Puisi: Jenderal Lu Shun (Karya Subagio Sastrowardoyo)

Puisi "Jenderal Lu Shun" karya Subagio Sastrowardoyo mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kompleksitas manusia, dualitas kepribadian, dan ...
Jenderal Lu Shun

Jenderal Lu Shun kewalahan. Ia tidak dapat menyelesaikan puisinya. Ia baru menulis dua dari empat baris pantun Cina, tetapi fantasinya seperti tersekat dalam kata-kata kosong tak berarti.

Maka ia keluar dari tendanya dan memerintahkan perwiranya mengumpulkan bala tentaranya. "Kita serang dusun itu di lembah dan bunuh penduduknya."

Perwira itu masih mencoba mengingatkannya: "Tetapi Jenderal, ini malam hari dan orang tak boleh berperang waktu musuh sedang tidur. Hanya perampok dan pengecut yang menyerang musuh di malam hari."

"Aku butuhkan ilham," seru Jenderal Lu Shun, "dan aku tak peduli apa siang atau malam. Aku butuhkan kebengisan untuk menulis puisi."

Kemudian ia naik kudanya yang beringas dan mendahului pasukan-pasukannya menyerbu ke lembah. Diayunkan pedang dan dicincang penduduk dusun yang tidak berjaga, sehingga puluhan laki-laki, perempuan dan anak-anak terbunuh oleh tangannya. Ia sungguh menikmati perbuatan itu, dan sehabis melihat dengan gairah darah mengalir dan tubuh bergelimpangan di sekelilingnya, ia kembali ke tendanya. "Jangan aku diusik sementara ini," pesannya kepada seluruh bala tentaranya.

Di 
dalam keheningan malam ia kemudian menulis puisinya. 
Ia menulis tentang langit dan mega, tentang pohon bambu yang merenung di pinggir telaga. Burung bangau putih mengepakkan sayapnya sesekali di tengah alam yang sunyi. Suasana hening itu melambangkan cintanya kepada seorang putri dan rindunya kepada dewa yang bersemayam di atas batu karang yang tinggi.

Itu semua ditulis dalam pantun Cina yang empat baris panjangnya.

Analisis Puisi:

Puisi "Jenderal Lu Shun" karya Subagio Sastrowardoyo menggambarkan keterkaitan antara kekerasan perang dan kreativitas seni. Dalam analisis ini, kita akan menjelajahi tema-tema utama yang muncul dalam puisi ini.

Konflik Antara Kekerasan dan Seni: Puisi ini membuka dengan gambaran Jenderal Lu Shun yang kesulitan menyelesaikan puisinya. Fantasinya terasa terhambat dan ia merasa terjebak dalam kata-kata kosong. Kontras antara kekerasan perang yang dilakukannya dan kepekaan seni yang ingin diwujudkan dalam puisinya menciptakan konflik yang menarik.

Kebutuhan Akan Inspirasi: Jenderal Lu Shun merasa kebutuhan akan inspirasi untuk menulis puisi. Dia memerintahkan pasukannya untuk menyerang dusun di lembah, mencari kebengisan yang dapat menginspirasinya. Ini menggambarkan bahwa kreativitas seni kadang-kadang muncul dari pengalaman yang ekstrem dan emosi yang kuat.

Dualitas Kepribadian: Puisi ini menggambarkan dualitas dalam kepribadian Jenderal Lu Shun. Di satu sisi, ia adalah seorang jenderal yang kejam dan kejam dalam perang, menyerang dan membunuh penduduk dusun tanpa belas kasihan. Di sisi lain, ia adalah seorang penyair yang peka dan bermimpi, menciptakan puisi yang indah tentang alam dan cinta.

Perpaduan Antara Kekerasan dan Kreativitas: Meskipun terlibat dalam tindakan kekerasan, Jenderal Lu Shun masih memiliki kemampuan untuk menghasilkan puisi yang indah. Ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan manusia, ada perpaduan yang kompleks antara sisi gelap dan sisi terang, antara kekerasan dan kreativitas.

Gambaran Alam dan Kedamaian: Pada akhirnya, puisi yang dihasilkan oleh Jenderal Lu Shun adalah gambaran alam yang indah dan kedamaian, melambangkan cinta dan rindunya kepada sesuatu yang lebih tinggi. Ini menciptakan gambaran kontras antara kekerasan dunia nyata dan keindahan yang dapat ditemukan dalam seni dan alam.

Puisi "Jenderal Lu Shun" karya Subagio Sastrowardoyo adalah sebuah refleksi yang dalam tentang keterkaitan antara kekerasan perang dan kreativitas seni. Dengan menggunakan gambaran yang kuat dan kontras yang menarik, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kompleksitas manusia, dualitas kepribadian, dan perpaduan antara kekerasan dan keindahan yang dapat ditemukan dalam karya seni.

Puisi Subagio Sastrowardoyo
Puisi: Jenderal Lu Shun
Karya: Subagio Sastrowardoyo

Biodata Subagio Sastrowardoyo:
  • Subagio Sastrowardoyo lahir pada tanggal 1 Februari 1924 di Madiun, Jawa Timur.
  • Subagio Sastrowardoyo meninggal dunia pada tanggal 18 Juli 1996 (pada umur 72 tahun) di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.