Puisi: Di Pelabuhan Gresik (Karya Raudal Tanjung Banua)

Puisi "Di Pelabuhan Gresik" karya Raudal Tanjung Banua menggambarkan suasana pelabuhan Gresik dan percakapan antara dua orang di malam hari.
Di Pelabuhan Gresik
(bagi kawan Mardiluhung)

Mampir malamhari, angin keras, sauh berkarat
asin laut tercecap ujung lidahku
seperti kepak camar ingin teriakkan
kata puisi, namun bersamamu

menyusuri sepanjang dermaga, gudang tua
dan kapal sandar, kita mabuk saja
bicara hal-ihwal sederhana: tentang bulan
yang tak ada dan sebuah tangga kayu
hanyut diseret pasang entah ke mana

tapi tidak, di antara dengkur bebal kelasi
dan tawa ngakak para kuli, bicara juga kita
tentang rencana buku puisi, tentang tajam kerang,
keras rumah kura-kura, tinta cumi-cumi
tubuh lunak molusca, bulan-bulan penuh bualan

pada akhirnya, ketika bulan benar-benar
tak ada, segala yang keras dan lunak
ditandaskan, kita tak kuasa mengelak: saatnya bicara
tukang jagal sialan di kerak-kerak gelap neraka pelabuhan
(dan mataku bersiap gerhana untuk sesuatu
yang lebih memabukkan!)

bicara tukang jagal, aku juga tukang jagal, bung
tak kalah sialan dari kalimatmu meracau membubung
tak kepalang liar: memenggal

apa yang tak terpenggal. mencincang
apa yang tak tercincang
- walau dalam diam

lantaran itu, sekutuku gudang tua
yang menyimpan cerita dan dingin kata-kata
dari liat dan lunak daging kenangan

maka di sini, malamhari, kugeret temali
segala tiang, kujadikan salib dan cemeti
bagi yang kucincang. kugores lambung
segala kapal agar sempurna luka
dan lapar perjalanan

“o, pelabuhan, tempatku mampir
bukan sekadar mabuk igauan
dan ceracau cemasmu, kawan!”

di sini, aku ingin bersisik seperti ikan.

Gresik-Yogya, 2006

Analisis Puisi:

Puisi "Di Pelabuhan Gresik" karya Raudal Tanjung Banua adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan suasana pelabuhan Gresik dan percakapan antara dua orang di malam hari. Puisi ini menciptakan suasana yang kuat dan mengeksplorasi berbagai tema yang mendalam.

Latar Belakang Pelabuhan: Puisi ini menggambarkan suasana di pelabuhan Gresik, dengan gambaran seperti angin kencang, sauh yang berkarat, dan atmosfer asin laut. Latar belakang ini memberikan kesan pelabuhan yang keras dan kasar.

Pertemuan di Malam Hari: Puisi ini berbicara tentang pertemuan antara dua orang di malam hari. Pertemuan ini terasa akrab dan intim, karena mereka berbicara tentang berbagai hal sederhana dan mabuk bersama.

Pembicaraan dan Perbincangan: Puisi ini mencerminkan percakapan yang berjalan antara dua orang yang tengah bersantai di pelabuhan. Mereka berbicara tentang hal-hal sepele seperti bulan yang tak terlihat, tangga kayu yang terbawa air, dan rencana membuat buku puisi. Ini menciptakan suasana keakraban dan santai di antara kisah pelabuhan yang keras.

Kesan tentang Kehidupan: Puisi ini menciptakan kesan tentang kehidupan di pelabuhan, termasuk gambaran tentang para pelaut, buruh, dan aktivitas sehari-hari di sana. Ada juga nuansa kehidupan yang sederhana dan realistis yang mewarnai dialog mereka.

Penggambaran Tukang Jagal: Puisi ini tiba-tiba menghadirkan gambaran yang kuat tentang seorang tukang jagal yang bekerja di pelabuhan. Penggambaran ini memiliki elemen gelap dan mencekam, dengan kata-kata yang keras dan terkesan ganas.

Simbolisme: Puisi ini menggunakan simbolisme seperti salib dan cemeti sebagai simbol pengorbanan dan pemenggalan. Ini bisa diartikan sebagai refleksi tentang kehidupan yang keras dan pengorbanan yang mungkin diperlukan dalam perjalanan hidup.

Penutup yang Kuat: Puisi ini mengakhiri dengan keinginan untuk "bersisik seperti ikan," yang dapat diartikan sebagai keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kerasnya kehidupan di pelabuhan. Ini menciptakan kesan penutup yang kuat dan penuh makna.

Puisi "Di Pelabuhan Gresik" menghadirkan gambaran yang kuat tentang kehidupan di pelabuhan, percakapan antara dua orang yang intim, dan nuansa kehidupan yang keras dan realistis. Ini menciptakan atmosfer yang mendalam dan memungkinkan pembaca untuk merenungkan berbagai aspek dari kehidupan dan pengalaman manusia.

Puisi: Di Pelabuhan Gresik
Puisi: Di Pelabuhan Gresik
Karya: Raudal Tanjung Banua

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Sehabis Semua hujan dan angin kawin bunga dan buah pecah langit mengembik daun-daun mendung matahari hujan matahari angin matahari kawin warna-warna berbunga …
  • Kita Dekatkan kita dekatkan hidung kita kepada potret kita dekatkan mulut kita kepada gambar kita hidungkan mulut kita kepada mata; bagaimanakah rasanya? gambarny…
  • Satu Kilometer Kutang yang sudah mulai belum yang hampir tiba-tiba aku kaget tuan-tuan itupun menarik kembali kemaluan mereka burung-burung gereja itupun dilipat…
  • Majulah majulah ke samping agar mundurmu naik cepat supaya jatuhmu tepat diamlah ke atas agar naikmu jatuh awas jangan bergerak-gerak. 1975Puisi: Ma…
  • Jalannya dari masjid sampai ke parit jalannya lurus dari gereja sampai neraka jalannya lurus dari mulut sampai ke perut jalannya lurus dari kemaluan sampai ke t…
  • Orkes lampu-lampu itu menyanyi diiringi mulut-mulut yang asin keringat bersorak suara-suara ditabuh dan mataku telinga telinga tidak dapatkah mulut-mulut itu me…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.