" karya Beno Siang Pamungkas adalah karya yang mengeksplorasi tema kerinduan dan memori dengan nuansa melankolis dan reflektif. Dalam puisi ini, Pamungkas mengungkapkan perasaan kangen yang mendalam melalui serangkaian gambaran dan momen emosional. Terdapat tiga bagian berbeda dalam puisi ini, masing-masing dengan pendekatan yang unik terhadap tema kerinduan.
Kangen (Buat SM) - Bagian Pertama
Bagian pertama puisi ini membuka dengan gambaran "Seperti angin tenggara, / kangen ini datang begitu." Di sini, kerinduan digambarkan seperti angin tenggara yang datang dengan tiba-tiba dan kuat, mengusik suasana seperti angin yang merontokkan kembang mangga dan membuat bayi-bayi sawanan. Ini mencerminkan bagaimana rasa kangen dapat muncul dengan intensitas yang tak terduga dan mempengaruhi kehidupan seseorang secara mendalam.
Pertanyaan "Berapa anakmu sekarang, / apakah suamimu masih suka cemburu kepadaku?" menunjukkan keinginan untuk mengetahui kehidupan seseorang yang telah lama tidak ditemui. Penulis merasa gagal dalam usaha untuk mencari tahu alamat atau keberadaan orang yang dirindukan, dan melalui hujan, dia mencoba untuk mengirimkan salam. Ini menggambarkan upaya yang gagal namun penuh rasa rindu untuk terhubung kembali.
Perasaan penulis yang masih mengharapkan agar kenangan masa lalu, seperti syair yang pernah ditulisnya, dapat menghidupkan kembali hubungan tersebut, menunjukkan kedalaman emosional dari kerinduannya. Penulis merasa tidak bisa melupakan aroma tubuh orang tersebut dan masih bertanya-tanya apakah ketidakhadiran mereka disebabkan oleh ketidakpastian yang ditinggalkannya.
Kangen (Aku kangen kepadamu) - Bagian Kedua
Bagian kedua puisi ini melanjutkan tema kerinduan dengan pendekatan yang lebih halus. Penulis "lagi kucari cara / tanpa kentara / mengutarakannya" menunjukkan usaha untuk mengungkapkan rasa rindu tanpa harus langsung menyebutkan nama atau menyatakan perasaan secara eksplisit. Ini menggarisbawahi bagaimana perasaan kangen sering kali disampaikan melalui isyarat dan simbol, menghindari pengungkapan langsung.
Penggunaan "dan tak menyebut nama" serta "setelah sekian lama menafsirkan isyaratku" mencerminkan kesulitan dalam mengungkapkan perasaan secara terbuka dan bagaimana komunikasi tentang kerinduan sering kali dapat terdistorsi oleh interpretasi dan keengganan untuk menyebutkan secara langsung.
Kangen - Bagian Ketiga
Bagian terakhir puisi ini menutup dengan citraan visual yang kuat: "Senja berwarna biru legam / seperti hatiku yang lebam". Senja yang biru legam melambangkan kesedihan dan kerinduan yang mendalam, sedangkan hati yang lebam menunjukkan luka emosional yang dialami penulis.
"Seekor bangau ke tenggara / gerimis beku di jauh sana." mengkontraskan keindahan alam dengan perasaan duka dan kerinduan. Bangau yang terbang ke tenggara dan gerimis yang beku menciptakan suasana yang melankolis dan sepi, menambah kedalaman perasaan rindu yang disampaikan.
Puisi "Kangen" karya Beno Siang Pamungkas menyajikan eksplorasi mendalam tentang kerinduan dan memori melalui berbagai gambaran dan emosi. Dengan menggambarkan kerinduan sebagai angin, hujan, dan senja, serta melalui pendekatan yang halus dan simbolik dalam komunikasi, Pamungkas menciptakan karya yang kuat dan resonan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana kerinduan bisa mempengaruhi kehidupan seseorang dan bagaimana perasaan tersebut sering kali disampaikan melalui isyarat dan kenangan.
Karya: Beno Siang Pamungkas